All Chapters of Malam Panas Dengan CEO: Chapter 111 - Chapter 120
200 Chapters
Tuan Alan Dan Sean
“Tuan, saya menerima laporan kalau tuan Niko memesan tiket kapal perahu antar pulau,” lapor pak Sadin pada atasannya. Sean tersenyum tipis nan puas. Ia yang baru saja memasuki mobilnya setelah dari gedung redaksinya pak Simon terlihat makin puas mendengar laporan pak Sadin. Jari jemari lelaki tampan itu bermain mengetuk pelan kain yang melapisi lututnya sembari memasang wajah berpikir. “Siapkan tim keamanan kita dan hubungi polisi untuk menjemput Arya dan nona Tiara Dewi di pelabuhan! Pastikan tak ada yang lecet pada tubuh mereka!” perintah Sean dengan nada santai. “Pak Sadin, jangan lupa beri tahu kakaknya nona Tiara Dewi! Saya yakin gadis itu belum berpamitan pada kakaknya,” sambung Sean diikuti senyuman sinisnya. “Baik, Tuan. Setelah ini, kita langsung pulang ke kantor?” ucap pak Sadin kemudian bertanya pada atasannya. Lelaki tampan dengan iris mata
Read more
Sean Dan Ayahnya
Tuan Alan lantas menepuk pundak anak lelakinya. Tatapannya penuh kebanggan. “Ayah percaya kamu bisa menangani masalah kecil seperti ini, tapi ada satu hal yang masih membuat ayah bingung, Sean,” ujarnya diikuti ekspresi berpikir. “Bingung? Apa yang membuat Ayah bingung?” tanya Sean seraya mengerutkan dahinya. “Apa istimewanya penulis itu hingga kamu memilihnya dari pada Agnes? Bukankah kalau kamu memilih Agnes, bisa sangat membantu usahamu semakin berkembang pesat, ‘kan?” ujar tuan Alan seraya menatap wajah anak lelakinya. Sean tersenyum. Memang benar yang diucapkan ayahnya. Tuan David yang memang memiliki pengaruh besar dalam industri bisnis, apalagi sejak ia memasuki dunia politik. Hampir semua pengusaha tunduk padanya. Namun, Sean tidak ingin memilih jalan yang instan. Ia sudah sangat bangga dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Sean tidak ingin serakah. Te
Read more
Sean Terkejut
Nyonya Felicia menghembuskan napas berat nan panjang. Seolah ia tengah mengeluarkan semua rasa peluhnya. “Ayahmu sering mengeluhkan sakit dada, tetapi selalu menolak jika kuajak menemui dokter,” adunya dengan nada berat. “Felicia! Jangan seperti itu, kasihan Sean sedang banyak masalah,” tegur tuan Alan pada istrinya. “Tapi, Mas. Jika tidak begini, kamu akan terus menolak,” sahut nyonya Felicia seraya memasang wajah kesal. “Aku hanya mencemaskan kondisi jantungmu. Apalagi akhir-akhir ini kamu sedang menghadapi banyak masalah. Itu sangat berpengaruh pada kesehatanmu, Mas!” tandasnya. Wajah tuan Alan memasang wajah kesal pada istrinya. Nyonya Felicia memasang wajah merajuk. Tuan Alan pun memegangi tangan istrinya lembut. “Kamu terlalu berlebihan, Felicia! Aku baik-baik saja,” yakinnya. “Nyonya Felicia benar, Yah. Sebaiknya Ayah harus meme
Read more
Tuan Alan Dan Istrinya
Wajah Sean terlihat sangat kecewa mendengar perkataan ayahnya. Tuan Alan mengusirnya? Tidak, Sean yakin kalau ayahnya hanya perlu beristirahat dan tak ingin diganggu.“Baik, Yah. Aku akan pulang, tapi Ayah harus beristirahat dengan benar!” pesan Sean sebelum ia bangkit.Tuan Alan mengangguk. Lelaki paruh baya itu terus memegangi dadanya sembari mengatur napasnya. Sementara Sean langsung bangkit dari duduknya tanpa melihat ekspresi nyonya Felicia yang menatapnya sinis.“Panggilkan pak Abnu!” perintah tuan Sean pada istrinya.“Sebentar, Mas,” sahut nyonya Felicia seraya bergegas bangkit.Wanita itu langsung meninggalkan tuan Alan yang kini menyandarkan tubuhnya pandaran kursinya. Pikirannya terasa pelik hingga membuatnya makin kesulitan bernapas. Tangannya berusaha menjangkau gelas bening di hadapannya.Sayangnya, ia harus mengerahkan tenaganya hanya untuk menjangkau gelas tersebut. Tuan Alan mengerang menyalurkan tenaganya seraya menahan rasa sakit pada dadanya. Tangannya berhasil mera
Read more
Gerakan Tuan Alan
“Ayah, Ibu, kenapa kalian ada di luar?” tanya Niko langsung setelah mereka berada di hadapan keduanya. “Tuan, mobilnya sudah siap,” ucap pak Abnu setelah Niko bertanya. Niko menoleh pada ibunya dengan tatapan penuh pertanyaan. Nyonya Felicia hanya menggelengkan kepalanya dan menahan rasa kesalnya. Sementara tuan Alan mengulurkan tangannya pada pak Abnu, isyarat meminta sopirnya membantunya berdiri. Lelaki itu tak berniat menjawab pertanyaan anak tirinya dan juga istrinya. “Mari, Tuan, saya bantu berjalan ke mobil,” ujar pak Abnu sembari meraih tangah tuan Alan dan membantunya bangkit dari kursi. “Aku akan tetap menemani kamu, Mas,” seru nyonya Felicia bangkit dari duduknya. “Tidak usah!” tegas tuan Alan dengan nada meninggi. “Apa ucapanku kurang jelas?” sambungnya tetap dengan nada tinggi. Nyonya Felicia mematung. Tergambar jelas rasa kecewa dan kesal. Ia tak terima dengan bentakan suaminya. “Kamu itu kenapa sih, Mas? Kenapa kamu tiba-tiba begini padaku? Apa karena Sean?” cecar
Read more
Gerakan Tuan Alan 2
“Tuan Alan, kita sudah sampai,” suara pak Abnu menyadarkan majikannya. Ternyata tuan Alan benar-benar tertidur. Ia lantas menggeliat meregangkan otot-otot pada tubuhnya. Perjalanan dari rumahnya menuju rumah sakit hanya membutuhkan waktu 35 menit, tetapi rasanya cukup untuk menyegarkan tubuhnya.“Saya sudah melakukan temu janji dengan dokter Ryan. Waktu pertemuan Tuan Alan lima menit lagi,” laporan pak Abnu langsung membuat senyuman lelaki paruh baya itu mengembang sempurna. “Oh iya, ini air mineral yang sudah saya beli tadi setelah saya memeriksa jadwal dokter Ryan,” ucapnya seraya menyerahkan botol air mineral.“Terima kasih, Pak Abnu. Berarti kamu meninggalkan saya sendirian di mobil?” tanya tuan Alan seraya menerima botol pemberian supir pribadinya.“Maafkan saya, Tuan. Tuan Alan tampak sangat pulas sekali, jadi saya tidak tega membangunkan,” jawab pak Abnu seraya menundukkan wajahnya.Tuan Alan justru tertawa seraya memutar tutup botolnya. Ia justru merasa senang dengan ketangga
Read more
Tuan Alan Dan Dokter Ryan
Dokter Ryan bangkit dari duduknya sebentar. Ia berjalan menuju meja kerjanya dan meraih lembaran map di atasnya. Kemudian dokter Ryan kembali menghampiri ayah dari sahabatnya tersebut. “Lihatlah ini, Tuan!” dokter Ryan meletakan dua lembar kertas yang ia bawa tadi di atas meja hadapan tuan Alan. “Lihatlah lambang botol ini dan perusahaan farmasi ini!” tunjuknya pada gambar kertas. Tuan Alan merogoh saku kemeja berwarna biru tua. Ia mengeluarkan kotak kacamata dan membukanya, kemudian mengaitkan pengait kacamata tersebut pada kedua telinganya. Lelaki paruh baya itu lantas meneliti gambar yang ditunjuk dokter Ryan. “Foto botol ini berasal dari botol kecil yang ditemukan Sean dari pegawai yang mengantarkan makanan untuknya. Labelnya sudah dikelupas, tetapi saya menaburkannya dengan bubuk halus berwarna hitam untuk mendapatkan jejak bentuk pada labelnya,” jelas dokter Ryan yakin.&n
Read more
Tuan Alan Jangan Ragu
Mungkin ia terlalu bersemangat hingga tak menyadari wajah tuan Alan kini terlihat gelisah. Bagaimana tidak, orang yang dimaksud tuan Alan adalah kakak iparnya, kakak dari nyonya Felicia. Jika memang benar obat tersebut berasal dari perusahaan tersebut melalui perantara Jordi, kakak iparnya tersebut artinya pelakunya adalah istri atau anak tirinya. Tunggu! Bisa saja itu hanya kebetulan saja dan pelakunya adalah orang lain yang sengaja ingin menjatuhkan anak lelakinya. Apalagi saat itu Sean tengah terlibat skandal dan momen tersebut sangat tepat untuk menjatuhkannya. Ya, tuan Alan harus menyelidikinya dahulu dan memastikannya sebelum ia dikuasai prasangka buruknya. “Tuan Alan? Anda kenapa?” tanya dokter Ryan menyadari lelaki paruh baya itu terdiam. “Sepertinya aku harus mencari tahu dulu tentang orang itu, dokter Ryan. Sudah lama aku hilang kontak dengannya,” jawab tuan Alan berbohong. “Mm ...
Read more
Tuan Alan Dan Zia
Zia tengah berkutat dengan layar laptopnya di atas pangkuannya. Jari jemarinya masih lincah menekat tuts keyboard laptopnya yang ia alaskan di atas bantal hingga ia bisa mengetik dalam posisi bersandar di atas ranjang tidurnya. Walaupun tangannya masih terhubung dengan selang infus, tetapi tak mengganggu kelincahan gerak tangannya. Mungkin karena ia sudah terbiasa bermain dengan tuts keyboard laptop?Gadis itu tak bisa beristirahat dengan tenang. Rasa kantuk dari obat yang ia konsumsi tak cukup ampuh membuatnya tertidur lelap. Pikiran Zia sedang tidak tenang, hingga ia memilih melanjutkan pekerjaannya agar bisa mengalihkan pikiran buruknya. Percakapan dengan bi Asti sedikit menenangkan dirinya, tetapi tidak sepenuhnya tenang. Ia ingin secepatnya menyelesaikan tugasnya agar bisa berpikir jernih dan tak terlibat perasaan mendalam pada Sean. Gerakan tangannya tiba-tiba terhenti saat ia mendengar suara ketukan pintu kamarnya. 
Read more
Perhatian Pak Sadin
Sean memenuhi permintaan ayahnya untuk mendatangi rumahnya sepulang kerja. Sejujurnya hatinya masih tak menentu karena sikap ayahnya siang tadi yang mengusirnya dan hatinya terus teringat kondisi Zia. Walaupun bi Asti sudah memberi kabar kalau gadis kecilnya sudah baik-baik saja dan juga Zia sudah memberi kabar kondisinya.Arya dan Tiara Dewi sudah berhasil dibawa ke kantor polisi dan masih dalam penyelidikan. Sayangnya keduanya masih bungkam tentang orang yang memberi mereka perintah. Harapan Sean hanyalah dukungan dari ayahnya untuk mencari petunjuk tentang Niko.“Tuan Sean baik-baik saja?” tanya pak Sadin yang tengah mengemudikan mobilnya menuju rumah tuan Alan.Sekretarisnya itu memperhatikan atasannya yang tampak gelisah di kursi belakangnya. Walaupun lelaki tampan itu hanya diam dan tak bersuara, tetapi pak Sadin bisa melihat garis kecemasan pada wajahnya. Sean tersenyum pada pantulan cermin di atas. Dari sanalah pak Sadin menatap dirinya.“Tentu saja saya tidak baik-baik saja,
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
20
DMCA.com Protection Status