Semua Bab The Mafia: Last Mission : Bab 31 - Bab 40
117 Bab
Bab 31. Ujian Kedua
Ruangan seketika hening tanpa suara. Asap mengepul dari moncong senjata api yang dipegang Rosene. Ia terpaku di tempat disusul dengan hembusan napas yang tidak beraturan. Jantungnya berdegup kencang di detik-detik terakhir permainan. Rosene yang sempat pesimis kalah segera membalikkan keadaan sampai ia berhasil memenangkan pertandingan. Seluruh anggota Dare Devil jelas kaget. Mereka semua mematung di tempat, melihat salah satu anggota terbaik Dare Devil terkapar dengan luka tembak di dahi. Mereka tidak menyangka bila Luca akan kalah. Sang pemimpin tertinggi klan pun sama halnya. Pria itu tersenyum miring. Ia sudah menduga bila Rosene bukanlah wanita biasa. Dia memiliki kemampuan di atas rata-rata. Sebagai seorang wanita, dia terlalu tangguh dan kaku. Namun, di lain sisi, Rosene juga terlihat sadis dan cantik di saat yang bersamaan. Suara tepuk tangan terdengar memecah keheningan. Kemudian riuh terdengar dari para anggota. Itu karena Aaron yang memulai. Tubuh yang telah terkapar itu
Baca selengkapnya
Bab 32. Menang
Rosene memegang perut yang terkena tendangan. Jangan ditanya lagi rasanya. Seketika ia merasakan mual hebat. Rosene memandang pria yang mendapatkan julukan si sapi gila. Dia terlihat bangga dengan menepuk-nepuk dadanya. Ya, dia memang berhak bangga karena tubuhnya yang kuat. Penonton bersorak meneriakkan nama Cow. Itu karena mereka dari klan yang sama dengan pria itu. "Ini tidak bisa dibiarkan." Rosene tidak akan bisa mengalahkan pria itu dengan kekuatan saja. Ia butuh strategi. Ya otak cerdasnya harus ia manfaatkan. "Majulah, Pecundang. Beraninya melawan perempuan." Rosene mencoba memprovokasi si sapi gila. Tetapi, dia malah tertawa. "Aku lebih bersemangat melawan wanita. Majulah manis." Rosene mengumpat dalam hati. Rupanya si sapi gila itu tidak terprovokasi. Malah dirinya yang jadi kesal sendiri. Aaron memperhatikan pertandingan. Cow memang punya kekuatan super gila. Aaron sendiri pernah merasakan pukulannya ketika berlatih bersama pria itu. Orang yang memiliki kemampuan bela
Baca selengkapnya
Bab 33. Belajar Menembak
Si sapi gila seketika tidak bergerak. Setelah itu barulah Rosene menjatuhkan diri ke samping. Napasnya terengah-engah, tubuhnya telentang sembari menatap langit-langit ruangan. Pertarungan hidup dan mati selesai dengan Rosene yang keluar sebagai pemenang. Bisakah Rosene berbangga hati sekarang. Pasalnya ia telah berhasil mengalahkan si pria raksasa itu. Bukan hanya kalah tapi tewas. Tubuh besar itu ditarik keluar arena. Rosene pun diperkenankan untuk turun. Aaron menyambutnya dengan senyuman. Sebuah senyum sinis dan tatapan mata yang tajam. Mungkin dia kesal karena Rosene dapat mengalahkan dua anak buah terbaiknya itu. "Kau menang, bagus. Tapi ini bukan akhir." Aaron mengatakannya dengan senyum sinisnya. Rosene terpaku beberapa saat jangan bilang kalau masih ada ujian lagi. "Oh aku suka tatapanmu itu, Sayang. Kemarilah." Aaron mengulurkan tangan dan Rosene menyambutnya. Aaro maju, mengikis jarak antara mereka dan membuat bibir berdekatan dengan indera pendengar milik Rosene. Mani
Baca selengkapnya
Bab 34. Jangan Sampai Ketahuan
Rosene tersentak. Ini yang tidak ia suka. Buka baju sembarangan, memang dirinya ini apa. Mudah saja menyuruh wanita buka baju. Tetapi Rosene tidak akan melakukannya. "Saya bisa sendiri, Tuan." "Jangan membantahku!" Aaron sedikit menekan ucapannya yang sukses membuat Rosene bungkam. Aaron memulai dari wajah. Sudut bibir Rosene pecah dan meninggalkan jejak merah di sana. Sayang sekali kulit putih mulus itu harus ternoda. Meski begitu, tak mengurangi sedikitpun aura kecantikan di wajah Rosene. Aaron terus menekan bagian itu sampai-sampai tidak sadar kalau ia memperhatikan Rosene terlalu lama. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Aaron bukan tipe pria yang suka basa-basi. Tapi Rosene memberikan Aaron kesulitan tersendiri. Wanita yang dingin tak tersentuh. Aaron sangat tertantang untuk menaklukkan wanita yang seperti itu. Ia bosan dengan tipe wanita yang agresif. Meski tidak menampik ia juga suka. Tetapi, wanita dengan kesan angkuh juga sangat menggoda. "Kau bersihkan saja sendiri."
Baca selengkapnya
Bab 35. Devil House
Rosene merasa Dejavu. Ia pernah mendengar kalimat yang seperti ini. Tepatnya dari mulut Markus dan ia menolaknya mentah-mentah. Jelas kali ini pun sama halnya. Entah untuk yang satu ini, Rosene sangat berat untuk menyerahkannya. Terlebih pada pria seperti Aaron yang tidak cukup puas hanya dengan satu wanita. Ia ingin pria biasa yang bisa menerima dirinya tanpa syarat. Menemani hidupnya sampai tua. Rosene ingin memulai semua dari nol. Mengubur masalalu yang kelam ini serta melupakan semua yang pernah terjadi. Lalu ia akan menebus semua dosa yang pernah ia lakukan di kemudian hari. "Tuan," panggil Rosene memberanikan diri memandang pria yang duduk berseberangan dengan dirinya. "Apakah Anda selalu begini? Apa setiap wanita yang masuk di kediaman Anda harus Anda tiduri terlebih dahulu." "Jaga ucapanmu!" Ben tidak terima karena sang atasan direndahkan. "Tenang, Ben." Aaron menurunkan satu kaki yang bertumpu pada kaki lainnya dan membuat tubuhnya maju ke depan. "Harta, tahta dan wanita
Baca selengkapnya
Bab 36. Mati Seketika
Tantangan cermin sudah terlewati, tetapi Rosene masih saja melihat bayangan dirinya di sana. Permainan macam apa ini? Kenapa wajah wanita itu begitu mirip dengan dirinya? Bukan hanya wajah tapi perawakan serta kostum yang dia pakai. Begitu persis secara menyeluruh. Rambutnya juga begitu persis. Tatapan matanya apalagi. Rosene seperti melihat gambaran dirinya yang bengis."Siapa kamu?" Pertanyaan reflek itu dibalas senyum sinis oleh wanita itu. "Aku adalah dirimu." Bahkan suaranya begitu sama. Rosene mendengkus. Senjata api disimpan kembali. Ini akan menjadi pertarungan adu fisik melihat tidak adanya senjata di tangan. Tetapi tidak menampik bila wanita itu menyembunyikannya dibalik jaket seperti miliknya. Ia lebih suka begini dari pada melesatkan tembakan. Setidaknya lawannya kali ini seimbang. Wanita dengan wanita. "Lawan aku jika kau ingin keluar dari gedung ini." Wanita itu menantang. Tidak ada pilihan. Pertarungan tidak dapat dihindari. Rosene memasang kuda-kuda. Wanita itu pun
Baca selengkapnya
Bab 37. Permainan Gila
Dinding itu terbuat dari kayu atau biasanya disebut papan triplek yang dilapisi cat tebal. Dari suaranya jelas sekali. Dinding beton tidak mengeluarkan suara bila dipukul. Ternyata instingnya benar. Rosene harus memastikannya. Ia mengetuk sekali lagi. Kali ini ia yakin. Rosene memeriksa keseluruhan dinding. Ternyata tidak semua berbahan kayu. Hanya beberapa sisi saja. Ini akan memakan waktu mengingat Rosene harus memeriksanya lagi. "Jika aku merobohkan dinding ini, apa yang akan terjadi. Apa aku langsung menemukan pintu keluar, atau bom itu." Rosene bergumam sendiri. Tidak ada yang diajak berdiskusi. Di saat yang seperti ini ia malah merindukan Melanie. "Aku akan menyelamatkanmu, Melanie." Rosene sudah pikirkan. Ia mundur beberapa langkah, kemudian menarik senjata di balik punggung dan mengacungkan ke depan. Satu tembakan melesat dan membuat lubang yang tembus pandang. Cahaya seketika mencuat melalui lubang itu. Ini aneh, kenapa ada cahaya? Cahaya apa itu? Ruangan apa sebenarnya
Baca selengkapnya
Bab 38. Rosene Marino
Tebakan Rosene tidak pernah salah. Mereka adalah tiga anggota terkuat dari klan Dare Devil. Kemampuannya jelas tidak diragukan lagi. Mereka terlatih secara fisik maupun pikiran. Aaron menginginkan anggota yang kuat dan pintar. Kemudian lahirlah mereka. Sedikit banyak Rosene tahu. Diego merupakan mantan anggota militer yang membelot kemudian bergabung dengan Dare Devil. Dia unggul dalam bermain senjata tajam maupun senjata api lainnnya. Keahlian lain, dia ahli dalam merakit peledak. Lalu si rambut perak itu. Dia seorang sniper. Tidak menutup kemungkinan. Dia pandai menggunakan senjata lain. Kemudian yang ditengah, dia yang paling menakutkan. Ben memiliki insting yang tajam. Di antara kedua rekannya, dia yang paling kuat dan menakutkan. Dia ahli dalam segala hal, keahliannya meracik obat-obatan dan menciptakan racun yang mematikan. Soal beladiri, Rosene sebentar lagi akan memastikan sendiri. "Waktumu habis, Nona." Diego bersuara. Soal itu, Rosene juga sudah tahu. Yang belum tahu ad
Baca selengkapnya
Bab 39. Ketahuan
Rosene tidak dapat menahan keterkejutan atas apa yang dilihat dan ia dengar. Aaron memanggil nama aslinya sembari mengacungkan senjata. Kaki Rosene serasa lemas. Untungnya ia masih kuat berdiri di tengah todongan senjata dari seluruh anggota Dare Devil. Ya, bukan hanya Aaron saja yang mengacungkan senjata ke arahnya, tapi juga seluruh anggotanya. Kalau sudah begini, apa yang bisa dilakukan seorang mata-mata kecuali menyerah. "Rosene Marino. Jadi itu nama aslimu." Aaron masih tidak menurunkan senjata apinya. Rosene terpaku beberapa saat. Ia masih tidak percaya dirinya ketahuan. "Tuan." "Jangan panggil aku Tuan. Aku bukan tuanmu."Rosene didorong dari belakang oleh salah satu dari tiga bawahan terkuat Aaron. Ben mengacungkan senjatanya begitu pula dengan Jekco. Pundak ditekan oleh Diego memaksa wanita itu berlutut. Tidak ada yang bisa Rosene lakukan kecuali menurut. Ia terlihat pasrah dan prustasi. Mungkin ini akhir dari segalanya. Lalu apakah Rosene menyesal? Ya, Rosene menyesal
Baca selengkapnya
Bab 40. Menyerahkan Diri
Melanie memang malas bertemu Markus. Tetapi, setelah teringat ucapan Rosene, Melanie jadi berubah pikiran. Ia tidak boleh membantah Markus. Kalau tidak ingin nyawanya terancam. Mungkin ucapan Rosene ada benarnya. Selagi dirinya belum mahir bersenjata. Ia harus tunduk pada Markus dan membuat pria itu puas untuk sementara waktu. Bukankah ia sudah bertekad untuk membalas dendam, jadi tidak ada salahnya kalau ia memenuhi perintah pria itu. "Tuan, Nona Melanie datang." Markus yang tengah duduk di single sofa seketika bangun. Sosok yang ia tunggu muncul. Wanita dengan bola mata kuning, kulitnya putih sedikit berbintik, namun hal itu justru membuatnya terlihat eksotis. Hidung bangir dan bibir sedikit tebal berisi. Pipi tirus dan tubuh langsing. Itu karena ia menjaga pola makan. Melanie memang selalu menjaga penampilan. Demi apa lagi kalau bukan untuk mengencani para pria tampan. Melanie memang sangat cantik. Permainannya juga menarik. Markus cukup dibuat puas oleh wanita itu. Namun, pri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status