All Chapters of Sepanas Belaian Chef Jonathan : Chapter 261 - Chapter 270
342 Chapters
261. Pelukan Hangat Seorang Ibu
"Kok bisa?" Kaluna menatapa Emma bingung sambil mengerjapkan matanya. Apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba Emma mengizinkan dirinya menikah dengan Jonathan hanya dalam hitungan hari? Kenapa? Kok bisa?Berbagai macam pertanyaan berkecambuk di kepala Kaluna hingga membuat ia tanpa sadar mendekati Emma dan mengamati sekeliling kepala Emma lalu menyentuh kening Emma setelahnya keningnya secara berulang."Nggak panas," guman Kaluna dengan ekspresi wajah bingung, "Ibu nggak jatuh, kecelakaan, kebentur sesuatu atau salah makan, kan?" tanya Kaluna sambil memundurkan kepalanya sedikit hingga membuat Emma menatapnya kesal."Maksud kamu itu apa?" tanya Emma sambil mengambil tangan Kaluna lalu menepisnya gemas. Anaknya ini ternyata kalau dibiarkan sedikit ngelunjak dan mulai menyebalkan dan bahkan sedikit kurang ajar.Kaluna menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal sambil melihat sekeliling berusaha mencari sosok Jonathan yang sialnya menghilang seolah diculik oleh Raka karena Kaluna tidak bisa
Read more
263. Gara-gara McFlurry
"Sampai kapan kalian prepare garnis!" sentak Jonathan yang sudah geram karena hampir tiga puluh menit ia menunggu Ibram dan kawan-wakan mempersiapkan saus khusus garnis. "Dan tolong jangan bilang kalian belum prepare mashroom saus dan barbeque saus." Jonathan membulatkan matanya sambil melihat wadah yang harusnya berisikan saus-saus tersebut, "gimana aku bisa cicipin ini sausnya kalau wadahnya aja masih kosong! Jam berapa ini! Bangun kalian semua!" bentak Jonathan sambil menggebrak working table sekeras mungkin hingga membuat jantung semua orang di dapur meloncat keluar bahkan, beberapa runner melirik takut ke dalam dapur.Semua orang langsung bergerak lebih cepat seperti kesetanan dan beberapa runner (pelayan khusus pengantaran makanan dari dapur ke meja pengunjung) menjauh dari arah jendela dapur yang menghubungkan dapur dan ruang makan, mereka langsung menyelamatkan diri karena mereka tahu kalau Jonathan itu tampan tapi, kalau sudah marah isi dapur bisa berterbangan ke segala penj
Read more
264. Sebuah Permintaan Maaf Mantan Teman
Sebuah suara lembut membuat Jonathan dan Raka mengalihkan pandangannya. "Kaluna," ucap Jonathan dan Raka bersamaan."Hai?" Kaluna melambaikan tangannya dengan wajah berseri-seri lalu berjalan ke samping Jonathan, "kamu nggak prepare? Ini udah jam berapa, loh? Atau udah selesai?" tanya Kaluna sambil mengusap bahu Jonathan dan melihat sekeliling restoran. Kaluna langsung melambaikan tangannya ke beberapa waitres, bartender dan chef pastry di sana. Jonathan dan Raka saling tatap, mata mereka bergerak-gerak seolah berkomunikasi. Senyuman Jonathan melebar bersamaan dengan senyuma Raka, tanpa sadar Jonathan memyentuh punggung tangan Kaluna."Kenapa, Jo?" tanya Kaluna saat ia merasakan punggung tangannya dibelai, "aku ke sini cuman mau mampir aja sama mau kasih undangan kita nikah ke temen-temen restoran." Kaluna melirik Raka sambil mengerucutkan bibirnya, "kalau ke Raka cukup by phone aja ngundangnya, hemat kertas! Go green," ejek Kaluna."Yang, Sayang ... kamu dari sini mau ke mana lagi?
Read more
265. Cari Penyakit
Jonathan membanting pulpennya dan menutup kedua tangannya pelan sambil berusaha menjernihkan pikirannya. Rasa lelah langsung menyergap dirinya walaupun dari tadi dia hanya duduk diam tak bergerak sama sekali tapi, pikirannya benar-benar dipaksa bekerja keras untuk memikirikan jalan keluar dari masalah yang sedang ia bereskan akibat ulah si McFlurry sialan itu!"Ampun, dasar es puter!" maki Jonathan sambil mengambil napas sebanyak-banyak. Jonathan memejamkan kedua matanya sampai ia sayup-sayup mendengar suara alarm dari ponselnya.Secara spontan Jonathan mematikan alarm ponselnya dan mengambil pil ARV miliknya. Jonathan mencari pisang karena dia kesulitan meminum obat hanya menggunakan air mineral. Tok ... tok ... tok ...."Masuk," ucap Jonathan sambil mencari pisang ke seluruh penjuru tempat namun nihil, ia lupa membawa pisang."Jo, aku cuman mau kasih kamu ini."Jonathan mengalihkan pandangannya dan mendapati Kaluna yang berjalan ke arah dirinya sambil menyerahkan pisang, "Kamu udah
Read more
266. Sebuah Alasan
"Kamu nggak salah?" tanya Emma sambil memgambil roti tawar dan memasukkannya ke dalam keranjang."Nggak, emang apa salahnya?" tanya Kaluna santai sambil mendorong trolly dan beberapa kali mengambil makanan yang ada di rak dan membaca ingredient-nya sebelum memutuskan membeli atau tidak makanannya."Kamu cari penyakit dan masalah kalau kamu nikah di hotelnya Cakra," ucap Emma sambil menggeleng dan membayangkan pernikahan Kaluna di hotel mantan tunangannya. Entah apa yang akan terjadi nanti, hanya Tuhan yang tahu."Satu-satunya tempat yang free dan sesuai dengan konsep yang aku mau cuman di sana, Bu," ucap Kaluna sambil memasukan salah satu biskuit berwarna merah ke dalam keranjang."Emang konsep kamu apaan sih? Konsep kerajaan Majapahit atau apaan? Ribet bener," ucap Emma yang sedikit kesal dengan kekeraskepalaan Kaluna yang ingin menikah dengan entah konsep apa."Aku cuman ingin nikah indoor tapi kaya outdoor, dan tempat yang cocok yah ballroom hotelnya punya Cakra. Pas gedenya nggak k
Read more
267. Sebuah Dendam yang Wajib Terbalas
"Kaluna ingin Cakra rasain rasa sakit yang Kaluna rasain! Bu! Kaluna dendam!" Kaluna menatap dingin Emma sambil tersenyum.“Kaluna ….” Emma mengelus bahu Kaluna pelan sambil menggeleng, “Ibu sangka kamu sudah melupakan rasa sakit hati kamu itu, Nak.”Saat berkata pikiran Emma kembali ke masa-masa penuh tangisan dan jeritan Kaluna yang merasa sangat sakit hati dengan pengkhiatan Cakra. Setiap ada orang atau tetangga yang datang dan menanyakan kenapa pernikahan antara Kaluna dan Cakra tidak jadi dilangsungkan, Kaluna pasti langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu rapat-rapat, Kaluna hanya menangis meraung dan memaki dirinya sendiri.Berkali-kali Emma menenangkan Kaluna dan berkata lebih baik mereka mengetahui kelakuan Cakra di awal dari pada setelah pernikahan. Semuanya bakal lebih rumit dan memusingkan, apalagi kalau sudah ada kehadiran anak. Pasti semuanya akan lebih berat untuk dilalui. Kaluna yang mendengarkan perkataan Emma saat itu hanya bisa menangis dan memaki Cakra.Emma juga
Read more
268. Pamungkas Kembali
"Kamu ...."Pamungkas mengangguk, "Iya ini aku," ucap Pamungkas sambil melihat sekelilingnya dan mengetuk-ngetuk jemarinya seolah ia ragu untuk melanjutkan perkataannya.Emma dengan cepat mengambil barang-barangnya dan berdiri dari kursinya. Mungkin dia suka dengan suasana di cafe ini karena mengingatkan dirinya dengan kehidupan baiknya bersama Pamungkas, tapi, hanya untuk dikenang bukan tiba-tiba melihat Pamungkas di hadapannya dan menyapa dirinya! Menakutkan.Emma memasukkan barang-barangnya ke dalam tas secara serampangan dan beranjak dari kursinya."Maaf."Emma terdiam dan melirik ke arah Pamungkas bingung, "Hah?" tanya Emma yang takut kalau saat ini kupingnya bermasalah karena mendengar satu kata yang tidak mungkin meluncur keluar dari mulut seorang Pamungkas! Pamungkas mengangguk dan mengambil ponselnya lalu menyimpan ponselnya di meja sedekat mungkin dengan Emma, "Maaf."Emma menggeleng beberapa kali sambil menjejalkan telunjuknya ke dalam kuping kanannya sambil menggerakkanny
Read more
269. Tanpa Maaf
Suara detik jam terasa sangat menyesakkan dada Emma saat ini, beberapa kali Emma mengetuk-ngetukkan ujung sendiknya ke piring kecil tatakan cangkir tehnya untuk membunuh waktu yang saat ini terasa sangat mencekik dan melelahkan.Sesekali Emma menoleh ke arah Pamungkas yang duduk di hadapannya namun melihat ke arah lain, seolah enggan melihat wajahnya. Emma memejamkan matanya dan mengingat apa yang baru saja terjadi lima menit yang lalu.Dirinya hampir saja membenturkan kepalanya ke meja karena merasa berada di alam mimpi karena melihat Pamungkas bersimpuh di kakinya dan memohon ampun lalu yang paling membuat Emma tak habis pikir, lelaki dengan ego setinggi Pamungkas mau melakukan hal seperti tadi di tempat umum dan hampir membuat sedikit kegaduhan. Untung saja cafe itu sepi tapi, karena takut membuat kegaduhan akhirnya Emma meminta untuk pindah ke tempat yang lebih privat dan untungnya cafe tersebut memiliki ruangan privat yang bisa di pakai."Emma," panggil Pamungkas memecahkan keheni
Read more
270. Berlari Untuk Sebuah Maaf
"Aku memang rendah Emma, aku lebih rendah dari binatang atau apa pun juga. Aku sadar dan aku terima konsekuensinya," ucap Pamungkas sambil berusaha untuk mendekat pada Emma namun, Emma mundur beberapa langkah menjauhi Pamungkas seolah Pamungkas adalah manusia paling hina di muka bumi ini.Pamungkas tidak bisa memaksa atau melakukan apa pun juga karena ini memang sudah takdirnya. Ia paham kebodohannya di masa lalu sudah membuat dirinya menelan pil sangat pahit di masa saat ini. Dirinya sendirian tanpa anak dan istri hanya karena mendengarkan fitnahan ibu dan adiknya ditambah terbakar api cemburu akibat terlalu menyayangi Emma.Suatu rasa sayang yang akhirnya berubah menjadi sebuah keinginan untuk menguasai Emma namun ia tunjukkan delan jalan negatif yang berbuah ia menjadi sebatang kara dan hanta bisa bersama dengan ibu dan adiknya yang ternyata terus memanfaatkannya sebagai mesij uang untuk memenuhi kehidupan hedonis mereka berdua. Miris, tapi, itu harga yang harus Pamungkas bayar kar
Read more
271. Sakit Itu Menyiksa
Emma berjalan secepat mungkin sambil mendorong trolly yang rodanya berputar sangat cepat seolah ingin sesegera mungkin menghilang dari sana. "Gila! Pamungkas Gila!" batin Emma sambil terus mendorong trolly-nya sekencang mungkin hingga beberapa kali ia mendapatkan lirikan kesal dan teriakkan karena berjalan tidak hati-hati. Tapi, Emma tidak peduli dan enggan untuk melambatkan langkah kakinya. Lebih baik ia dimarahi dan ditatap kesal oleh orang-orang sekitarnya dari pada harus bertemu dengan Pamungkas."Kenapa juga harus ketemu itu manusia?" umpat Emma dengan suara sekecil mungkin dan mata terus menatap ke depan. Di kepala Emma saat ini hanya bagaimana caranya supaya dia bisa sampai ke arah pintu kaca keluar tempat itu secepat mungkin agar dia tidak bernapas di satu udara yang sama dengan Pamungkas! Pengap."Gila, kenapa pria itu nggak punya otak! Apa dia nggak ada rasa bersalah atau apa gitu? Kenapa bisa semudah itu dia minta maaf dan berharap aku dan Kaluna akan membuka tangan seleba
Read more
PREV
1
...
2526272829
...
35
DMCA.com Protection Status