Semua Bab Atasanku, Suami Keduaku: Bab 171 - Bab 180
199 Bab
ASK-171
Perintah Arsya barusan malah membuat Indah semakin tegang dan berkurang rasa percaya dirinya. “Aku nggak tahu apa yang kusampaikan ini bakal penting atau enggak. Tapi mengingat apa yang dilakukan Mika dengan stroller bayi Laras, aku jadi mulai menghubung-hubungkan meski nggak tahu....” “Kamu gugup. Indah duduk ke sini,” ajak Arsya, menggandeng tangan Indah ke salah satu sofa sementara Sarah mendekati pintu dan menguncinya. “Kita bisa bicara?” kata Sarah, duduk di seberang Indah dengan sikap tubuh condong. “Saya yakin apa pun yang Bu Indah sampaikan akan sama pentingnya.” Sarah mengulas senyum menenangkan. Indah menarik napas. “Abang, sekali lagi aku nggak tahu ini bakal berguna atau enggak. Aku juga nggak tahu kalau … maksudnya bisa aja aku salah dengar. Bisa aja ini semua nggak seperti yang aku pikirkan. Aku takut kalau hal yang aku sampaikan malah membuat Abang gegabah atau semacamnya.” Arsya menggenggam tangan Indah dan menyelipkan segumpal rambut ke belakang telinga istr
Baca selengkapnya
ASK-172
“Ngapain ke rumah sakit jiwa?” Indah melepaskan pegangan tangannya.“Abang mau lihat perkembangan Riri secara langsung. Memang bukan suatu keharusan tapi Abang harus memastikan semuanya sebagai bentuk tanggung jawab. Abang nggak sendirian ke sana. Sama Mas Dean, kok. Kamu nggak usah khawatir.” Walau tersenyum, Arsya sempat melirik Sarah yang menggulir tabletnya sedikit tergesa. Ia tahu kalau sekretaris profesionalnya itu segera mengecek beberapa hal terkait smelter mereka.“Ngapain ke sana? Bukannya semua udah beres? Udah selesai, kan? Apa ada masalah lagi?” Indah masih menahan tangan Arsya seakan pria itu bisa meninggalkannya sewaktu-waktu.Arsya menggeleng. “Hari ini Abang ke sana untuk memastikan bahwa semuanya sudah selesai. Selama ini Abang hanya menerima laporan dari pegawai Mas Dean tanpa melihat langsung. Tingkat halusinasi Riri lebih parah dari sebelumnya, tapi di sisi lain Riri menjadi lebih tenang.”“Kalau gitu aku ikut,” ucap Indah, menyambar tas tangannya.“Kamu tahu ruma
Baca selengkapnya
ASK-173
Arsya kembali menggenggam tangan Indah dan mengecupnya. Ia mengabaikan seorang pria yang tengah menatapnya dengan wajah cemberut.“Maaf harus membuat Mas Dean menunggu,” ucap Arsya lalu tergelak. “Enggak apa-apa. Pulang ke rumah jam segini cuma untuk nyubit pipi istriku, mungkin aku bakal disambit tongkat mamaku. Bu Amalia paling gelisah kalau lihat anaknya di rumah tanpa alasan jelas di hari Senin sampai Jumat. Katanya aku nggak boleh malas-malasan. Anakku banyak,” ujar Dean meringis. Arsya ikut meringis dengan sepasang lesung pipinya. “Mamanya Mas Dean nggak salah.” Kedua pria itu kemudian tertawa tertahan di depan pintu ruang rawat.“Aku masuk sekarang, Sa. Istri kamu nggak perlu takut, santai aja. Kalian masuk sepuluh menit lagi.” Dean mengangguk kemudian mendorong pintu.Arsya masih menggenggam tangan Indah, ia berdiri rapat ke pintu untuk mendengar percakapan dari dalam yang pasti akan disengaja Dean agar ia ikut mendengar.“Yang pertama terima kasih untuk Pak Dokter dan tim y
Baca selengkapnya
ASK-174
Riri terkesiap. “Aku cuma perlu bicara dengan Arsya,” ulang Riri dengan suara lemah. Setengah kekuatannya sudah hilang karena ditatap tajam pria bermata sipit di depannya. “Aku nggak tertarik dengan penawaran itu.”“Penawaran ini tidak akan saya ulangi lagi sebegitu kaki saya melangkah keluar ruangan ini. Anda belum sembuh, Saudari Riri. Pak Arsya meminta saya menawarkan banyak kebaikan buat Anda yang harusnya Anda syukuri. Andai kamu ketemunya laki-laki seperti saya, mungkin kamu sudah saya jebloskan ke penjara tidak peduli kamu sakit jiwa atau tidak. Saya akan memastikan kamu minimal sepuluh tahun di penjara dan keluar sewaktu kamu menjadi wanita tua. Bagaimana? Mau mendengar saya?” Dean meletakkan amplop di ranjang. Mata Riri tak lepas menatap amplop itu.Pelan-pelan Riri mau mendekati ranjang dan tangannya terulur mengambil amplop.“Apa kamu tidak mau hidup normal seperti Indah? Kalau bukan Arsya, kamu pasti bisa menemukan pria lain yang lebih baik. Tetap di sini sampai kamu benar
Baca selengkapnya
ASK-175
Arsya tak pernah menganggap bahwa bermesraan dengan pasangan lebih penting dari urusan menyangkut perusahaannya. Bertahun-tahun dipilih memimpin SB Industrial Energy serta di tahun berjalan itu pula menjalin hubungan dengan Fanny, tak pernah sekali pun ia mendahulukan wanita itu jika menyangkut urusan perusahaan.Sekali pun ia dan Fanny tengah bermesraan intens, satu pesan pendek yang masuk ke ponselnya dan meminta untuk hadir segera, maka soal Fanny harus dilupakan. Arsya memejamkan mata kembali mengecup bahu Indah yang lebih hangat dibanding telapak tangannya karena sejak tadi tertutup blazer. Arsya mengusap bahu itu dan telunjuknya terselip untuk mengait tali tipis dalaman blazer yang terbuat dari sutera halus. Ia mengusap bahu halus seputih susu dengan telapak tangannya. Aroma parfum Indah sudah memenuhi hidungnya sejak tadi.Pernikahan itu ternyata amat berbeda dari yang ia bayangkan. Saat Fanny menodongnya dengan pernikahan, bayangan bermacam hal rumit datang menyerbu pikiranny
Baca selengkapnya
ASK-176
Siapa yang masih membandingkannya dengan sosok Indah yang dulu? Tentu saja sudah sangat berbeda. Dulu ia memang sangat manja dan cengeng. Kenapa ia begitu, mungkin karena terlahir sebagai anak tunggal dan sangat dekat dengan ayahnya. Hingga saat ia menikah dengan pria yang dikaguminya cukup lama, ia menumpukan harapan akan memperoleh keistimewaan itu dari suaminya. Nyatanya, menjadi istri Panca tidak seindah angannya.Indah tidak memejamkan mata. Ia harus melihat bagian tubuh Arsya yang luar biasa, yang sedang berada dalam genggamannya. Ia mengangkat kepala untuk melihat bagian puncak benda itu menekan dan mendorong masuk hingga menimbulkan gelenyar memabukkan. Saat hal itu terjadi, ia dan Arsya nyaris mendesah lega bersamaan. Arsya mulai memulai gerakan yang akan menuju permainan sebenarnya. Belum lagi malam, tapi Indah sudah merentangkan kakinya lebar-lebar agar kenikmatan bisa mencapainya lebih dalam. Mereka yang tadi berpakaian sama rapinya, kini bergunulan tanpa batas sehelai b
Baca selengkapnya
ASK-177
Di ruangan PresDir Pelita Sentosa, Mikaila Asteria masih duduk menyilangkan kaki dengan mata terpejam. Di pangkuannya ada setumpuk dokumen penting yang baru saja selesai ia baca. “Kamu bisa bicara sekarang,” pinta Eric Widjaja dari balik mejanya. “Saya sudah bilang minta waktu lima belas menit, kan? Bahkan lima menit saja belum. Saya perlu memikirkan semuanya dengan benar.” Mika membuka mata dan melemparkan tatapan tajam pada Eric. “Apa saya harus memecat pegawai yang meminta wanita bernama Indah menggandakan dokumen sepenting itu? Siapa namanya? Via? Dia salah satu staf di departemen kamu, kan?” Eric mengabaikan nada bicara Mika yang mulai sengit. Ia sedang sangat jengkel. “Haruskah saya mengatakan bahwa semuanya bukan salah Via? Bukannya saya membela Via atau siapa pun yang berada dalam departemen saya. Saya tidak peduli soal mereka satu pun. Saya tidak kenal. Tapi bukannya istri Arsya bekerja di sini diterima secara resmi? HRD yang melakukan penerimaan pegawai baru, kan?” Mi
Baca selengkapnya
ASK-178
Arsya duduk bersandar di sofa nyaman dan menyilangkan kakinya. Perhatiannya kini tertuju pada sosok pria muda bernama Davino Chandra yang memimpin tim strategi SB Industrial Energy tiga tahun belakangan. Pria berkacamata itu dipilih langsung oleh Ari Subianto saat timnya menjuarai kompetisi Inovasi Teknologi Dekarbonisasi. Dalam arti kata lain, Ari Subianto ‘jatuh cinta’ pada pria muda cerdas seperti Vino dan merekrut pria itu secepat mungkin. “Ayah nggak salah merekrut kamu, Vin. Saya kira kamu ahli dalam bidang tambang aja, ternyata nyari informasi juga lumayan kilat,” ujar Arsya memuji Vino. “Semua karena tim saya, Pak,” sahut Vino rendah hati. “Sebenarnya mencari informasi begini tidak terlalu sulit. Apalagi para pemain di dunia tambang biasanya sudah saling mengenal. Bisa jadi yang sekarang bekerja di perusahaan tambang ternama juga berasal dari kampus-kampus dunia terkenal. Dalam arti kata lain … mereka bukan tenaga ahli sembarangan. Sama seperti Mikaila Asteria. Saya menda
Baca selengkapnya
ASK-179
“Meledakkan dan membakar smelter membuat saya bergidik,” ucap Mika. Ia benar-benar mengusap lengannya karena bergidik. “Akan banyak korban. Pekerja smelter, para tenaga ahli, ekspatriat, bahkan warga sekitar. Kurasa itu baru tercetus menjadi ide paling buruk yang belum tentu dilaksanakan. Sebagai tenaga ahli saya kurang menyetujui hal itu. Anda bisa melaksanakan sabotase lain yang efeknya kurang lebih sama. Sama-sama membuat saham SB Industrial Energy anjlok.”“Tapi keinginan saya bukan hanya harga saham SB Industrial Energy yang anjlok. Tapi audit perusahaan mereka dan menemukan sesuatu kebusukan yang kita letakkan. Saya mau melihat Arsya Anggara Subianto duduk di kursi pesakitan. Ditambah lagi sebuah informasi mengatakan bahwa dia sedang menantikan kelahiran anak pertamanya? Saya akan berusaha bayinya lahir saat dia dipenjara.” Eric tertawa mengejek. “Kalau Anda benar-benar menginginkan hal itu, sepertinya saya harus menambahkan beberapa persyaratan sebagai catatan kaki.” Mika sedi
Baca selengkapnya
ASK-180
Indah membutuhkan beberapa waktu untuk mencerna apa yang dikatakan Arsya. Sepasang matanya tak lepas menetap Arsya karena tak percaya apa yang baru saja didengarnya. Pelukannya kemudian mengendur. “Maksudnya … kondisi yang sangat tidak baik itu yang bagaimana?” Indah menelan ludah sembari pikirannya membayangkan apa yang mungkin terjadi pada bayi Panca. Demi Tuhan ia sama sekali tidak menginginkan hal buruk terjadi pada bayi yang dikandung Mayang.“Sepertinya bayi mereka lahir dalam kondisi tiba-tiba. Panca tiba tak sampai satu jam sebelum bayi mereka dilahirkan melalui jalan operasi. Pengacara mengatakan kalau Mayang dalam kondisi tertekan. Bayi mereka dalam kondisi tidak sadarkan diri sejak dilahirkan. Sekarang berada di PICU.” Karena Indah tak kunjung menjawab, Arsya kembali merangkul pundak wanita itu dan membawanya ke dalam.“Aku ….” Indah kembali diam. Tadinya ia lapar sekali, tapi berita itu membuat perutnya seketika kenyang. “Abang mau aku menjenguk bayi mereka?”Arsya menunt
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status