All Chapters of Ternyata Suami Mendua Ketika Kami Tak Bersama: Chapter 41 - Chapter 50
116 Chapters
Bab 38A
Part 38"Mama ... ini Risna, Ma. Gadis kecilmu yang dulu hilang. Ini Risna, Ma. Risna kembali padamu. Maafin Risna Ma, maafin Risna."Bu Salamah terdiam, tanpa kata. Pandangannya masih begitu kosong. "Sekarang Risna udah di sini. Risna kembali, Ma. Risna akan sering bertemu dengan Mama lagi. Cepat sembuh ya, Ma. Biar kita bisa berkumpul lagi. Risna rindu sekali sama Mama. Risna rindu Mama ..."Tetiba Risna merasakan sebuah usapan lembut di kepala. Risna mendongak menatap wajah sang ibunda dari dekat. Ada bulir bening yang menggenang di pelupuk matanya. Risna bermaksud menghapus air mata yang menggenang itu, tapi Bu Salamah justru mendorongnya menjauh.Reyhan terkejut dengan sikap sang Mama, lalu menunda Risna berdiri. Tapi hal itu tak membuat Risna ciut nyali. Risna justru kembali memeluk sang ibunda dengan sangat erat. Diciuminya wajah yang sudah menua itu."Kita memang sudah terpisah sangat lama, jadi mungkin Mama tidak mengenaliku. Tapi, Risna tidak akan pernah melupakan orang yan
Read more
Bab 38B
"Kau?! Kau kenapa bisa bersama calon suamiku lagi?! Dasar pelakor tak tahu malu!" Karina hendak menampar Risna tapi, Reyhan langsung menangkap tangannya."Jangan kasar, Karina!!" Reyhan menghempaskan tangan Karina dengan kasar."Untuk apa sih kamu belain dia terus, Mas! Dia kan hanya wanita kampung! Terus kenapa bisa kamu bersama dia lagi?!""Aku menjemputnya.""Apaa?!" pekik Karina tak percaya. Moodnya seketika rusak, kala ingin shopping, dia justru melihat calon suaminya terang-terangan membawa wanita lain bahkan memborong belanjaannya di sini?"Kau benar-benar tidak memikirkan perasaanku! Jadi kau lebih memilih wanita kampung ini dari pada aku?!" teriak Karina membuat para pengunjung menatap ke arah mereka.Reyhan langsung menarik tangan Risna. "Ya, dia jauh lebih penting dari pada kamu!" tukas lelaki itu, kemudian melangkah pergi meninggalkan butik."Gila! Ini benar-benar gila! Aku harus lapor sama Papa mertua! Seenaknya dia ninggalin aku gini demi wanita lain. Huh!" sungut Karina
Read more
Bab 39A
Part 39Risna benar-benar tak menyangka kalau lelaki yang di hadapannya itu justru berbuat kasar. Dalam bayangannya, ia akan disambut dengan perasaan suka cita. Bukan seperti ini. Sungguh kesan pertama yang buruk.Dalam hal ini ia jadi paham satu hal kalau papanya gampang sekali terhasut dengan omongan orang. Ia pun jadi paham alasan mengapa kakaknya tak mau menikah dengan wanita cantik itu. Rupanya dia tukang adu domba. Seperti yang dikatakan oleh sang kakak, meski dia cantik tapi tidak dengan hatinya."Kakak tidak apa-apa?" tanya Risna. Reyhan mengangguk dan mencoba menenangkan Risna yang tampak gugup dan shock karena sikap ayahnya sendiri."Jadi begini sikap Papa saat menyambut putrinya yang sudah lama menghilang?" tukas Reyhan dengan nada penuh penekanan. Kali ini ia berani menatap manik mata ayahnya yang tajam."Apa maksudmu? Kata Karina kau bermain dengan wanita! Kau bahkan menghabiskan uangmu demi wanita ini?" seru Pak Hadiwilaga lagi. Marah yang tak berdasar dan tidak keras ke
Read more
Bab 39B
Seketika kakinya terasa lunglai bahkan sampai terkulai di lantai, ia merasa sangat bersalah. Membentak putranya di depan putrinya. Harusnya dialah orang pertama yang bertanggung jawab pada putrinya itu. Seketika dadanya terasa begitu nyeri."Pah!" teriak Bu Martha, istri keduanya menunda Pak Hadiwilaga dan memapahnya untuk duduk di sofa. "Papa, tidak apa-apa?!" tanyanya dengan panik. Pak Hadiwilaga menggeleng. "Cegah mereka untuk pergi, beritahu security.""Iya, Pa, aku akan telpon Pak Agus." Bu Martha langsung menuju ke meja telepon dan memberi perintah agar Reyhan tidak keluar dari rumah."Maaf Bu, mobil Mas Reyhan baru saja pergi!" sahut sebuah suara."Aduh! Ya sudah." Bu Martha segera menutup teleponnya dan memberitahu sang suami."Mereka baru saja pergi, Pa."Pak Hadiwilaga mengusap wajahnya dengan kasar. "Suruh Pak Diki buat siapkan mobil. Aku akan pergi menemui mereka. Karina, kau pulanglah dulu dan untuk sementara waktu jangan muncul di hadapan kami!" sergah Pak Hadiwilaga t
Read more
Part 40
Part 40"Ternyata benar ini kamu. Sejak kapan kamu ada di Jakarta? Dan kenapa kamu bisa bersama Bosku?"Risna tersenyum kecut. "Kenapa? Ini semua bukan urusanmu!""Tentu saja ini menjadi urusanku, kau itu masih istriku!""Istri? Hahaha. Kamu sedang bermimpi ya? Kita itu sudah selesai. SELESAI!" tukas Risna. "Kamu memang gak pernah hadir dalam sidang cerai kita, Mas. Tapi hakim sudah mengabulkan gugatanku. Tinggal tunggu saja akta cerai itu dari pengadilan. Lagian buat apa kamu kepo tentang urusanku lagi?! Aku sudah bebas melakukan apapun tanpa kamu.""Tapi bagaimana dengan ibu?" Ramdan benar-benar kehabisan kata-kata. Ia pikir dengan tak hadir dalam persidangan, gugatan Risna takkan dikabulkan oleh pengadilan. Ia masih menganggap kalau Risna adalah istrinya. "Kenapa baru kau tanyakan hal itu sekarang? Ibumu adalah urusanmu, bukan urusanku lagi!" Sengaja Risna membuat Ramdan makin emosi. Tetiba ponsel Reyhan berdering membuyarkan mereka berdua. "Hallo, Pak Kamal, ada apa? Oh. Iya,
Read more
Part 41. Shock
Part 41"Ayo pulang bersama papa, Nak. Papa janji akan luangkan waktu untukmu, Risna, menggantikan waktumu yang berlalu tanpa papa. Papa juga janji akan luangkan waktu untuk menemui mamamu. Kita akan pergi bersama-sama kesana," ajak Pak Hadiwilaga pada putrinya."Pa, kami bukan anak kecil yang gampang sekali dibohongi karena janji-janji manismu. Papa akan minta maaf pada Mama? Oh ya? Benarkah? Waktu papa untuk menemui mama saja sudah tersita habis oleh keluarga baru papa.""Sekarang kapan papa terakhir kali mengunjungi mama? Dua bulan, enam bulan atau setahun yang lalu? Papa itu sudah gak ingat sama mama, papa sudah melupakan mama! Orang yang berjuang dengan papa dari nol!" cecar Reyhan. Ia masih menampakkan wajah tak suka dengan ayahnya. Namun ia masih memiliki rasa hormat pada lelaki itu.Dari dulu ia paham betul sifat sang ayah yang hanya mampu berjanji namun tak mampu ditepati.Risna mengurai pelukannya dan menatap kakaknya penuh pertanyaan."Maaf Dek, bukan kakak bermaksud mengh
Read more
Part 42A
Part 42"Hahaha ... Nggak nyangka ya akhirnya jadi seperti ini. Kamu beruntung sekali, Risna, ternyata kamu anak orang kaya. Takdir hidup seseorang siapa yang tahu kan?"Awan begitu antusias ketika bertemu lagi dengan Risna, wanita yang pernah memberinya pengalaman hidup yang berharga meski pertemuannya begitu singkat."Aku senang sekali, akhirnya bisa bertemu lagi denganmu. Aku juga senang sekalibisa bertemu denganmu setiap hari.Gimana masalahmu dengan Ramdan apa sudah sudah selesai?" tanya Awan. Tak hentinya ia bertanya pada wanita berparas manis itu."Alhamdulillah aku baik-baik saja, Mas, masalahku dengan Mas Ramdan juga selesai," sahut Risna sambil tersenyum manis."Alhamdulillah, jadi aku punya kesempatan nih!" celetuknya sembari tersenyum menggoda."Terima kasih atas bantuanmu selama ini, Mas. Aku nggak tahu nasibku akan seperti apa kalau nggak ketemu sama kamu.""Hahaha ... sama-sama, Sayang."Mata Risna membulat saat Awan memanggilnya sayang. "Ups ..." Awan tertawa sendir
Read more
Part 42B
Risna melangkah cepat sampai di depan pintu keluar. Rupanya Pak kamal sudah menunggu."Non, cepat masuk ke mobil. Pak Reyhan sudah menunggu.""Baik, Pak." Risna berlari kecil menjauh menuju mobil yang sudah menunggunya.Merasa gagal tak bisa membujuk Risna, Ramdan merutuk dengan kesal."Kalau saja pekerjaan sudah selesai, akuakan mengikuti kemana mereka pergi."Ramdan meninju ke udara meluapkan kekesalannya. "Sialan! Kenapa sih Risna nggak bisa diajak kompromi!"***Bruukk ... Tas kerja dilemparkan begitu saja ke atas meja, lalu Ramdan menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa. Penat ia rasakan setelah bekerja seharian di kantor, bahkan ada kejutan lain yang membuat jantungnya berdetak kencang tiada henti. Tanpa dinyana harus sekantor dengan man"Kamu Kenapa, Mas? kok pulang-pulang wajahmu lesu gitu?" tanya Alya.Ramdan menghela nafas dengan kasar.Ia tak ingin menjawab pertanyaan istrinyakarena bila Alya tahu dia pasti akan marah."Mas ditanya kok diem aja sih? Emang kenapa? Apa ada masa
Read more
Part 43A
Part 43"Ayo pergi, Dek!" ajak Reyhan.Reyhan dan Risna melangkah pergi meninggalkan Alya yang makin shock, menuju ke mobil yang sudah menungguinya.Risna menoleh sejenak ke arah Alya.tangannya sengaja diangkat dengan jempol terbalik, berusaha meledeknya membuat Alya makin kesal.Alya merutuk dan meluapkan emosinya. "Ih, dasar wanita itu nggak tahu diri! Bikin kesal aja! Jadi wanita penggoda bos aja bangga!!" gumamnya lagi masih tak terima."Alya! Kamu ngapain ada di sini?" seru Ramdan. Nafasnya terengah-engah karena berlari menghampiri sang istri."Untung kamu ke sini, Mas! Risna sama bosmu itu ngeselin banget!" Ramdan langsung menarik tangan Alyamenuju ke tempat yang lebih sepi.Alya meronta, mengibaskan tangan Ramdan dari sakunya. Merasa kesal karena sikap sang suami."Lepaskan aku mas, kok kamu bawa aku ke sini sih!""Kamu yang ngapain ada di sini, Alya?" tanya Ramdan."Aku bawa bekal makanan buat kamu, Mas. Ayo kita makan siang bersama!" ujar Alya.Ramdan meraup wajahnya denga
Read more
Part 43B
"Ngimpiii! Sudahlah mana makanannya, aku laper. Denger khayalanmu gak bakalan habis-habis," sergah Ramdan. Ia mengambil kotak bekal yang dibawa oleh Alya dan membuka kotak itu perlahan.Sebelum ini ia akan makan dengan lezat masakan istrinya. Tapi kali ini entah kenapa masakan istrinya terasa begitu hambar padahal dia menyukai menu makan siangnya. "Kok makannya gitu, emang gak enak?" tegur Alya. Wanita itu mengerutkan keningnya."Enak kok, cuma tadi aku dah makan bolu kukus," sahut Ramdan lagi berbohong."Suapin aku dong, Mas.""Kamu gak malu dilihatin orang-orang?" tanyanya lagi.Alya mencebik. "Udah lama loh, kamu gak romantis kayak awal-awal dulu," sahut Alya cemberut. Ia memonyongkan bibirnya membuat ekspresinya terlihat konyol."Sudahlah, Al. Makan sendiri aja. Nih aku sudah selesai. Aku mau lanjut kerja.""Terus aku ditinggal sendirian?" tanya Alya seraya mendongak menatap sang suami."Ya, kamu pulang aja.""Ih, Mas Ramdan ngeselin, masa pergi gitu aja sih!" seru Alya kesal. Ap
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status