All Chapters of Aku Istrimu Bukan Pembantumu! : Chapter 71 - Chapter 80
103 Chapters
Part 71, Dilema
"Ayah, kenapa Ayah bersikap seperti ini, aku berhak untuk menikah lagi Ayah, dan tentunya dengan wanita yang aku cintai," ucap Edo yang sudah berhadapan dengan tuan Bram. "Benar Ayah, apa yang dikatakan oleh Edo adalah benar. Jika dulu dia menikah dengan wanita yang sama sekali tidak ia cintai, maka sekarang biarkan dia menikah sesuai dengan wanita yang dia pilih, Edo berhak bahagia," seru nyonya Andin yang membela putranya. "Setelah gagal membina rumah tangga, kau dengan mudah memutuskan untuk menikah lagi? Apa aku tidak melihat wajah polos kedua anakmu itu, Edo! Apa kau tidak memikirkan bagaimana perasaan mereka jika harus melihat ayahnya menikah lagi!" marah tuan Bram mengeratkan gigi geraham nya. Benar-benar tidak menyangka, istri dan putranya itu tidak berubah sama sekali setelah lima belas tahun lamanya, bahkan mereka justru semakin kompak saja saat membahas tentang wanita lain yang akan menjadi pendamping hidup Edo selanjutnya. Nyonya Andin dan Edo mengalihkan pandangannya
Read more
Part 72, Menghadiri Pesta Pernikahan Edo
"Ayah, Ibu, aku pergi dulu," pamit Edo pada kedua orang tuanya. "Kau mau ke mana, Edo?" tanya nyonya Andin. "Aku mau mengambil kartu undangan pernikahan ku bersama Irish, Bu. Dan mengurus surat-surat lainnya." jawab Edo melempar senyum. Langkah kaki Edo begitu semangat kala itu, sementara tuan Bram sendiri masih tidak ikhlas jika putranya akan menikah lagi, namun tidak ada yang dapat ia lakukan lantaran Edo kekeh akan menikahi Irish dengan atau tanpa restu darinya. "Lihat itu putra kita, dia sangat bahagia sekali saat ingin mengurus pernikahan nya bersama wanita yang dia cintai," ucap nyonya Andin menatap tuan Bram. "Tapi Ayah masih tidak habis pikir, kenapa Edo secepat itu mau menikah lagi, bagaimana perasaan Tasya dan Andika saat ini," lirih tuan Bram mencemaskan mereka. "Sudah lah Ayah, jangan terlalu memikirkan mereka, Ibu yakin kok kalau Irish jauh lebih baik dari Chelsea, Irish itu wanita berkelas, pasti bisa mengurus keluarga dengan baik dan benar." celetuk nyonya Andin y
Read more
Part 73, Aduan Dari Orang Tua
"Bu, kenalkan ini Reno, teman aku," ucap Chelsea memperkenalkan Reno pada ibunya. "Halo Bu, saya Reno," Reno menjabat tangan bu Yuli dengan santun. "Oh, silahkan duduk Nak Reno." jawab bu Yuli melempar senyum. Reno duduk bersama dengan bu Yuli, sementara Chelsea sendiri pergi ke dapur untuk membuatkan minuman, saat itu bu Yuli dan Reno sempat mengobrol ringan, bu Yuli mempertanyakan tentang siapa Reno, dan sudah berapa lama kenal dengan Chelsea. Reno pun menjelaskan bahwa ia dan Chelsea teman lama yang kebetulan dipertemukan lagi, Reno pun ingin sekali mengajak Chelsea untuk bergabung ke perusahaan nya yang sedang berkembang pesat. "Di minum Ren, kopinya," ucap Chelsea setelah kembali. "Terima kasih banyak Chelsea," seru Reno melempar senyum. "Jadi kedatangan Nak Reno ini mau mengajak kamu untuk bekerja di perusahaan nya, Chelsea," sambung bu Yuli yang sudah tahu maksud dari Reno. "Bekerja di perusahaan? Apa kamu yakin, Ren?!" Chelsea menatap ragu. "Ya, aku sangat yakin sekali
Read more
Part 74, Mulai Merasa Kesal
"Irish, tidak hanya itu saja yang aku inginkan, tapi di rumah ini kamu memiliki ibu, ayah, Tasya, dan juga Andika, mereka itu adalah keluargamu yang harus kamu layani dengan baik," ucap Edo yang mencoba membuat Irish mengerti. "Mas, kan sudah ada asisten rumah tangga Mas, kenapa kamu meminta aku untuk melayani mereka, aku bukan pembantu," protes Irish tidak terima."Aku tahu kalau kamu bukan pembantu, tapi melayani mereka di saat sarapan pagi dan menyiapkan apa yang mereka perlukan itu bukan tugas asisten rumah tangga saja, tapi kau Irish, kau sebagai ibu sambung dari anak-anak ku, seharusnya kamu belajar untuk mendekatkan diri sama mereka." jelas Edo menginginkan hal itu.Permintaan Edo terasa sangat berat bagi Irish lantaran sejak ia pertama kali masuk ke rumah itu, Edo tidak memberikan pengajaran hingga akhirnya membuat Irish begitu acuh dengan anak-anak nya, apalagi Irish menikah dengan Edo memang bukan untuk niat menerima anak-anak nya, melainkan bisa menikmati semua harta yang
Read more
Part 75, Sikap Yang Semakin Terlihat
Irish keluar dari kamar dan turun untuk menemui teman-temannya yang sudah menunggu di depan, ia akan pergi shoping lagi seperti biasanya, sejak menikah dengan Edo pekerjaan Irish hanyalah menghabiskan uang Edo saja, ia bahkan sama sekali tidak perduli dengan kehidupan yang ada di dalam rumah. Bagaimana mendekatkan diri pada Tasya dan Andika sebagai ibu sambung, dan tidak juga berusaha mendekatkan diri pada kedua mertuanya. Melihat Irish yang hendak pergi meninggalkan rumah, nyonya Andin pun menghentikan langkah kaki Irish, Irish merasa sedikit risih kala itu, tetapi ia tidak bisa pergi begitu saja dari ibu mertuanya. "Iya Bu, ada apa?" tanya Irish dengan tatapan malas. "Kamu mau ke mana lagi Irish? Bukannya kamu ingin menikah dengan Edo dulu karena kamu ingin menjadi istri yang baik dan istri yang berguna untuk suami? Lalu kenapa kamu justru pulang pergi sesuka hati kamu seperti ini!" marah nyonya Andin tidak suka dengan sikap menantunya kali ini. "Aduh, kenapa Ibu kuno banget si.
Read more
Part 76, Pertengkaran Di Malam Hari
"Mas, kamu kenapa si kayak gini sama aku! Kamu pelit banget tahu nggak sama aku, aku minta uang 20 juta aja kamu nggak mau kasih," omel Irish saat suaminya itu baru saja pulang dari kantor. "Irish, kamu apa-apaan si, aku baru pulang loh, kok udah kamu semprot dengan kata-kata yang nggak ngenakin gitu," protes Edo yang merasa cukup lelah karena pekerjaan nya di kantor. "Ya ini karena kamu, untung aja di ATM aku masih ada uang, kalau nggak? Aku bisa malu Mas, aku bakal malu banget." suara Irish semakin meruncing. Edo menatap wajah Irish, sudah tidak ada lagi kesejukan ketika ia memperhatikan wajah istrinya itu. Karena Irish selalu marah-marah dan bermuka masam saat keinginannya tidak dituruti. Pertengkaran kecil pun terjadi, nyonya Andin dan tuan Bram yang sedang istirahat di kamar itu sayup-sayup mendengar suara berisik di ruang keluarga. Edo membalas kemarahan Irish dengan bentakan, karena ia merasa cukup lelah tetapi saat pulang hendak istirahat, ia justru di hadapkan dengan Iris
Read more
Part 77, Mengingat Kembali Masa Bersama Chelsea
Irish menemui Edo yang sedang berdiri cukup lama di Koridor kamarnya, entah apa yang terjadi pada Edo akhir-akhir ini, ia tidak tahu karena hatinya begitu terasa hambar. Ia mengamati kisah pernikahannya dengan Chelsea dan juga Irish yang sangat berbanding terbalik itu. Rupanya akhir-akhir ini Edo sedang mengamati bagaimana sikap kedua wanita yang pernah menjadi pendampingnya itu dengan teliti. 'Selama ini Chelsea tidak pernah merepotkan aku, bahkan dia sangat tahu sekali bagaimana kewajiban sebagai seorang istri. Padahal aku tidak pernah menaruh harapan apapun, apalagi cinta. Tapi, saat aku menikah dengan Irish, wanita yang jelas-jelas aku cintai justru membuat aku sangat merasa pusing, bahkan dia tidak bisa mencuri hati anak-anakku dan tidak bisa berhubungan baik dengan keluargaku.' batin Edo yang merasa begitu sangat gelisah saat itu. Langkah kaki Irish semakin mendekat, bahkan saat itu Irish terlihat sudah berdiri di samping Edo yang masih melamun kan sesuatu, Irish menyadarkan E
Read more
Part 78, Menghukum Irish
"Maaf,""Untuk apa?" "Untuk mental mu yang rusak setelah menikah denganku, tapi kamu tahu sendiri kan, kalau aku sama sekali tidak menginginkan pernikahan itu," "Ya, aku tahu, itu sudah konsekuensi ku, jadi jika kamu ingin meminta tips dariku, aku tidak bisa memberikan tips apa-apa."Chelsea bangkit lalu pergi meninggalkan Edo, ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama dengan Tasya dan juga Andika, karena Edo jarang-jarang sekali membawa mereka akhir-akhir ini. Setelah beberapa saat kemudian, karena sejak tadi hanya memperhatikan mereka dari kejauhan membuat Edo tidak puas, akhirnya Edo pun mendekati mereka untuk bergabung. Senyum Edo terlihat mengembang ketika menatap Tasya dan Andika tertawa bahagia. "Kalian sudah cukup puas bermain-main sama ibu kalian? Kalau sudah, yuk kita pulang, ini sudah hampir malam," ajak Edo pada kedua anaknya. "Yah, padahal kami masih ingin bermain-main sama Ibu dan juga Nenek, Ayah," ucap Tasya masih menggandeng tangan Tasya. "Masih ada hari
Read more
Part 79, Tidak Bisa Berkata Apa-apa
"Bu, sudah lah, jangan terlalu keras sama Irish. Dia tidak biasa melakukan ini, lagi pula ini sudah malam, nggak masalah rumah sedikit kotor karena tidak ada asisten rumah tangga," ucap Edo tidak tega dengan istrinya. "Ya nggak bisa dong Edo, rumah itu adalah tempat ternyaman untuk kita, jadi harus dalam keadaan bersih dan sehat, Ibu tidak setuju dengan kamu," celetuk nyonya Andin. "Ya tapi ini sudah hampir jam 21:00 malam Bu, sudah waktunya istirahat, besok lagi ya Bu." Edo berusaha merayu. Ia lalu menggandeng tangan Irish dan membawanya masuk ke kamar, meninggalkan nyonya Andin yang sedang memegang sapu, karena Edo lah yang menyerahkan sapu tersebut padanya. Tibanya di kamar Irish terlihat sangat marah, ia meng-hardik ibu mertua dengan sumpah serapahnya, karena telah berani memerintahkan dirinya untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. "Mas, pokoknya kamu harus bawa aku pergi dari rumah ini, aku udah nggak betah, Mas!" marah Irish menatap Edo dengan kesal
Read more
Part 80, Memutuskan Untuk Pindah
"Apa, kamu mau pindah dari sini? Nggak, nggak, nggak, Ibu tidak setuju!" tolak nyonya Andin marah. "Bu, ayolah... Aku cinta sama Irish Bu, aku pengen dia bahagia setelah menikah denganku," ucap Edo meminta pengertian pada ibunya. "Apa tidak ada cara lain Edo, Ibu tidak mau kehilangan kamu, harusnya kamu itu ajarin Irish dong, supaya dia bisa jadi istri yang baik, tidak membangkang dan tidak boros, dia harus tahu kalau dia itu harus menjaga sikap, bukan malah menuruti dia saat dia ingin pergi dari rumah ini. Ibu jadi nyesel tahu nggak pernah kasih lampu hijau ke kalian," celetuk nyonya Andin kesal. "Bu, aku datang ke sini untuk meminta izin, bukan untuk mendengarkan Ibu yang menjelek-jelekkan Irish, lagian mungkin Ibu dan Irish itu memang tidak cocok, sama-sama tidak mau disalahkan, jadi kalau tetap tinggal satu rumah akan terus menimbulkan konflik-konflik baru. Bu, Ibu tidak bisa menyamaratakan Irish dengan Chelsea, jika Chelsea dulu selalu patuh dan nurut, itu karena dia dalam wani
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status