Semua Bab Aku Istrimu Bukan Pembantumu! : Bab 81 - Bab 90
103 Bab
Part 81, Hukuman Untuk Tasya
"Ayah hanya ingin mengajak Andika keluar sebentar, agar dia merasa sedikit terhibur, daripada di rumah, Ibu justru mengompori agar dia benci dengan ibu tirinya," celetuk tuan Bram yang sudah menggenggam pergelangan tangan Andika. "Ayah!" nyonya Andin terlihat sangat marah. Namun dengan cepat tuan Bram menghilang dari pandangannya, membawa Andika bersamanya, nafas nyonya Andin memburu saat itu, tetapi ia tidak bisa berkata apapun, karena saat itu tuan Bram dan Andika sudah tidak ada lagi di hadapannya. Di sebuah restoran, tuan Bram mengajak Andika duduk, sambil menunggu Chelsea yang belum ada tanda-tanda kemunculannya. "Kek, sebenarnya kita mau ngapain di sini?" tanya Andika. "Kita akan bertemu dengan ibu Chelsea. Kakek tadi sudah mengirimkan pesan, untuk mengajak ketemuan di sini," ucap tuan Bram melempar senyum. "Wah, ketemu Ibu, Andika seneng banget Kek." Andika tersenyum bahagia ketika mendengar ibunya akan datang. Tak lama kemudian Chelsea pun melambaikan tangan saat ia masi
Baca selengkapnya
Part 82, Chelsea Berhasil Melewati Tantangan
Dering telpon menyadarkan Tasya dari lamunannya, dengan cepat ia mengambil ponsel di atas nakas dan melihat nama ibunya, senyum pun mengembang di wajah Tasya ketika menyadari bahwa yang menelpon nya adalah Chelsea. "Halo Ibu," "Halo sayang, belum tidur?""Belum Bu, aku tidak betah tinggal di__""Sssst... Sayang, kau baru beberapa hari bersama ayahmu di sana, jadi kau mungkin lagi butuh banyak waktu untuk membiasakan diri. "Tapi Bu, aku tidak__""Tasya, Ibu paham. Tapi semoga kamu juga bisa lebih paham karena semua itu butuh proses, yang sabar ya." Chelsea menahan tangis ketika ia selalu memotong kalimat putrinya, yang mengeluhkan bahwa sebenarnya ia sangat tidak betah tinggal bersama ayah dan ibu tirinya. Bukan Chelsea tidak mau mendengarkan keluhan Tasya, ia hanya ingin Tasya bisa lebih dewasa dalam menghadapi semua ujiannya. Tasya pun menyeka air matanya, suka tidak suka, Tasya harus mendengarkan nasehat dari ibunya, meskipun sebenarnya ia merasa sedikit kecewa karena Chelsea na
Baca selengkapnya
Part 83, Mengunjungi Tasya
"Tasya!"Pekik Irish memanggil anak tirinya itu. Tasya yang mendengar namanya dipanggil buru-buru menghampiri dan berdiri dengan gemetar di hadapan ibu tirinya. "Iya Bu," lirih Tasya tanpa menatap wajah Irish. "Kamu itu dari mana aja si? Di panggil dari tadi baru nongol! Kamu tahu nggak ini sudah jam berapa, masak dong, buat makan malam," titiah Irish yang seolah memperlakukan Tasya seperti asisten rumah tangga. "Tapi Bu, tugas masak bukannya sudah diberikan pada Bibi? Aku tidak bisa Bu, ada PR dari sekolah yang harus aku selesaikan, karena besok mau dikumpul," tolak Tasya keberatan. "Kamu berani melawan perintah saya, ha!" Irish seketika menjambak rambut lurus Tasya hingga menimbulkan rasa nyeri di kepalanya. Tasya nyengir kesakitan saat Irish melakukan itu padanya, lagi-lagi Irish melakukan sesuatu yang terlewat batas, kali ini fisik Tasya yang disakiti olehnya. Saat sedang memarahi Tasya dengan amukannya, di saat itu juga Chelsea datang untuk mengunjungi putrinya yang sudah h
Baca selengkapnya
Part 84, Kondisi Piskis Yang Terganggu
"Maafkan Ibu sayang, karena kesibukan Ibu, Ibu tidak mengunjungi kamu, dan akhirnya Ibu melihat kejadian seperti ini," ucap Chelsea penuh penyesalan. "Ibu, Ibu tidak perlu merasa bersalah seperti itu, ini bukan salah Ibu," lirih Tasya mencoba untuk menghibur ibunya. "Nggak sayang, ini tetap salah Ibu, Ibu benar-benar minta maaf sama kamu, sekarang kamu bebas tinggal di rumah Ibu, selama dan sesuka hati kamu." Chelsea menekan kedua pipi Tasya menggunakan kedua tangannya, ia juga memeluk Tasya dengan perasaan bersalah. Tok! Tok! Tok! Ketukan pintu terdengar ketika mereka masih dalam keadaan berpelukan, Chelsea menyeka air matanya asal-asalan lalu membuka mata. Namun Tasya tiba-tiba menahan pergelangan tangan Chelsea dengan wajah yang terlihat sangat ketakutan. "Jangan dibuka Bu, aku takut itu ibu Irish yang sedang mencari ku," ucap Tasya dengan nada cemas. "Sayang, di sini tidak ada ibu Irish, yang tinggal di rumah ini hanya ibu Chelsea dan juga nenek Yuli, kamu jangan khawatir ya,
Baca selengkapnya
Part 85, Mengatakan Yang Sejujurnya
"Chelsea, sebenarnya ada apa kamu datang ke sini bersama ibu dan Tasya? Bukannya Tasya ini tinggalnya sama Edo, lalu kenapa tiba-tiba ada sama kamu?" pertanyaan tuan Bram cukup mewakili nyonya Andin yang justru memilih diam sejak tadi. "Ayah, masalah ini cukup serius, aku tidak mau menutupi semua ini dari Ayah atau kelurga lainnya," ucap Chelsea berusaha untuk meyakinkan dirinya agar berani bicara. "Apa masalah seriusnya Chelsea, jangan terlalu berbelit-belit, katakan saja," celetuk nyonya Andin tidak sabar. "Bu, Yah, sebenarnya bukan kenapa aku yang membawa Tasya ke sini, tapi pertanyaan yang sebenarnya adalah, kenapa Tasya terlihat berbeda saat aku bawa ke rumah ini, apa Ibu dan Ayah tidak melihat ada perbedaan dari wajah Tasya sejak tadi?" Chelsea berusaha untuk mencoba menjebol gawang atas pertanyaan kakek dan nenek Tasya itu, sementara mereka mulai mengamati tatapan Tasya yang kosong dan sedikit aneh dan berbeda, namun mereka sendiri tidak yakin itu karena apa. "Ayah, Ibu, ak
Baca selengkapnya
Part 86, Membela Irish
"Oke, aku memang melakukan tindakan itu, tapi kamu tahu kan Mas, alasannya? Tasya itu nakal," ucap Irish. "Se-nakalnya anak saya, saya tidak pernah melakukan tindak-kekerasan pada mereka, apalagi jika hal itu hanya hal yang sangat sepele, mungkin tanpa kamu sadari, bahwa kamu juga pernah melakukan tindakan itu," serah Chelsea tidak terima. "Kamu membela karena dia anak kandung kamu Chelsea, dia akan patuh di hadapan kamu karena dia anak kandung mu, berbeda saat dia bersamaku, dia berubah menjadi anak yang pembangkang." jelas Irish masih berusaha membela diri. Edo terdiam, sejenak ia merasa bahwa apa yang dikatakan oleh Irish ada benarnya. Ada kalanya seorang anak akan terlihat menurut dan baik-baik saja jika bersama orang tua kandung, namun tidak jika bersama orang tua tiri, mungkin hal itu dilakukan oleh Tasya karena belum bisa menerima ibu lebih dari satu. Ucapan Irish seolah sudah menghipnotis Edo untuk mempercayai dirinya, meskipun Chelsea masih terus berusaha untuk membela Tas
Baca selengkapnya
Part 87, Telpon Dari Penggemar Rahasia
Di tempat lain, Irish justru sedang berpesta, setelah pulang dari rumah mertuanya, dan Edo memutuskan untuk berangkat ke kantor, tinggal lah Irish seorang diri di rumah. Ia meraih wine di lemari yang terdapat berbagai jenis dan merk, saat itu Irish menertawakan nasib Tasya yang kalah saat melawan dirinya, dengan terus menuang dan meneguk minuman itu. "Hahaha, Tasya... Tasya... Kamu itu gadis lugu, anak kemarin sore, tapi kamu sudah berani ingin melawanku, kamu lupa Tasya, bahwa aku bukan lah Chelsea, ibumu yang sangat lemah dan bodoh itu!"Irish merancau dan terus menertawakan kekalahan Tasya, saat itu dering ponsel mengheningkan suasana, wajah Irish pun fokus pada layar ponselnya yang terdapat nomor baru di sana. Irish meraih ponsel hendak mengangkat. "Halo,""Halo, selamat siang, bisa bicara dengan nona Irish?""Ya, saya sendiri, ini siapa ya?""Saya Reno, pria yang berusaha memberanikan diri untuk menghubungimu setelah cukup lama menjadi penggemar rahasia mu,""Penggemar rahasia?
Baca selengkapnya
Part 88, Pulang Larut Malam
Irish terlihat terkesima saat mendengar Reno memujinya, wajahnya nampak memerah seperti gadis yang sedang jatuh cinta, bahkan ia lupa dengan status nya saat ini yang bergelar istri. "Mas Reno bisa aja mujinya, aku jadi malu," ucap Irish merapihkan rambutnya ke samping. "Aku serius Irish, aku tidak bercanda, apalagi berbohong. Oh ya, apa ada yang marah jika kamu bertemu denganku di tempat seperti ini, malam-malam lagi?" tanya Reno sengaja memancing Irish. "Emmm, ya enggak dong Mas, siapa si yang marah sama aku kalau ketemuan sama kamu," seru Irish melempar senyum. "Wah, berarti kamu masih sendiri dong, ya?!" tegas Reno memastikan. Tatapan Reno penuh harap kala itu, dan sementara Irish nampak kebingungan ketika harus menjawab lebih dalam, namun karena sudah terlanjur nyaman bersama Reno, akhirnya Irish harus berbohong demi mendapatkan kepercayaan dari Reno, dan demi agar Reno tidak menghindar darinya. Setelah mengobrol cukup serius, akhirnya Reno mengajak Irish untuk bersulang. Dan
Baca selengkapnya
Part 89, Salah Paham
"Mas, ini buat aku?" tanya Irish memastikan sebelum menerima kartu berwarna hitam itu. "Ya, itu untuk mu, tapi kamu jangan ulangi lagi semua kesalahan yang kamu lakukan sebelumnya, ya!" ancam Edo menatap tajam. "Ya Mas, siap." jawab Irish melempar senyum bahagia. Irish pun berlalu pergi, membiarkan Edo sarapan pagi seorang diri tanpa berniat untuk menemani dan mengantarkan Edo sampai di depan pintu. Saat itu tiba-tiba Edo teringat akan sesuatu, teringat akan bayangan saat dirinya masih menjadi suami Chelsea dulu, saat itu Chelsea begitu setia menemani dirinya di meja makan sampai makanannya habis tak tersisa, bahkan Chelsea tidak pernah meminta uang sekalipun saat menjadi istrinya, Edo lah yang kerap kali memberikan uang karena merasa bahwa itu adalah hak dari Chelsea sendiri. Namun saat bersama dengan Irish, wanita lain yang ia nikahi, Edo justru menangkap sesuatu yang jauh sangat berbeda, bahkan Edo tidak melihat Irish ketika ia ingin menyambung kebaikan yang sebelumnya merenggan
Baca selengkapnya
Part 90, Tidak Sengaja Mendengar Pembicaraan Chelsea
Malam itu Reno terlihat sangat gelisah, lantaran Chelsea beberapa hari ini terlihat sedikit menjauh, sejak ia tahu bahwa Reno justru dekat dengan Irish. Chelsea selalu menolak ketika Reno mengajaknya untuk makan bersama, apalagi saat pergi meeting, Chelsea kerap kali menghindar dari tatapan matanya. "Gue nggak bisa gini aja, Chelsea harus tahu kalau alasan gue deket sama Irish cuma mau buat Edo hancur, gue nggak mau Chelsea salah paham." ungkap Reno dengan yakin, bahwa ia harus meluruskan hal ini. Reno pun memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah, dan ia akan menemui Chelsea agar ia tahu alasan terbesar Reno mendekati Irish. Tibanya di kediaman Chelsea, saat itu Chelsea sedang berbincang ringan dengan ibunya, dan ketika menyadari kedatangan Reno, ibu Yuli dengan reflek mempersilakan Reno masuk dan duduk. Chelsea dan Reno pun kini duduk bersebrangan, Reno tetap dapat membedakan sifat dan Chelsea yang berbeda saat itu, karena melihat ada kecanggungan satu sama lain, akhirnya bu Yuli
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status