Semua Bab Pembalasan Pelayan Kaya Raya: Bab 21 - Bab 30
186 Bab
Pengkhianatan?!
"Kau dengar itu, Madoka?!” ujar Javier sambil mengepalkan tangannya. Ia sudah tidak sabar untuk menghajar orang-orang Allaster itu. Madoka mengangguk seraya memutar kendali mobil dengan cepat. Mereka berbalik arah, setelah mendengar teriakan Luca di telinga seluruh anak buah Cavallo. Setiap anggota Cavallo memiliki sebuah anting yang bukan hanya dipakai untuk pemanis, tapi juga sebagai alat komunikasi. “Allaster brengsek! Berani mereka menyentuh Nona Navisha seperti itu!” raung Madoka sambil menginjak pedal gas lebih dalam lagi. “Tenang, Madoka! Biar aku saja yang marah. Kau menyetir yang benar!” sentak Javier yang mulai khawatir kalau mereka akan terbunuh bahkan sebelum tiba di markas Allaster. Beberapa menit kemudian, mereka tiba di markas besar Allaster. Javier bisa melihat semua anak buah Cavallo berkumpul di depan gerbang besar kediaman Darrien Allaster. Namun kelihatannya ada yang tidak beres. Mereka semua terlalu tenang. Javier pun bertanya pada salah satu rekannya, “Di ma
Baca selengkapnya
Mulai Menembak
“Apa?! Dari mana mereka tahu, kalau mereka hanyalah orang bayaran?!” sentak Javier yang merasa kalau memang ada yang janggal dari kejadian hari ini.Madoka menatap lurus ke depan. Bukan tak bisa menjawab, tapi ia sendiri takut dengan hasil analisa pikirannya sendiri.“Madoka! Kau tak berpikir bahwa Darrien ada kemungkinan berbohong, kan?” tanya Javier lagi, panik.Karena Luca sepertinya sangat mempercayai Darrien dan malah mengundang sang pemimpin organisasi Allaster itu untuk makan malam hari ini.“Itu salah satu kemungkinan yang bisa saja terjadi, Jav,” komentar Madoka sambil meremas erat gagang kemudi kendaraan roda empat itu.Ia menambahkan, “Tapi kau tahu, ‘kan? Tak banyak yang tahu ucapan itu selain yang dekat dengan Nyonya Vivien. Kalau kita eliminasi semua itu kau pasti tahu hanya ada beberapa orang yang bisa kita curigai, termasuk bos Luca sendiri.”“Tak mungkin bos Luca berniat mencelakai putrinya sendiri!” protes Javier pada hasil analisa Madoka.“Sabar dulu. Aku juga tahu
Baca selengkapnya
Morning Sick
“Ha! Ha! Ha! Kurasa kau ini sedang penasaran seperti apa memegang pistol, kan?! Anak nakal!” ujar Luca sambil mengetuk hidung mancung Visha dengan ujung telunjuknya. Visha hanya menjulurkan lidahnya, ketahuan tujuan utamanya. “Tapi aku akan benar-benar berlatih, Ayah.” Luca menghela napas panjang. Ada kelegaan, bahwa apa yang terjadi tadi, tidak meninggalkan trauma apapun pada Visha. Pria tua itu menatap Visha cukup lama, sambil membatin, ‘Dia lebih kuat dari dugaanku. Vivien, apa kau memperhatikan putri kita? Dia tumbuh dengan luar biasa.’ “Ayah! Bagaimana?! Kau takkan menarik ucapanmu lagi kan?!” keluh Visha sambil menggembungkan pipinya. “Kuberi kau syarat, Anakku. Kalau kau bisa lulus tes akhir bulan ini dengan nilai di atas 90, maka aku akan menjadwalkan latihan menembak dan bela diri untukmu. Bagaimana?” tanya Luca
Baca selengkapnya
Bertahan Lama
“Morning Sick?!” Luca spontan berdiri. Tanpa sadar ia menggebrak meja, karena panik. Bianca segera menepuk pelan lengan suaminya itu dan memintanya untuk tenang. “Eugene! Tenanglah. Kau sudah panggilkan dokter?” tanya Bianca sambil membalik sendok dan garpu, menyudahi sarapannya. Eugene mengangguk dan menjawab, “Javier sudah menghubunginya, Nyonya.” “Baiklah. Untuk sementara, makanan yang tadi kau sajikan, berarti takkan bisa Navisha makan selama ia mengalami morning sick. Pastikan kau tidak membuatnya lagi,” perintah Bianca yang langsung direspon dengan anggukan. Baik dari Eugene maupun dari Celez. Bianca pun segera menggandeng Luca dan membawanya menuju ke kamar Visha. “Semoga saja tidak parah, Luca.” “Kau tidak pernah mengalami hal ini, Bianca. Aku ingat dulu kau malah bers
Baca selengkapnya
Batal Balas Dendam
“Dante masih tidur?” Luca mendatangi Visha yang tengah mengayun tempat tidur Dante, sambil mengamati wajah tenang bayi laki-lakinya itu. Visha mengangguk sambil tersenyum pada ayahnya yang kini sudah menjadi seorang kakek. “Mirip sekali denganmu waktu kecil. Lihat! Aku menemukan foto bayimu.” Luca menunjukkan selembar foto lama yang menunjukkan wajah Visha saat berusia satu minggu. Visha terkekeh pelan melihat wajahnya yang memang benar-benar mirip dengan Dante. “Sama-sama seperti cicak. Ha! Ha! Ha!” “Astaga kau ini!” Luca pun ikut tertawa bahagia bersama sang putri. Visha menatap sang bayi sambil berbisik dalam doa, “Kuharap tak sedikit pun, Dante mirip dengan ayahnya.” Luca mengangguk setuju. “Kita harus membalaskan semua perbuatan mereka, Putriku. Sebentar lagi kau akan bisa melakukannya.” Ucapan sang ayah yang tiba-tiba itu, membuat Visha terdiam. Selama ini ia belum memikirkan rencana balas dendamnya karena masih merasa tidak mampu. Terlebih lagi, karena kondisi kehamila
Baca selengkapnya
Tekad Bulat
“Ha?! Nona, jangan bercanda! Luka yang mereka buat itu masih basah di hati kami, tapi Nona ingin menyudahi ini?!” sentak Javier, saking ia terkejut dengan apa yang didengarnya barusan. Bodyguard Visha itu bangkit dari duduknya dengan murka. Ia benar-benar tidak percaya bahwa baru saja Visha mengatakan tentang pembatalan rencana pembalasan dendam itu. Ia bahkan tidak peduli kalau suaranya membangunkan Dante yang baru saja tertidur. Mendengar ucapan penuh kemarahan dari Javier, Visha kini nampak pucat. Ia merasa seperti sudah melakukan pengkhianatan besar. Terutama terhadap ayahnya. Setelah tekad Visha untuk mengambil alih rencana pembalasan dendam dari sang ayah, bisa-bisanya ia membatalkan begitu saja. Gadis itu lupa, bahwa luka yang ada padanya, bukan hanya miliknya seorang. Tapi juga sudah menjadi luka yang ditanggung oleh mereka yang menyebut dirinya Cavallo.
Baca selengkapnya
Kakek Cavallo
“Saya rasa … Nona Visha akan sangat senang bisa merasakan langsung bagaimana menghadiri rapat pemegang saham, Bos. Ide yang bagus.” Dan benar saja, seperti ucapan Luca pada Javier itu, 6 bulan kemudian, Visha mendapat undangan untuk menghadiri rapat pemegang saham. Rapat itu akan diadakan 3 hari lagi. “Apa aku punya saham di sana?” tanya Visha pada Javier yang baru saja menyerahkan undangan tersebut. “Tentu saja, Nona. Anda salah satu pemegang saham di sana. Biasanya aku yang dikuasakan untuk menghadiri rapat itu. Sekarang Nona sudah kembali, tentu saja Anda harus melakukan debut pertama. Hadir dalam rapat akbar ini.” Mendengar mewahnya kata-kata Javier, netra Visha pun berbinar-binar. Detik berikutnya ia sudah berlari kecil menuju rak buku yang tertanam di tembok kamarnya, di sisi kiri ruang tidur itu. Diambilnya buku catatan yang biasa
Baca selengkapnya
Kericuhan Sebelum Rapat
"Silakan, Nona." Javier membukakan pintu mobil bagi Visha.Beberapa detik sebelumnya, Madoka menghentikan mobil di teras lobi sebuah gedung serbaguna. Tempat itu khusus dipilih Luca menjadi tempat penyelenggaraan rapat pemegang saham.Sebelum turun, Visha menoleh ke arah Madoka lalu berkata, "Madoka, aku titip Dante bersamamu, ya."Karena anak laki-lakinya itu masih terlelap, jadi mereka akan turun setelah Dante terbangun saja."Siap, Nona. Bos sudah menyewa satu aula kecil di sebelah ruang rapat. Anda bisa mengunjunginya nanti."Visha pun mengangguk sambil tersenyum penuh rasa terima kasih.Tapi, di samping rasa itu, ada sebuah kepanikan besar dalam benaknya.Ia merasa sangat gugup menghadiri rapat yang digadang-gadang sebagai rapat besar sebuah perusahaan. 'Rasanya aku mau pingsan. Bagaimana kalau nanti aku pingsan betulan di dalam?!' batin Visha sambil mengamat-amati teras lobi gedung yang mulai dipadati dengan tamu-tamu berpakaian formal nan mewah."Nona? Apa ada masalah?" tanya
Baca selengkapnya
Hadiah Kejutan
"Taruhan?"Romaneuv Dean mengangguk santai sambil memainkan janggut pendek tebalnya. Sementara Visha mengamati perbincangan aneh di antara keduanya."Untuk apa aku taruhan kalau sepertinya kau sudah tahu apa yang terjadi, Pria tua?!" Javier mulai kehilangan kesabarannya.Tapi kemarahan Javier justru menjadi alasan Romaneuv Dean kembali tertawa.Belum selesai tawa Romaneuv, pintu utama gedung tersebut akhirnya terbuka lebar. Seorang pria tua—setua Romaneuv, muncul di atas kursi roda yang didorong oleh seorang wanita muda berpakaian mirip seperti yang dikenakan Javier. Memicingkan netranya, Visha mencoba menangkap wajah si pembuat kericuhan itu. Ia membatin, 'Kenapa wajahnya terlihat familiar ya?' Visha pun mendekati Javier dan bertanya-tanya kalau ia mengenal orang-orang itu."Sepertinya ... saya belum bisa menangkap seperti apa wajahnya, Nona," jawab Javier masih dengan sikap siaga.Sementara itu mereka semakin mendekat dan jelas menuju ke arah penerima tamu.Dan ketika Visha akhir
Baca selengkapnya
Mencoreng Cavallo
"Kepada Tuan Alfons, dipersilakan untuk memberikan penjelasan laporan keuangan tahunan, tahun 2022."Pria berparas tampan dengan setelan jas seperti boyband tersebut, segera bangkit dan menjalankan tugasnya untuk memberikan penjelasan singkat.Tidak banyak yang memberikan pertanyaan terkait kinerja perusahaan. Karena Viensha Ltd. selalu berhasil membukukan keuntungan 3 sampai 5 kali lipat dibanding tahun sebelumnya, setiap tahun.Setelah paparan publik tersebut ditutup, dibukalah forum bebas untuk para wartawan untuk bertanya."Apakah selama ini Anda menyembunyikan keberadaan Nona Navisha? Apa tujuan Anda, Tuan Luca?""Lantas bagaimana dengan rencana masa depan perusahaan Viensha Ltd.? Apakah ini berarti Nona Visha yang akan memegang kepemimpinan?""Apakah Nona Visha sedang menjalankan rencana perebutan hak waris?"Pertanyaan sejenis itu lah yang dilontarkan para wartawan.Apalagi yang mereka tahu selama ini, penerus keluarga Cavallo adalah Ernesto. Kemungkinan adanya perebutan kekuas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status