All Chapters of Pembalasan Pelayan Kaya Raya: Chapter 11 - Chapter 20
186 Chapters
Apa Aku Merepotkan?
“Thanks Damian.” Luca menggosok pelan netranya dan segera menyesuaikan dengan cahaya ruang kabin pesawat. Ia menambahkan, “Tolong minta Ludwig menemuiku jam 11 siang nanti, di kantor.” Pria bernama Damian—yang baru saja membangunkan Luca pun mengangguk paham dengan perintah sang atasan. Kalau Javier adalah orang yang paling Luca percayai dalam organisasi Cavallo, maka Damian adalah orang kepercayaannya di perusahaan Viensha—perusahaan yang Luca dirikan untuk mengenang sang istri tercinta. “Apa Visha sudah bangun? Di mana Javier?” tanya Luca pada Damian. “Nona Visha sedang bersiap di kamarnya, Bos. Dan ... Javier ... sedang mengobati lukanya sebentar.” Damian menjawab dengan sedikit keraguan di kalimat akhirnya. Manik mata Damien bahkan bergulir ke samping, tanda ia merasa bersalah atas suatu hal. Tentu saja. Damian lah yang membuat Javier harus menerima pengobatan sederhana. Pria tenang—setenang gunung es itu, sudah menghajarnya karena menggoda Madoka tepat di bawah hidungnya.
Read more
Sang Nyonya
“Ha?! Menyusahkan bagaimana, Nona?”Javier menggaruk acak kepala belakangnya, sedikit tak mengerti dengan pertanyaan Visha.“Ayah terlihat tak nyaman membawaku ke kantor. Dia sampai mempertanyakan hal itu padamu.”Mendengar penjelasan lanjutan dari Visha, Javier pun tergelak.Ia kemudian menjelaskan, “Bukan seperti itu, Nona Visha. Bos hanya overprotektif. Kuharap Anda sadar di mana sekarang Anda berada. Italia bukan hanya rumah klan Cavallo, tapi juga rumah musuh yang mengharapkan kemusnahan organisasi kami.”"Lalu, untuk apa ayah bertanya padamu, Javier?" Kening Visha berkerut. Kali ini giliran gadis itu yang bingung.Kekehan jahil pun keluar dari bibir pria kekar yang duduk di samping pengemudi yang sejak tadi diam saja seperti patung itu.Javier pun menambahkan, “Bos bertanya padaku untuk memastikan aku bisa melindungi Nona, kalau-kalau ada musuh yang mengetahui keberadaan anak perempuan dari klan Cavallo.”Mendengar penjelasan Javier, hati Visha terasa lega. Dirinya masih penuh k
Read more
Mama
“Nyo—nyonya Bianca?” Kerutan di dahi Visha berkumpul. Tapi sebuah pertanyaan lewat di benaknya. ‘Apakah dia istri ayah?’ batin Visha. Bak menjawab pertanyaan yang muncul di dalam hati Visha, Javier berkata, “Ya, Nona. Nyonya Bianca adalah istri Bos Luca. Tidak ada yang membatasi pergerakannya, jadi tidak ada yang tahu kalau beliau sedang ada di sini. Maaf.” Visha pun cepat-cepat menggeleng. “Tidak ada yang perlu dimintai maaf, Jav. Mungkin memang sudah semestinya aku bertemu dengan beliau.” Javier meletakkan tangannya pada gagang pintu lalu menatap Visha dan bertanya, “Kau yakin?” Terdiam sejenak, Visha pun akhirnya mengangguk diikuti gerakan Javier yang membuka pintu ruangan itu. “Selamat pagi, Nyonya Bianca. Maaf mengganggu. Saya tidak tahu Anda ada di kantor,” sapa Javier sambil membungkuk hormat. “Yeah. Kudengar kalian pulang, jadi aku ingin langsung pergi dengan Madoka. Aku ada acara minum teh dengan istri walikota siang ini—“ Ucapannya terpotong ketika Bianca berbalik dan
Read more
Manja
'Adikku?! Apakah yang disebut-sebut sudah memberikan laporan palsu atas keadaanku?' Visha membatin panik.Ia belum siap jika harus menghadapi kebencian dari adik yanh tak pernah dikenalnya. Rasanya menakutkan, bertemu orang asing yang tidak kita kenal tapi mengenal seluk beluk tentang kita."Navisha? Ayo, Sayang!" ajak Luca yang berbalik lagi, padahal ia sudah mencapai pintu keluar.Visha pun mengerjapkan netranya dengan cepat sementara tubuhnya bergerak dari kursi, mengikuti ke mana ayahnya pergi. Dengan sengaja, Luca melambatkan langkahnya supaya Visha bisa mengejar ketinggalan dan berjalan di sisinya. "Apa ada yang sedang kau pikirkan, Navisha sayang?" tanya Luca sambil merangkul bahu anak gadisnya itu."Mmm ... aku hanya belum siap bertemu dengan adikku. Aku takut dia tidak menyukaiku."Luca terdiam sesaat. Ia mulai paham kondisi mental Visha. Ia terlihat baik-baik saja namun menyimpan banyak trauma dan rasa tidak aman terhadap sekitarnya.Bagi Luca, hal ini adalah bagian pentin
Read more
Rumah Di Atas Tebing
'Huh? Bahasa Italia kah?' batin Visha saat mendengar kalimat aneh yang diucapkan seorang pria muda berperawakan tinggi.Wajahnya sangat tampan. Terlihat seperti malaikat. Benar-benar tampan. Tidak seperti pria umumnya yang biasa Visha temui.Gadis itu terkekeh dalam hati, karena pikirannya mengejek dirinya sendiri, 'yang selama ini kau temui, kan, laki-laki pengantar galon, supir tua keluarga Adinata. Yang paling tampan ya, Raffael.'Detik kemudian, lamunannya dibuyarkan dengan suara Celez yang bernada tenang."Tuan muda, selamat siang," sapa Celez sambil membungkuk, diikuti oleh Eugene dan Javier.'Wow! Ternyata mereka sangat fasih berbahasa Indonesia. Apa memang bahasa Indonesia sudah jadi bahasa dunia saat ini? Aku tidak terlalu mengikuti perkembangan ini.' Visha keheranan."Ya, Celez." Pria itu membalas sapaan Celez, pun dengan bahasa Indonesia.Tidak tahu harus berbuat apa, Visha pun ikut membungkuk ke arah seorang pria muda yang kemungkinan besar adalah adiknya.Lagipula, Celez
Read more
Makan Siang Pertama
"Aku lapar, Jav. Apa Eugene sudah datang?" Visha terlihat tersipu, karena Javier terkekeh mendengar pertanyaannya. "Tak perlu menunggu Eugene, kalau memang Nona sudah lapar. Ayo, kuantar ke ruang makan." Javier mengedikkan kepalanya dan langsung mendapat anggukan dari Visha.Ia segera menutup kamarnya dan menyusul langkah Javier yang sudah lebih dulu berjalan."Jav, kenapa semua orang di sini bisa bahasa negara Indonesia? Aku bahkan baru menyadari kalau kau bukan orang Indonesia. Benar, kan?" tanya Visha sambil menyusuri lorong yang sama seperti yang ia lewati saat tiba tadi.Javier pun tersenyum. Ia sudah menunggu-nunggu kapan Visha akan menyadari hasil didikan Luca atas semua orang yang bekerja di bawahnya."Dari cerita ayah, bos sengaja melatih semua orang berbahasa Indonesia, ketika ia jatuh cinta pada nyonya Vivien. Beliau tak ingin nyonya merasa tak nyaman dengan orang berbicara bahasa asing disekitarnya," jelas pria kekar itu sambil mengingat-ingat lagi bagaimana dulu mereka b
Read more
Membenci Visha
"Bianca ... kau sudah datang?" sapa Luca santai, tapi tubuhnya masih melekat di sofa.Sementara Visha langsung berdiri dan membungkuk hampir 90 derajat, memberi salam pada wanita paruh baya yang adalah ibu sambungnya itu, "Selamat siang, Mama.""Navisha, Sayang. Ayo kita makan. Maaf, mama membuat kalian menunggu. Lihat ayahmu merajuk karena lapar." Bianca mengulurkan tangannya dan meraih pergelangan tangan Visha, mengajaknya ke meja makan.Sementara netra Visha menatap sang ayah. Dan ia lega melihat ayahnya tersenyum bahagia.'Dia pasti tenang karena mama sepertinya bisa menerima kehadiranku.' Visha membatin sambil mengikuti arahan Bianca untuk duduk di tempat yang sudah disiapkan.Javier sendiri berpikir akan melangkah menemani Visha, tapi Luca menghalanginya."Jav! Biarkan saja. Kau bisa keluar dan berjaga ... atau makan siang. Ada aku di sini," perintah Luca pada Javier.Mulut Javier baru saja terbuka hendak protes, tapi Luca sudah melangkah menuju meja makan. Ia akhirnya memutuskan
Read more
Tanggung Jawab Berat
“Tidak, Papa!” Jawaban Ernesto terdengar lantang dan jelas. Pun spontan. Bagi Luca, hal itu sudah cukup membuktikan teori Dominic—anak buahnya yang selalu dipanggil dengan sebutan Dom, bahwa ada orang lain yang melakukan intervensi terhadap laporan Ernesto. “Baiklah. Kau bisa pergi, Ernesto. Kuharap kau tidak mengulang kesalahanmu ini. Aku melepaskanmu kali ini saja, karena Visha berhasil diselamatkan oleh Javier.” Mendengar keputusan sang ayah, Ernesto pun segera memeluk pria tua itu dan berterima kasih berulang kali. “Pergilah. Papa akan mencari kakakmu.” Ernesto mengangguk. Ia tak berani meminta untuk ikut karena tidak mau membuat sang ayah kembali marah padanya. Sepeninggalan Ernesto, Luca berbalik untuk menenangkan diri, menatap foto Vivien di rak belakang meja kerjanya. Ia selalu melakukan itu—mengingat kenangannya dengan Vivien, kala emosi menguasai dirinya. “Vivien … aku berhasil menemukan Navisha. Andai kau ada di sini, Sayangku Vivien,” gumamnya sambil meraba bingkai
Read more
Bukan Orang Baik
“Aku … akan berusaha belajar dengan giat, Ayah.Setelah hening sesaat, akhirnya Visha mengutarakan niatnya itu, walau dengan berbagai keraguan. Ragu pada dirinya sendiri, pada kemampuan otaknya dan pada kekuatan hatinya.Bagi Visha, selama menjadi pelayan keluarga Adinata, tak pernah sedikitpun ia memimpikan akan lepas dari pekerjaan itu. Apalagi menjadi seorang anak dari keluarga kaya seperti ayahnya.“Terima kasih, Navisha Sayang.” Luca memeluk anak gadisnya itu dengan penuh syukur.Ia kemudian melontarkan sebuah pertanyaan yang sedikit mengganggunya. “Visha, Nak. Apa kau nyaman tinggal di rumah ini? Atau kau lebih senang tinggal sendiri di apartemen?”Wajah Visha terlihat kaget dengan pertanyaan sang ayah. Tetapi, ia belum bisa memastikan hatinya. Tentu saja, tinggal di tempat asing terasa tidak nyaman pada awalnya. Tapi Visha memang baru menginjakkan kakinya di tempat ini kurang dari satu hari.‘Kurasa ini ketidaknyamanan yang normal.’ Visha membatin.Ia kemudian memutuskan, “Ayah
Read more
Serangan Mendadak
“Ha! Tak kenal maka tak sayang, eh? Seperti itu kalau tak salah Vivien pernah mengatakannya pada bos kami dulu.”Kerutan di dahi Visha terbentuk.Pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan di dalam kepala Visha. ‘Siapa mereka?! Bagaimana mereka bisa tahu nama ibuku?! Apa hubungan ibuku dengan bos mereka?!’“Ba—bagaimana kalian tahu nama itu?!” tanya Visha tergagap.Ketiga pria itu pun segera mendekat dan langsung mencengkeram lengan atas Visha sambil berkata, “Tidak penting bagaimana kami tahu. Tapi yang terpenting, kami sudah mendapatkan kelemahan Luca Cavallo. Ha! Ha! Ha!”Dengan paksa Visha ditarik keluar dari ruang ganti menuju ke luar gedung butik itu. Netra Visha sibuk mencari keberadaan Bianca, tapi ia tak dapat menemukannya.Namun detik berikutnya ia melihat sang ibu juga di tarik keluar oleh orang-orang yang berpakaian sama seperti yang menariknya.Bianca terlihat berteriak dan mengancam mereka karena berani menyentuhnya. Tapi sepertinya orang-orang itu tidak peduli.“Sial! Per
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status