Semua Bab Pembalasan Pelayan Kaya Raya: Bab 31 - Bab 40
186 Bab
Menarik Perhatian
"Dad ...." Luca mengambil napas cepat lalu menghembuskannya dengan sedikit menyentak. Bukan berarti Luca tidak setuju dengan ucapan sang ayah.Sudah lewat hampir 2 tahun, namun tidak ada pergerakan dari Cavallo, pasti membuat Lyuvent bertanya-tanya."Dad jelas yang paling tahu bagaimana rasanya menjadi seorang ayah ketika putrinya diperlakukan seperti ini, bukan? Jangan memojokkanku ...." Luca memberikan gelas kristal itu pada Lyuvent dan memintanya bersikap tenang.CEO Viensha Ltd. itu kemudian mengambil posisi duduk di sofa yang ada di sebelah kiri sang ayah. Ia menghela napas panjang, seolah ikut mempertebal ketenangannya."Tidak sehari pun aku lupa bagaimana Javier menemukan Visha malam itu. Wajah cantik putriku bersimbah keringat dan selalu penuh ketakutan. Bahkan takut dijual kepadaku. Aku yang sangat ingin menghancurkan dua keluarga itu. Yang sudah membuat Visha menderita."Lyuvent mengerutkan keningnya sambil menenggak cairan beralkohol di gelasnya. Cavallo tua itu menuruti p
Baca selengkapnya
Di Balik Masakan Nyonya Besar Cavallo
“Apa ada resep yang bisa diikuti, jika menunya sulit, Nyonya?” tanya Celez ketika dilihatnya wajah bingung Bianca.“A—aku tidak tahu makanan apa yang diinginkan Luca,” aku Bianca dengan wajah tersipu malu.Ia begitu marah tadi, karena mendengar Ernesto—anak laki-lakinya disingkirkan begitu saja dari kandidat CEO, sehingga ia tidak berpikir panjang mengenai apa yang harus ia perbuat.Padahal sudah 20 tahun lebih ia menjaga posisi itu tetap aman untuk anak tunggalnya.Celez yang mendengar ucapan Bianca pun setengah mati menahan tawa. Ia kemudian memberi saran untuk membuat makanan kesukaan Luca saja.“A—apa yang dia suka?” tanya Bianca. Kali ini ia menyadari betapa cuek dirinya terhadap sang suami.Memang mereka menikah karena dijodohkan oleh mendiang orangtuanya yang terlanjur mengikat janji dengan keluarga Cavallo. Tapi ia tidak menyangka kalau sampai hari ini, ia bahkan tidak tahu apa makanan kesukaan Luca.“Tuan Luca sangat menikmati beberapa makanan dan saya mengamati menu yang pal
Baca selengkapnya
Janji
“Apa ada hal yang terjadi, sampai kau tiba-tiba memasak, Bianca?” tanya Luca, tak menahan diri dari rasa penasarannya.Tubuh Bianca bergerak kaget mendengar pertanyaan yang sebenarnya sudah ia perhitungkan akan ditanyakan oleh salah satu dari mereka.Karena memang memasak sama sekali tidak ada dalam kamusnya. Setidaknya hingga hari ini.“Aku hanya ingin sekali-kali mencoba memasak, Sayang. Aku lihat Visha sering memasak untuk Dante,” kilahnya sekalian memuji Visha.“Bagus sekali, kalau begitu, Bianca. Dan ini cukup enak untuk seseorang yang seumur hidup tak pernah memasak.” Luca terus memuji sang istri, membuatnya semakin melambung tinggi.Separuh jalan mereka menikmati makan malam, Ernesto pun tiba dengan wajah penuh semangat sambil berkata, “Mana makanan Mama?!”Ernesto pun duduk sementara Celez menambahkan piring dan peralatan makan di hadapannya.“Nyonya besar membuat Panzanella ini dan Saltimbocca, Tuan Muda.” Celez menunjuk kedua menu tersebut dengan tangan kanan yang menengadah
Baca selengkapnya
Janji (2)
“Kenapa tidak bisa?” Visha mengerutkan dahinya, bingung.Selama ini ia tidak pernah absen mengikuti rapat pemegang saham, setiap tahunnya. ‘Masa’kan sekali saja aku tak bisa absen?’ keluh ibu beranak satu itu, dalam hati.Javier akhirnya mengaku, “Bos Luca … meminta saya mengosongkan jadwal. Maafkan saya, Nona. Saya tidak menyangka bahwa itu adalah hari yang sama dengan hari perjanjian dengan tuan muda.”“Argh! Jadi itu rupanya. Bukan salahmu, Jav. Apa yang membuatnya memintamu begitu ya? Aku akan bicarakan dengan Dante nanti.” Visha memutuskan.“Baik, Nona.” Javier mengangguk.Mereka pun akhirnya tiba di kantor Viensha Ltd.Hari ini Luca memanggil Visha ke kantor untuk mengikuti beberapa rapat dengan divisi-divisi.*** Hari siang, berganti sore.Sementara itu, Ernesto yang sedang berada di rumah, tengah mendengar ocehan sang ibunda.“Mam … aku baru akan lulus kuliah, Papa pasti berpikir kalau aku belum banyak pengalaman,” ujar Ernesto menjelaskan dari sudut pandang Luca.Seben
Baca selengkapnya
Anak-Anak Cavallo
“Pa, bukankah ini tidak ada kaitannya dengan suka atau tidak, hm? Aku hanya menagih janji saja,” ujar Ernesto sambil terkekeh. Ia merasa di atas angin saat ini, karena ia tahu semua ucapannya benar. Tapi segera, kekehannya berubah menjadi raut wajah siaga ketika sang ayah mengambi cangkir teh dan menyesapnya santai.Setelah meletakkan cangkir itu lagi, Luca akhirnya membuka mulut berkomentar dengan tenangnya, “Kau pikir papa tidak memperhitungkan semuanya? Kalau seperti itu, perusahaan yang papa bangun dengan keringat dan air mata hanya akan hancur dalam hitungan bulan.”“Apa maksud Papa?” Kerutan tak suka muncul di kening anak kedua dari Luca tersebut. “Jangan menganggap karena aku masih muda lantas aku tak bisa memimpin sebuah perusahaan!”Melihat raut kekesalan sang anak, Luca pun tergelak. ‘Tapi kuacungkan jempol karena berani menagihku,’ batinnya dengan bangga.“Ernesto, kau bahkan tak bisa mengerjakan tugas kecil dariku kalau bukan karena bantuan ibumu. Apa kau percaya diri ak
Baca selengkapnya
Perubahan Mendadak
“Visha, Nak. Bagaimana pekerjaan sejauh ini?” tanya Luca membuka pembicaraan. Luca melirik Ernesto, seolah memintanya untuk melihat dan menilai bagaimana Visha memberikan laporan.'Laporan? Kupikir ada apa. Wajah Ernesto terlihat tegang,' batin Visha menghela napas lega, karena ini hanyalah pertanyaan seputar pekerjaannya.“Ada beberapa komplain saat aku pergi mengunjungi dua orang klien lama kita, Yah. Tapi, aku sudah mendapat izin untuk memberikan mereka sedikit kompensasi agar mereka tidak melepas kerja sama dengan Viensha Ltd.,” lapor Visha dengan nada santai. Setiap kali Luca menanyakan soal pekerjaannya, Visha tidak menampilkan hal baik di awal. Dan entah kenapa itu membuat pria paruh baya tersebur merasa tenang. ‘Putriku tahu di mana letak masalah dan ia paham bagaimana mengambil langkah cepat, sambil menunggu proses perbaikan,’ batin Luca puas.Belum selesai, Visha pun melanjutkan, “Mereka terdengar senang, tapi aku sudah menyelipkan alat penyadap, kalau-kalau mereka mengoce
Baca selengkapnya
Hari Pertama Ernesto
"Nah ... kita masih bisa menggelar rapat luar biasa nantinya, Damian. Hilangkan saja dulu. Anak-anak perlu waktu untuk belajar."Luca terkekeh santai saat memutuskan hal itu.Damian pun tak bisa membantah kemauan sang atasan. Tapi ia akan cukup dipusingkan dengan administrasi pemerintah karena mengganti agenda rapat mendekati hari di mana rapat diselenggarakan.Sementara itu, Bianca yang tahu kalau Ernesto sudah selesai bicara dengan Luca, bergegas menuju ke kamar anak laki-lakinya tersebut untuk menanyakan apa yang dikatakan sang ayah padanya."Bagaimana, Nak? Papamu akan menyerahkan posisi itu untukmu, kan?" tanya Bianca. Perasaannya campur aduk antara penuh semangat dan juga ketakutan. Tapi melihat wakah sumringah sang anak, Bianca menebak kalau pembicaraan mereka sepertinya mulus."Aku akan mulai bekerja di Viensha Ltd, besok lusa, Mama. Tenang saja. Aku akan belajar dengan cepat." Senyuman Ernesto terlihat cukup bahagia di pandangan mata Bianca.Tapi, sepertinya sang ibu tidak s
Baca selengkapnya
Dipermalukan?!
"Kak ... apa kau bisa menjelaskan saja, apa arti semua laporan ini?" bisik Ernesto sambil menggeser kursinya dan memiringkan tubuhnya mendekat pada Visha. Anak kedua dari Luca itu menambahkan, "Aku tidak paham apa maksud semua ini, Kak Visha."Mendengar pengakuan jujur dari Ernesto, Visha hampir saja kelepasan mentertawakan sang adik. Bukan karena ia meremehkannya, tapi wajah Ernesto terlihat lucu ketika berbisik barusan.Visha pun pura-pura membersihkan tenggorokannya dengan berdeham beberaoa kali, sebelum ia akhirnya mengatakan, "Kau bisa ikuti saja rapatnya. Catat apa yang tidak kau mengerti. Nanti setelah rapat baru kita bahas.""Baiklah! Jangan sampai mereka meminta saran dariku, Kak. Karena aku sungguh tidak paham dengan semua ini," keluh Ernesto dengan suara pelan, sambil kembali ke posisi duduknya semula."Tenang saja." Visha kemudian mengirim pesan pada Damian untuk meminta para direksi tidak memberi pertanyaan pada Ernesto untuk saat ini.'Damian, tolong beritahu semua dir
Baca selengkapnya
Tugas Pertama
"Apa?!" Ernesto mencoba protes. "Pa—maksudku, Tuan Luca—"Sayangnya, Luca sudah berjalan keluar dari ruang rapat sambil tertawa terbahak-bahak.Merasa dipermalukan, Ernesto pun terdiam di tempat sambil mengepalkan tinju kanannya.Melihat respon sang tuan muda, Damian pun segera mengosongkan ruangan, meminta semua peserta rapat segera meninggalkan ruangan.Sementara itu, Visha menghela napas lelah. Lelah dengan kelakuan antik sang ayah. Untuk Visha pribadi, entah kenapa, ia bisa memahami sudut pandang sang ayah. Memang awalnya ia merasa tertekan, tapi setelah Visha melihat sisi terang dari sikap keras sang ayah, ia pun bisa bekerja dengan lebih baik."Ernesto. Tenang saja. Ada aku." Visha meraih kepalan tangan sang adik, berharap pria muda itu mau mengendurkannya, termasuk emosinya.Sang adik menggeleng, tidak terima. "Dia bersikap seenaknya! Apa dia sebegitu tak sukanya aku memegang kendali atas perusahaan ini?!" sentak Ernesto dengan nada tertahan."Tidak, Ernesto. Tidak seperti itu
Baca selengkapnya
Dipanggil Kepala Sekolah
"Aku minta libur 1 hari!" Ernesto segera berdiri dan tanpa menunggu komentar Luca, ia pamit pulang.Sepeninggalan Ernesto, Luca tergelak seperti orang gila, membuat Visha membulatkan matanya kesal."Ayah! Bisa tidak, berhenti mengganggu anak laki-lakimu itu." Visha protes sambil menggelengkan kepalanya.Luca memegangi perutnya yang terasa sakit karena ia terlalu banyak tertawa. "Nak, kau lihat kan? Orang seperti itu, mau memimpin perusahaan ini setelah lulus kuliah?! Ha! Ha! Ha!"Kali ini Visha melemparkan tatapan tak setuju ke arah Luca sambil berseru, "Ayah mengujinya?!"Luca langsung mengangkat kedua tangannya. "Tidak, Sayang. Ayah pun berharap banyak padanya. Ayah pikir kali ini mungkin Ernesto akan mau memperjuangkan sesuatu. Tapi sepertinya tidak. Anak itu selalu saja senang bersantai."Mendengar itu, Visha pun tak lagi berkomentar. Jelas sang ayah yang paling tahu, seperti apa Ernesto dan bagaimana membuat anak laki-laki itu layak menyandang nama Cavallo. Bagaimanapun, ia sud
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status