All Chapters of Pernikahan Suami di Rumah Mertua : Chapter 21 - Chapter 30
80 Chapters
Ketakutan Mirna Yang Berlebihan
Mirna menguatkan diri dari kegelisahannya sendiri. Ia masih dikuasai ketakutan atas kebohongan yang ia ciptakan. Setiap kali menatap wajah suaminya, ia teringat akan rasa bersalahnya. “Bu, ini bubur ayamnya.” Wanita paruh baya itu memasuki kamar Mirna. “Letakkan di atas nakas saja, Bi!” Mirna berseru sambil menoleh ke arah asisten rumah tangganya. Setelah melakukan perintah majikannya, wanita itu berjalan menuju ke luar ruangan. Namun, langkahnya tertahan saat Mirna menanyakan sesuatu. Ia menoleh ke arah Mirna lalu menjawab pertanyaan majikannya. “Pak Herdian tidak mengatakan apa-apa, Bu. Beliau hanya bilang agar saya tidak perlu menyiapkan makan malam.” Wanita itu berkata dengan mimik wajah datar. Sedangkan Mirna tampak tersentak saat mendengarnya. Wanita paruh baya itu pun tak mempedulikan Mirna. Ia segera kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai. Dan–Mirna hanya mematung. Ia bahkan lupa bahwa perutnya mulai protes . Berbagai prasangka muncul memenuhi
Read more
Terperangkap Tipu Daya Herdian
Sebuah nampan berisi dua piring nasi goreng iga langganan Mirna sudah berada di tangan Herdian. Lengkap dengan acar dan kerupuknya. Tersedia juga dua buah gelas berisi teh chamomile hangat yang baru saja dibuat oleh Herdian. Mirna masih merasa bersalah atas semua sikapnya pada Herdian. Ia mengutuki dirinya sendiri. Wajahnya masih tertunduk malu. Terpaksa ia harus menutupi rasa bersalahnya karena Herdian memasuki ruangan. “Mas ... kamu tidak perlu repot-repot begini.” Mirna menghampiri suaminya. “Tidak apa, kamu sedang hamil. Kandunganmu juga lemah, maka aku harus memperlakukanmu dengan baik.” Pria itu meletakkan nampan di atas meja. Mendengar pernyataan itu, Mirna semakin sedih. Penyesalan seakan tak cukup untuk menghilangkan rasa bersalahnya. Ia masih menatap wajah Herdian tanpa mengatakan apapun. Suaminya pun menyadari gelagat Mirna tetapi ia berpura-pura tidak tahu. Bukan Herdian jika ia tidak pandai merebut hati Mirna. Ia menyodorkan sendok berisi nasi ke hadapan Mirna. Deng
Read more
Kejutan Yang Tak Diinginkan
“Hari yang indah!” Herdian tersenyum samar sambi membuka pintu mobilnya. Senyum sumringah itu masih enggan pergi dari wajah tampannya. Sejak tiba di kantor, ia sudah menahan senyum itu agar tidak terlukis di wajahnya. Sebab banyak mata yang akan memperhatikan gerak-geriknya atas perintah Mayang. Semua pekerjaan segera ia selesaikan karena ia mengejar waktu agar dapat mencari Kemala tanpa pulang terlambat ke rumah. Semangatnya untuk mencari keberadaan Kemala muncul lagi. Dalam benaknya ia berkata bahwa Mirna dan Mayang begitu mudah ditaklukkan. Namun bukan Herdian jika tidak selalu waspada. Memang hari ini ia akan memulai lagi mencari Kemala, wanita yang ia cintai. Ia pun berniat pergi ke tempat proyek terlebih dahulu seperti rencana awal. Ternyata apa yang ia pikirkan benar. Ketika ia akan memarkirkan mobilnya, di sana sudah terparkir mobil ibu mertuanya. Sepertinya wanita itu tidak sepenuhnya percaya pada apa yang ia dengar dan lihat tadi pagi. Dengan langkah santai tetapi tak me
Read more
Menjadi Semakin Jauh
“Mir, kue titipan mama–apakah sudah diambil oleh suamimu?” Suara Mayang terdengar melalui panggilan telepon. “Sudah, Ma. Terima kasih.” Mirna menata beberapa piring dengan tangan kiri memegang ponsel di telinganya. Mayang menyadari bahwa putrinya sedang sibuk. Ia mendengar suara piring yang beradu dengan badan meja. Mayang lantas menyudahi panggilan teleponnya. Mirna hampir selesai menyiapkan makan malam untuk Herdian saat suaminya itu memasuki ruang makan. Ia tampak segar dengan wajah yang tampak lebih teduh dari sebelumnya. Seperti biasa Mirna tidak menanyakan apapun pada Herdian sebelum ia menceritakannya sendiri. “Bibi masih menyiapkan masakannya, kita coba cake ini dulu ya ....” Mirna menyodorkan sebuah piring kecil berisi sepotong ogura ke hadapan suaminya. Seolah sedang dihipnotis oleh istrinya, Herdian pun menuruti perkataan Mirna. Ia menggerakkan sendoknya, memotong cake lembut di hadapannya. Indera perasanya mendeteksi sensasi rasa yang tidak asing. Kemudian ia kembali
Read more
Hati Untuk Kemala
Sementara Herdian sedang dalam perjalanan ke Rumah Sakit. Di sebuah ruko dua lantai, Kemala sedang bersiap untuk istirahat. Namun ia tak juga dapat memejamkan kedua matanya. Padahal tubuh lelahnya seakan tak kuasa untuk segera melepas penat. “Kak Kemala belum tidur?” tanya Vita, ia sengaja mengintip Kemala dari sela-sela pintu kamar Kemala yang tidak tertutup rapat “Ehh–Vita. Emm ... sebenarnya lagi bersiap tidur tapi susah sekali mataku terpejam.” Kemala bangun lalu duduk di tepi ranjang menghadap ke arah Vita. Gadis itu melangkah masuk ke dalam kamar Kemala. Kemudian berjalan ke arah ranjang bayi yang berada di samping ranjang Kemala. Ia tersenyum gemas melihat Dylan yang tertidur pulas. “Vita buatkan susu hangat ya, Kak. Mungkin Kak Kemala akan lebih rileks lalu bisa segera istirahat,” tawar Vita. Melihat Kemala mengangguk, ia pun melangkah keluar ruangan menuju ke arah dapur. Hanya selang beberapa menit, Vita datang kembali ke kamar Kemala. Ada segelas susu hangat di tangann
Read more
Sikap Dingin Kemala
Tangan berjari lentik itu menghentikan Tangan Bram yang masih berusaha memasangkan kalung berliontin hati di lehernya. Pria itu pun mengurungkan niatnya. Ia menggenggam kalung tersebut. Kemudian menatap Kemala, seolah-olah ia berbicara melalui matanya. “Sebaiknya, kamu simpan saja benda itu. Saya tidak bermaksud membuatmu kecewa, Tttapi ....” Kemala menghindari kontak mata dengan pria di hadapannya. “Seharusnya saya sadar diri. Maaf, Kemala!” Bram tersenyum masam, “Tapi–semua yang saya lakukan untukmu dan Dylan, tulus.” Bram masih menggenggam kalung di tangannya. “Saya tahu, hanya saja ada sebuah alasan yang tidak dapat saya katakan.” Kemala semakin tertunduk malu. Bramantyo tidak lagi mengatakan apapun. Ia pun turut menundukkan pandangannya. Ada jejak kekecewaan pada wajahnya. Namun berusaha ia sembunyikan dari Kemala. Setelah menolak pemberian Bram, Kemala membuka pintu. Secara tidak langsung ia mempersilahkan Bram agar segera pergi. Meskipun tak ada kata yang keluar dari mul
Read more
Sikap Kasar Suamiku
Kemala membuka pintu, lalu tersenyum pada wanita itu. Dengan ramah ia mempersilahkan masuk. Pelanggan wanita itu juga membalas senyum Kemala. Ia melangkah menuju ke depan meja kasir. “Selamat datang! Mau pesan apa, Bu?” Kemala kembali tersenyum. “Saya ingin membuat pesanan untuk acara keluarga pekan depan.” Wanita itu menyodorkan secarik kertas berisi daftar pesanan yang telah ia buat pada Kemala. “Baik. Kami akan menyiapkan pesanan anda sesuai waktu yang telah ditentukan. Terima kasih.” Kemala membuat jadwal pada kalender dan menempelkan daftar pesanan di tempat khusus. Setelah pelanggan wanita itu pergi, ia kembali mendekati pria yang tadi berbicara serius padanya. Bukan untuk melanjutkan pembicaraan mereka, tapi Kemala bermaksud mengusirnya. Ia tidak ingin terjadi kesalahpahaman atas situasi tersebut. “Mas, aku sibuk. Tolong segera pergi dari sini!” Wajah cantik Kemala tidak lagi terlihat ramah. “Aku masih ingin berbicara banyak denganmu,” kata pria itu, menarik tangan K
Read more
Harapan Tak Sesuai Kenyataan
“Bagaimana perjalanannya, Bu?” tanya Kemala, ia menyambut kedatangan Yana. Tidak disangka, wanita itu memalingkan muka. Bahkan ia tidak menerima uluran tangan Kemala yang ingin mencium punggung tangannya. Senyumnya hanya ia tujukan pada putra kesayangannya. Sementara pria itu memberi isyarat agar Kemala membawa masuk barang bawaan ibunya. Ingin mengeluh tapi tak bisa, itulah yang dirasakan Kemala saat ini. Wanita itu pun membawa masuk koper dan sebuah tas dengan tangannya yang lemah. Jalannya terseok-seok karena menahan beban yang lebih berat dari badan ringkihnya. Setelah meletakkan barang-barang Yana di kamar, ia merasakan tangannya yang agak kebas. Ia menghirup napas panjang untuk membuat tubuhnya segar kembali. Belum hilang rasa lelahnya, Herdian berteriak memanggilnya. “Ada apa, Mas?” Kemala menghampiri suaminya. “Apa makanannya sudah siap?” Bukannya menjawab, pria itu malah balas bertanya. “Makanan? Emm ... maksudnya untuk ibu–“ Kemala tergagap. Suami tak tau diri i
Read more
Di Balik Perubahan Sikap Herdian
Setelah selesai memasak, Kemala menyajikannya di atas meja makan. Kemudian ia mempersilahkan Yana untuk sarapan seperti biasa. Meskipun ia telah diberitahu bahwa mereka tidak ingin makan makanan rumah, Kemala yakin kalau mereka tetep akan makan makanan yang ia buat. Apalgi waktu telah menunjukkan pukul 10 pagi. Biasanya Yana meminta disiapakan sarapan pukul 8 pagi. Mungkin Kemala perlu berpura-pura ada urusan di rumah ayahnya. Agar ibu mertuanya tidak merasa malu jika ingin makan makanan buatannya. Seperti rencananya, Kemala pun pergi ke rumah ayahnya setelah berpamitan pada Yana. Kebetulan jaraknya tidak jauh. Wanita berparas cantik itu mengayunkan langkah demi langkah sambil sesekali menyapa tetangga yang berpapasan dengannya. “Mau ke mana, Mala?” Seorang wanita tua menyapanya. “Ke rumah ayah, Bu Siti.” Kemala tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Ayahmu sepertinya sedang tidak sehat, sejak semalam ia mengeluh kalau kepalanya agak pusing.” Wanita yang merupakan tetangga Har
Read more
Ketika Ada Kesempatan
“Kuharap ibu tidak benar-benar marah,” ujar Herdian, “Aku pun menepati janjiku untuk membeli makanan sesuai pesanan ibu.” Herdian Menyajikan makanan di atas meja makan yang sudah ia bersihkan sebelumnya. “Ini baru yang namanya makan,” gumam Yana, ia mulai mencicipi makanannya. Wanita itu menyantap makanan yang ia inginkan. Kali ini ia menikmati makan siang keduanya dengan lahap. Melihat Yana yang sedang makan dengan wajah bahagia, Herdian tersenyum. Ia merasa lega karena dapat menuruti permintaan ibunya meskipun bukan ia yang membelinya. Semua makanan itu dibeli oleh Mirna. Beberapa barang seperti pakaian juga ia terima dari gadis kaya pilihan ibunya. Herdian mulai tergiur dengan kemewahan yang ditawarkan Mirna. Gadis itu pun berjanji untuk mengusulkan pada ibunya agar Herdian dapat bekerja di perusahaan keluarganya. Tentu semua itu berkat kisah mengharukan yang diceritakan oleh Yana pada Mirna tentang kehidupan Herdian. Yana sengaja mengarang cerita yang dapat menyentuh hati M
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status