All Chapters of Pernikahan Suami di Rumah Mertua : Chapter 11 - Chapter 20
80 Chapters
Melihat Diriku di Dalam Dirinya
Seorang wanita yang juga memiliki andil dalam usaha bakery-nya datang. Ia menghampiri Kemala yang tengah sibuk melayani pembeli. Sementara perutnya mulai membesar. Wanita itu terus saja melihat ke arah Kemala. “Biar saya saja.” Wanita itu menyerobot secarik kertas pesanan pengunjung. Kemala tentu merasa tidak enak hati, sebab wanita yang lebih ia anggap seperti ibunya itu sudah banyak membantu dirinya. Meskipun sebenarnya ada yang Kemala sembunyikan darinya. Harapan Kemala, wanita itu tidak terseret dalam cerita masa lalunya. Ia belum siap jika nanti hubungan mereka renggang hanya karena permasalahan masa lalunya. “Bu, biar saya saja.” Kemala menahan Mayang. “Bu Mayang duduk saja, saya siapkan choco latte ya, Bu.” Ia menyiapkan beberapa pesanan dari secarik kertas yang ia dapatkan dari wanita yang masih menatapnya itu. “Terima kasih. Echo Bakery selalu di hati.” Kemala menyodorkan sebuah paper bag berisi kue pesanan salah seorang pengunjung. Setelah pengunjung itu keluar dari Echo
Read more
Mendadak Jadi Bos
Echo Bakery baru saja tutup, Kemala berjalan kaki ke arah rumahnya. Kebetulan jarak Echo Bakery dan rumahnya tidak terlalu jauh. Kemala lebih suka berjalan kaki daripada naik motor. Selain sambil menikmati pemandangan malam hari, ia juga merasa lebih senang karena sekaligus berolahraga. Mengingat selama membuat kue dan melayani pelanggan, dirinya hanya duduk dan sesekali saja berdiri. Terkadang ia merasakan sakit di area punggungnya. Terlebih sekarang dirinya sedang hamil tua, pinggangnya sering kali terasa ngilu. Malam itu, Kemala membawa sebuah kotak berisi dua potong brownies masing-masing varian keju dan original. Ia mengetuk pintu rumah Siti, sebelum dirinya masuk ke dalam rumahnya. Mereka memang tinggal bersebelahan. “Kemala ....” Siti membukakan pintu untuknya. “Ayo masuk!” ajaknya. “Tidak usah, Bu Siti. Saya hanya ingin memberikan ini.” Ia mengeluarkan sebuah kotak dari dalam paper bag-nya, lalu menyodorkannya pada Siti. Siti merasa segan, setiap hari wanita muda itu sel
Read more
Hari Persalinan
Mayang bergegas masuk ke dalam ruko miliknya. Dengan bantuan Vita, gadis yang baru saja bekerja di Echo Bakery, ia mengangkat tubuh Kemala ke dalam mobil. Selanjutnya, Mayang melarikan Kemala ke Rumah Sakit. Sementara itu ia menyuruh Vita untuk tetap membuka toko. Wanita yang sudah menganggapnya seperti anak sendiri itu sangat gelisah. Ia merasa khawatir dengan keselamatan Kemala dan juga janin yang dikandungnya. Sosok Kemala memang mengingatkannya pada dirinya sendiri. Kisah hidup mereka juga hampir sama. Mayang juga pernah mengalami masa-masa sulit seperti Kemala. Beberapa orang berpakaian serba putih mengerumuni mobilnya yang baru saja sampai di depan IGD Rumah Sakit. Mereka segera menyiapkan brankar dan membawa Kemala masuk ke dalam ruang IGD. Dalam hatinya, Mayang tidak berhenti mendoakan keselamatan dua nyawa tersebut. Meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah, tetapi Mayang sangat menyayangi Kemala. “Dokter, tolong berikan perawatan terbaik padanya.” “Baik, Bu. Kami pa
Read more
Setelah Persalinan
Wajahnya masih muram, ia belum menjawab pertanyaan Mayang. Namun, air bening itu tiba-tiba mengalir. Mayang semakin bingung melihat Kemala, ia pikir wanita muda itu bersikap aneh. Mayang mencoba menghalau pikiran buruknya. Ia melihat wajah malang bayi laki-laki Kemala. “Maaf, Bu. Bayinya harus di bawa ke ruang bayi dulu.” Mayang memundurkan langkahnya dari suster yang menggendong bayi laki-laki itu. Kemudian ia beralih ke wanita muda yang terbaring di hadapannya. Air matanya sudah mengering, tetapi tatapannya masih kosong. Seolah-olah ada yang ia pikirkan. Kekhawatirannya muncul saat melihat Kemala yang tampak hancur. Ia memberanikan diri untuk mendekat ke sisi ranjang. Dengan lembut, Mayang mengusap kepala Kemala. Wanita itu masih menatap kosong ke langit-langit ruangan. Mayang mencoba mengatakan sesuatu padanya, “Ada apa Kemala? Tersenyumlah, bayimu sehat dan tampan.” Kini hatinya mengeras, dadanya terasa sesak. Ia teringat akan sebuah tujuan. Seketika itu ia bersikap lunak pad
Read more
Kehadiran Pria Asing
“1 ogura pandan, 5 Donat mini dan 1 brownies original,” gumam Kemala lirih, masih memegang secarik kertas pesanan pelanggan. Wanita itu menyiapkan tiga kotak untuk masing-masing jenis kue yang tertulis dalam pesanan. Sementara Vita membersihkan meja yang baru saja ditinggalkan pelanggan. Di tengah kesibukan mereka, seorang pria masuk. Sepertinya pria itu belum pernah datang ke echo bakery sebelumnya. “Selamat datang!” sapa Vita ramah. “Silahkan lihat daftar menunya! Kami akan segera menyiapkan sesuai pesanan.” Vita menyodorkan selembar daftar menu. Pria itu masih tidak mengatakan apa-apa. Ia membaca daftar menunya. Kemudian menunjuk salah satu jenis kue dan minuman. Sementara Vita mencatat pesanan pada buku kecil yang ia bawa. Setelah memastikan pesanan pelanggan barunya, ia pergi menyerahkan secarik kertas pada Kemala. Vita pun menginput data pesanan pada layar monitor lalu membuat tagihan atas pesanan tersebut. Pria itu terkesan dingin. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari
Read more
Bukan Keluarga
Pria itu terus mengekor di belakangnya. Sambil menyatukan kedua tangannya, pria itu menatap penuh harap pada Kemala yang sedang gelisah. Masih berusaha untuk membujuk Kemala, “Tolong, terima bantuan dari saya! Sekali lagi, bukan untuk anda. Tetapi bayi itu harus segera ke Rumah Sakit.” Mendengar pria itu beberapa kali mengatakan ‘bukan untuk anda, tapi bayi itu’. Ia menurunkan egonya, hanya demi bayi laki-lakinya yang malang. Kemala berbalik arah, lalu mengikuti langkah pria itu. Namun ia masih penasaran dengan sosok laki-laki asing di sampingnya. Dalam ingatannya, ia merasa pernah melihatnya di suatu tempat. Mereka saling bungkam di sepanjang perjalanan ke Rumah Sakit. Hanya sekali Kemala mengatakan sesuatu. Saat pria itu bertanya tentang tujuannya. Setelah itu mereka kembali saling diam. Baik Kemala maupun pria itu melangkah dengan tergopoh-gopoh begitu sampai di Rumah Sakit. Air muka mereka tampak sama cemasnya. Mungkin wajar bagi seorag Kemala yang memang merupakan ibu dari ba
Read more
Setelah Dua Hari Bersama
Wanita muda itu masih terjaga sejak semalam di depan kamar perawatan bayi. Ia belum bisa tenang sampai dokter menyatakan bahwa bayinya baik-baik saja. Sedangkan pria yang membantunya entah pergi ke mana. Kemala menatap sedih ke arah bayinya yang terbaring di dalam box. Dalam hatinya, kemala berdoa untuk kesembuhan bayinya. Ia masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri. Mengingat semua kejadian yang ia alami, terkadang ia harus mengutuk sosok Herdian. Bahkan laki-laki itu tidak mengetahui dirinya sedang mengandung buah cinta mereka. Sekarang justru orang asing yang peduli pada putranya. “Nih, biar kamu sedikit agak tenang.” Seseorang menyodorkan bungkusan plastik ke hadapannya. “Apa ini?” Kemala menatapnya bingung. “Sedikit makanan dan air mineral.” Pria itu duduk di sampingnya. Kemala ragu untuk mengintip isi bungkusan plastik yang ia terima. Sesekali ia menoleh pada pria asing di sampingnya. Namun pria itu melempar isyarat agar Kemala membukanya. Akhirnya ia pun membuka bungku
Read more
Mulai Membanding-bandingkan
Setelah masuk ke dalam 'Echo Bakery', Kemala hanya terdiam. Ia tetap mematung melihat punggung Bram dari belakang. Seolah-olah ada yang ia pikirkan. "Kak Kemala sudah datang?" Suara Vita mengagetkan Kemala yang sejak tadi tidak mengalihkan pandangannya dari sosok Bramantyo. "Aaah—iiiya. Baru saja sampai," jawab Kemala tergagap. "Saya akan menidurkan Dilan dulu." Kemala meninggalkan Vita yang tampak menyimpan banyak pertanyaan untuknya. "Dilan …," gumam Vita lirih. Di dalam kamar berukuran 3 x 4 meter itu, Kemala duduk di dekat jendela setelah menidurkan bayinya. Tatapannya mengisyaratkan berbagai pertanyaan tentang suatu hal. Sepertinya ia tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dilan … nama itu terdengar sederhana tetapi mempunyai makna dalam. Sebuah nama pemberian dari Bram untuk buah hatinya. Entah mengapa ia sangat menyukai nama itu, terlebih karena nama itu memiliki arti yang baik. Berbeda dengan Kemala yang sedang memikirkan pertemuannya dengan Bram. Di kediamannya, Herdian
Read more
Terbelenggu Masa Lalu
Selama beberapa hari sejak bertengkar dengan Mirna. Herdian kerap memikirkan Kemala. Sebenarnya sebagian besar tempat di hatinya masih diisi oleh Kemala. Sebab mereka dipertemukan oleh cinta dengan proses yang cukup rumit. "Pak, 30 menit lagi Bapak ada meeting dengan klien di Black Pepper Coffee." Seorang staf wanita membuyarkan lamunannya. Rupanya suara wanita itu tak cukup kuat untuk membangunkannya. Air mukanya masih menegang sambil menatap ke arah luar dinding kaca. Hingga wanita yang masih berdiri di samping mejanya itu menambah volume suaranya. "Pak Herdi!" panggilnya, "Pak!" Ia mendekatkan langkahnya. "Iii—ya. Ada apa?" Herdian tersadar, air mukanya tampak terkejut. Wanita muda itu mengulang kembali kalimat pemberitahuan yang tadi sudah ia sampaikan pada atasannya. Setelah mendengar penjelasan staf wanita itu, Herdian beranjak dari tempat duduknya. Ia bergegas untuk pergi menuju ke tempat yang sudah diberitahukan stafnya. Di tengah perjalanan, terpikirkan sebuah rencana
Read more
Sesuatu Yang Disembunyikan Mirna
“Bagaimana hasilnya?” Herdian sedikit berbisik ketika Mirna kembali ke sisinya.Wanita itu terdiam dengan wajah sendu, ia duduk di samping Herdian yang masih menatap bingung. Kemudian Dokter menghampiri mereka, lalu menyodorkan sebuah resep obat kepada Mirna. Sepasang suami-istri itu pun segera meninggalkan ruangan. Di sepanjang perjalanan pulang, mereka masih saling membisu. Ada banyak tanya dalam benak Herdian. Namun dia enggan mengutarakannya pada Mirna yang tampak sedih. “Sudah sampai. Beristirahatlah, aku akan pergi ke kantor.” Herdian membukakan pintu untuk istrinya. “Terima kasih, Mas.” Setelah memastikan Mirna masuk ke dalam kamarnya, Herdian meninggalkan rumah dengan perasaan yang masih gamang. Ada apa dengan istrinya? Jika benar Mirna hamil, mengapa wajahnya murung? Situasi demikian berlasung hingga beberapa hari. Suasana rumah terasa membosankan. Mirna berubah, ia cenderung lebih pendiam dan tidak bersemangat. Sesekali Herdian memijit tengkuk wanita itu saat hendak me
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status