All Chapters of Pernikahan Suami di Rumah Mertua : Chapter 31 - Chapter 40
80 Chapters
Kehilangan Pegangan Hidup
Sementara Kemala sibuk merawat ayahnya, Herdian memanfaatkan kesempatan tersebut untuk lebih gencar mendekati Mirna. Bahkan ia berhasil meyakinkan Mayang untuk memberi lampu hijau pada hubungan mereka. Ternyata rencana berjalan dengan mulus, ia tidak hanya mendapat restu untuk menjalin hubungan dengan Mirna. Namun ia juga diminta bergabung dengan perusahaan serta mendapatkan fasilitas berupa tempat tinggal dan kendaraan. “Apakah sebaiknya aku jujur pada Kemala tentang pekerjaan dan fasilitas yang kudapatkan, Bu?” Herdian mulai gamang, ia merasa ragu apakah langkah ini tepat untuk hidupnya. “Herdi, kamu sudah terlanjur masuk dalam rencana ini. Jangan merusak semuanya hanya karena Kemala. Toh, nanti dia juga yang enak kalau kamu sukses.” Yana menyerang sisi lemah Herdian. Wanita itu tahu betul cara meneguhkan kembali tekad putranya. Kemala bukan hanya istri tetapi juga kekuatan sekaligus kelemahan Herdian. Oleh sebab itu, dia pun menggunakan Kemala agar Herdian meneguhkan kembali n
Read more
Adonan Gosong Dalam Oven Tua
 Beberapa kali Vita memanggil nama Kemala dari luar ruang produksi. Namun Kemala tidak menyahut, padahal suaranya cukup keras. Sementara pelanggannya menunggu kue pesanan yang seharusnya telah siap diambil. Vita mencoba mengulur waktu dengan menyambutnya dengan baik. Ia tidak ingin membuat pelanggan tersebut kecewa. “Bu, mungkin pesanan ibu sedang dikemas. Untuk mengisi waktu sembari menunggu, silahkan nikmati espresso latte dan soufle kacang yang kami buat khusus untuk hari ini!” Vita sengaja tersenyum lebar. “Terima kasih, saya harap pesanan segera siap. Saya tidak punya banyak waktu lagi, acara akan segera dimulai.” Air muka wanita tua itu agak kesal. Vita masih berusaha tersenyum. Dalam hatinya ia berharap Kemala segera membawa keluar pesanan wanita tua itu. Gadis itu belum pernah melihat Kemala seperti ini sebelumnya. Biasanya wanita itu selalu menyelesaikannya tepat waktu. Langkah kaki mungilnya t
Read more
Lukisan Abstrak Merah Jambu
“Beruntung pria itu tidak bertemu denganku,” gumam Mayang, “Aku sungguh ingin menghajar pria yang menghancurkan hidup putriku.” Wanita paruh baya itu pun tampak Geram. Vita dan Kemala saling memandang satu sama lain. Entah apa yang dipikirkan keduanya, sepertinya ada kalimat Mayang yang membuat mereka agak bingung. Mungkin lebih tepatnya terkejut, terutama Kemala. Sekarang Vita mengernyitkan dahinya. Dalam benaknya, ia mulai berpikir tentang pria yang disebut sebagai ayah Dylan dan masih berstatus sebagai suami Kemala. Ia yakin jika telinganya tidak salah mendengar. Mayang menyebut kalau putrinya hancur karena pria yang tadi juga membuat Kemala sedih. “Maaksud Bu Mayang, Bu Mirna juga–“ Vita terpaksa menghentikan kalimat yang akan ia katakan karena Kemala mencolek pinggangnya agak keras. “Bagaimana? Sepertinya tadi kamu mengatakan sesuatu, Vita.” Mayang menoleh pada Vita yang mendadak bungkam dengan wajahnya yang merah padam. “Tiiidak! Emm–maksud saya, Vita tadi berniat menan
Read more
Tatapan Sepasang Mata Elang
Seketika Kemala terhenyak, ia terbangun dari mimpi buruk yang memaksa jiwanya tinggal. Padahal ia baru saja menatap lukisan itu, entah kapan ia memejamkan kedua matanya. Kalimat yang dikatakan seseorang di dekat ruang dengarnya begitu jelas. Sosok itu samar, seorang pria dengan masker hitam, menutup sebagian wajahnya. Namun tatapan tajam sepasang mata elangnya seolah masih mengikuti Kemala. “Yah, sepasang mata itu–aku tidak asing dengan tatapannya,” gumam Kemala, kedua tangannya menepuk-nepuk pipinya sendiri. “Ada apa, Kak?” Vita yang baru saja memasuki ruang produksi heran dengan sikap Kemala. “Tidak apa,” jawabnya singkat, “Vita, apakah ada pesanan baru hari ini?” Kemala berpura-pura sibuk merapikan peralatan untuk mengecoh perhatian Vita. “Belum ada, Kak. Tapi, akan ada seseorang yang datang malam nanti. Sepertinya pelanggan terakhir kita hari ini.” Vita tersenyum lalu kembali ke tempatnya. Tidak ingin repot-repot berpikir, Kemala kembali membersihkan meja kerjanya. Sejak
Read more
Lalu, Siapa Orangnya?
Kemala bergegas turun ke lantai satu untuk menanyakan sesuatu hal pada Vita. Ia yakin Vita mengetahui sesuatu. Entah mimpi atau apalah itu, Kemala sudah tidak dapat lagi membedakannya. Semua bercampur, mungkin karena selama ini ia berusaha menekan dirinya agar tetap kuat walaupun sebenarnya rapuh. “Vita ... Vita ... Vita–tolong jawab pertanyaanku dengan jujur.” Kemala masih sibuk mengatur napasnya yang terengah-engah. Sementara gadis di hadapannya menatap bingung. Ia tetap tak bergeming, keningnya mengernyit. Terpaku menunggu kalimat selanjutnya yang mungkin akan keluar dari mulut Kemala. Dan–benar saja, Kemala bertanya, “Apakah kamu tahu sesuatu tentang kalimat yang tadi kukatakan?” Hampir 10 detik berlalu, gadis di hadapan Kemala hanya bungkam. Ia pun tak kalah bingungnya dengan sikap Kemala. Sekali lagi Kemala mendesak gadis itu agar memberikan sebuah informasi padanya terkait kalimat yang terukir jelas di dalam benaknya. “Vita–dengar, hal ini penting untukku. Tapi, baikla
Read more
Mencari Tahu Tentang Bhre Atman
“Ini tidak mungkin, bukan?” Kemala memastikan nama pengirim pada kertas tanda terima barang. “Pasti ada yang salah.” Kemala menyodorkan kertas itu pada Vita. Gadis yang ada di hadapannya menyambar secarik kertas itu dari tangan Kemala. Kemudian ia mengernyitkan dahinya tanda tidak mengerti maksud kalimat yang dilontarkan Kemala. Sebelum ia mengatakan sesuatu, Kemala kembali merampasnya dari tangn Vita. Tentu saja sikap Kemala semakin membuatnya bingung. Akan tetapi, gadis itu tersadar, nama yang tertera sebagai pengirim memang asing. Bahkan ia baru mendengarnya sekarang. Lantas ia berpikir, apakah si Kurir salah mengirimkan lukisan tersebut? Kalau memang salah, seharusnya alamatnya bukan echo bakery. “Kak–Kakak benar tidak mengenal si Pengirim lukisan?” Vita angkat bicara sambil menatap Kemala. “Nah, itu yang membuatku heran. Anehnya si Pengirim lukisan itu adalah ....” Kemala tidak melanjutkan kalimatnya. “Siapa, Kak?” Vita semakin penasaran. “Bhre Atman.” Kemala menunjuk
Read more
Kemala Mendadak Berubah
Momen kebersamaan Kemala, Dylan dan Bram menjadi pemandangan indah bagi Mayang sore itu. Layaknya seorang ibu yang bahagia atas senyum putrinya, Mayang tidak ingin mengganggu mereka bertiga yang sedang asyik bercengkerama. Diam-diam Mayang menjauh dari mereka. Wanita itu menghampiri Vita yang baru saja melayani pelanggannya. Sementara Vita hanya tersenyum melihat majikannya yang tampak lepas menikmati waktu yang sedang bergulir. “Saya selalu berharap, Kemala akan segera membuka hatinya untuk pria itu.” Mayang sedikit berbisik pada Vita sambil melihat ke arah Kemala. “Mereka terlihat seperti keluarga,” gumam Vita, ia pun melihat ke arah yang sama. “Nanti, tolong sampaikan pada Kemala bahwa saya harus pulang karena ada urusan.” Wanita paruh baya itu segera keluar dari Echo Bakery setelah berpamitan pada Vita. Ternyata kepergian Mayang disadari oleh Kemala. Ia pun segera menyusul Mayang. Wanita paruh baya yang telah dianggapnya ibu itu juga menghentikan langkahnya sebelum masuk
Read more
Petunjuk Semesta
“Peraturan?” Gadis itu mengerutkan dahinya. “Mulai sekarang, hari sabtu dan minggu–kita akan tetap buka. Full-time!” Kemala terlihat serius kali ini. “Lalu, bagaimana dengan jatah libur saya?” Gadis yang berdiri di balik meja kasir itu menatap penuh harap pada Kemala. “Kamu akan mengajukan cuti.” Air mukanya datar, lalu ia berkata lagi, “Tapi beritahu saya dua hari sebelumnya agar saya juga dapat menyesuaikan jadwal.” Vita bisa apa kalau peraturan baru telah dibuat oleh bosnya. Apalagi ia hanya seorang karyawan. Memang seharusnya menerima apapun kebijakan dari bosnya. Tanpa banyak protes lagi, Vita mengiyakan semua perkataan Kemala. Alhasil, mereka pun memutuskan pergi ke galeri Janukrama Art. Pamerannya akan dimulai pukul 8 pagi. Terpaksa Vita mematikan kembali komputernya yang sebelumnya sudah ia nyalakan. Dylan sudah berada dalam gendongan Kemala. Bahkan sebuah taksi online pesanan Kemala pun sudah berada di depan toko. Di sepanjang perjalanan, Vita masih bertanya-tanya. Ala
Read more
Pelangi Pun Butuh Banyak Warna
“Kak Kemala tidak mungkin meninggalkanku, bukan?” Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Gadis itu terlihat bingung. Air mukanya tampak cemas. Ia mencoba bertanya pada orang-orang di sekitarnya tapi tidak ada yang bisa memberinya jawaban. Beberapa menit kemudian, seorang wanita yang sambil menggendong bayi laki-lakinya mendekat. Seketika gadis itu pun tersenyum lega. Kemudian memeluk wanita di hadapannya. “Kamu abis nangis?” tebak Kemala, ia melihat ada sisa air di pipi Vita. “Mana ada. Saya hanya teringat Dylan setelah melihat lukisan itu.” Vita menunjuk ke salah satu lukisan di pojok ruangan. Kemala pun terkejut saat melihat ke arah lukisan yang ditunjuk oleh Vita. Langkah kaki membimbingnya hingga sampai tepat di depan lukisan tersebut. Lukisan yang didominasi bentuk kotak dan elips itu memang tampak seperti seorang pria dewasa bersama anak laki-lakinya. Menurut penuturan sang Kurator, lukisan itu yang paling disukai Bhre. Menceritakan seorang ayah yang sangat mencin
Read more
Bram Tertangkap Basah
Kemala terdiam, kalimat yang dikatakan Bram ada benarnya. Hidup ini tidak akan indah jika hanya mengalami satu situasi di mana kita hanya tertawa. Tanpa rasa sedih, tantangan ataupun rasa sakit yang terkadang menjadikan kita lebih kuat. Hidup ini suram tanpa banyak warna. “Sebaiknya aku pulang, sudah hampir larut.” Kemala beranjak dari tempat duduknya. Tanpa menunggu pemilik rumah, ia berjalan masuk ke dalam. Bermaksud untuk mengambil Dylan. Ternyata ia salah masuk ruangan, karena semua terlihat mirip. Bram yang masih duduk di ruang tamu sengaja membiarkannya. Kemala terkejut ketika memasuki ruangan yang dihiasi beberapa lukisan abstrak dengan sebuah sofa di tengah ruangan. Anehnya ada pintu lain yang lebih sempit di dalam ruangan tersebut. Di kanan kiri pintu terdapat dua buah rak buku dengan ukuran yang sama. Jadi, pintu tersebut tampak seperti ornamen dari kejauhan. Rasa penasaran membimbingnya untuk masuk ke dalam ruangan. Begitu masuk ke dalam ruangan, Kemala sekali lagi di
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status