All Chapters of Wanita Simpanan Suamiku : Chapter 71 - Chapter 80
91 Chapters
Bab 71
Hembusan angin malam yang lembut dan sejuk seolah ingin menenangkan kemarahan Hanna. Cahaya bulan yang begitu terang di langit pun tak ingin kalah untuk menjadi penunjuk arah.Dengan hati -hati Hanna melangkah menuju mobilnya yang terparkir sekitar seratus meter dari villa. Di iringi dua orang pengawal yang membantunya, mereka bergegas meninggalkan villa."Hati hati melangkah, Mbak Hanna!" Ujar seseorang dari mereka ketika ujung sepatu Hanna hampir membuatnya tersandung."Iya, aku tak apa-apa, terima kasih."Mereka bertiga meneruskan langkah, sesekali nampak Hanna menoleh ke belakang. Seakan merasa ada yang mengikutinya. Namun, itu hanya kecemasannya saja, karena tak seorangpun yang terlihat mengejar mereka.Tinggal sepuluh meter lagi mereka akan tiba. Ada rasa lega di wajah Hanna ketika ia melihat mobilnya terparkir manis di sana. Namun, sedetik kemudian raut wajahnya berubah, ketika melihat seorang lelaki yang bersandar di belakang mobilnya.Lelaki itu menoleh lalu melambaikan tanga
Read more
Bab 72
"Boleh aku tahu darimana kau tahu bahwa aku membiarkan mereka menikah? Bukankah aku belum memberi tahu kejadian di dalam villa tadi padamu?" tanya Hanna dengan tatapan selidik."Tidak seperti itu," bantah Reza."Lalu ...?""Astaga, jangan bilang jika kau mengintip dari jauh?" Tebak Hanna asal bicara.Tampak Reza terkekeh mendengarnya."Aku meminta bantuan dari salah seorang pengawal sewaanmu agar membuat ponselnya terhubung dengan ponselku. Aku mendengar semua yang terjadi di dalam melalui sambungan telepon." Hanna menggeleng lalu tersenyum."Kau memang mengejutkan, mas!" Hanna memuji."Sudahlah, ayo masuk ke mobilmu. Kembalilah dulu ke hotel, kau butuh istirahat," ucap Reza sambil menggeser tubuhnya yang menghalangi langkah Hanna."Entah mengapa, aku merasa seperti memiliki seorang dokter pribadi." Hanna bergurau sambil membuka pintu mobilnya."Aku senang mendengarnya, berarti lamaranku akan di terima," jawab Reza optimis yang di balas tawa renyah Hanna.Satu persatu mobil yang mere
Read more
Bab 73
Sudah dua minggu berlalu akad nikah mereka dilaksanakan, berarti sudah selama itu pula Siska dan Aldo hidup sebagai suami istri.Jika pasangan lain akan terlihat begitu mesra dan berbahagia karena dapat selalu bersama seseorang yang mereka cintai, hal itu tidak berlaku bagi Aldo. Lelaki itu tampak jengah menghabiskan hari bersama istri mudanya.Selepas menikah di villa malam itu, Siska memutuskan untuk pindah ke kost-kostan Aldo. Meskipun awalnya Aldo menolak, namun begitu Siska mengancam akan menyakiti dirinya sendiri akhirnya membuat lelaki itu mengalah dan membiarkan istri barunya itu memindahkan semua barang barangnya ke kamar kostnya.Dan sudah dua minggu pula Siska diabaikan Aldo. Wanita itu tiap malam harus meratapi dan mengeluhkan sikap Aldo yang kini berubah dingin, tak seperti sebelum mereka menikah.Derit pintu terdengar ketika Siska meletakkan beberapa pakaian yang baru saja dilipat ke dalam lemari pakaian Aldo. Spontan, wanita itu menoleh, dan melihat suaminya yang baru s
Read more
Bab 74
"Apa yang terjadi semalam?" Mata Aldo memandang tajam pada Siska."Yang seharusnya terjadi pada ranjang setiap pengantin baru, mas," jawab Siska santai.Mata Aldo menyipit begitu mendengarnya. Seakan tidak percaya dengan dirinya, mungkinkah tubuhnya semalam mengkhianati dirinya. Yang di ingatnya hanyalah semalam ia begitu tergoda untuk menyentuh istri keduanya itu.Kembali ia memijat kepalanya yang masih begitu pusing. Dipandanginya Siska yang masih menatapnya sambil tersenyum penuh arti."Kau sangat menikmatinya semalam, mas! Lebih baik jika kita berdamai dan menata hidup kita. Bagaimana? Kedengarannya tidak buruk kan. Apalagi beberapa bulan lagi anak kita akan lahir. Sebaiknya mulailah menerima kenyataan," ucap Siska bersikap realistis."Kau mencampur sesuatu pada teh yang ku minum semalam, iyakan?" Tanya Aldo yang mulai menyadari sesuatu."Aku hanya mencampur sedikit Brandy saja, kebetulan ada temanku yang bekerja sebagai bartender dan sering membawa pulang sebotol Brandy saat pula
Read more
Bab 75
Hanna membawa mobilnya dengan kecepatan rata-rata ketika melintas di jalanan ibukota yang selalu ramai lancar. Rasanya hari ini begitu melelahkan baginya karena tumpukan pekerjaan yang meminta untuk segera diperiksa.Matahari hampir tergelincir, ketika mobil yang dikemudikan Hanna berbelok menuju sebuah kompleks perumahan. Wajah yang tertutup oleh kacamata hitam itu nampak tersenyum tipis ketika melihat sebuah bangunan rumah mewah yang begitu di kenalnya.Hanna menepikan mobilnya dan berhenti ketika seorang asisten rumah tangga membuka pagarnya, tanpa membuang waktu, segera ia memacu pelan mobilnya masuk ke halaman rumah.Ponselnya berbunyi ketika ia hendak melepas kacamata hitam yang sedari tadi di pakainya menyetir. Nama sang sepupu tertera di layar pipih itu."Aku sudah berada di depan rumahmu, Dina!" Ujar Hanna begitu menggeser tombol hijaunya. Tak lama terlihat tangannya menyimpan benda pipih itu ke dalam tasnya.Wajah Dina langsung menyambutnya gembira ketika pintu rumah itu ter
Read more
Bab 76
Keesokkan harinya,Bangunan itu terdiri dari lima petak dengan satu kamar mandi dan kamar tidur di setiap petaknya. Tampak cat luarnya yang sedikit mengelupas dan retak. Membuat tampilan luar bangunan petakan itu tidak terlalu menarik.Sebuah pohon Palm dan Flamboyan tampak tidak terurus yang ditanam di sisi kiri bangunan. Tampak ranting dan dedaunan kering berserakan di bawahnya. Membuat kesan suram halaman depan petakan tersebut.Setidaknya, point utama bangunan ini karena berada di dalam gang yang berjarak sekitar seratus meter dari jalan raya. Membuat lokasi petakan ini cukup strategis. Karena mudah bagi seseorang untuk mencari lokasinya.Mata Siska tampak menyipit melihat bangunan petakan tersebut. Tampak beberapa penghuni sedang melirik padanya, membuat wanita itu terlihat tidak nyaman."Mas, kau yakin kita akan tinggal petakan kecil seperti ini?" Tanya Siska ragu."Iya, hanya ini yang bisa kudapat. Jika kau tidak mau, kau bisa cari saja tempat lain," sungut Aldo ketus.Sebenarn
Read more
Bab 77
"Tutup mulutmu, mas. Aku tak suka bila terus di bandingkan dengan mantan istrimu itu," tuding Siska geram.Suara bising kendaraan bermotor yang lalu lalang melintas dan terik matahari yang menyengat membuat wajah pasangan pengantin baru itu terlihat masam dan lelah, tampak Siska mulai menyeka keringatnya yang mengucur dengan bebas. Beberapa orang yang berdiri di sekitar mereka juga terlihat melakukan hal yang sama. Menghapus jejak keringat di wajah mereka.Sebuah bus akhirnya berhenti di halte, tampak orang orang yang tadi berdiri kini bergerombol hendak masuk ke dalam, melihat pemandangan tersebut, tak ayal membuat Siska spontan mengelus perutnya."Aku ingin naik taksi saja, mas.""Tadi kita sudah naik taksi. Jika kau tidak mau naik bus, naik angkot saja," tolak Aldo."Tapi mas ..." Siska menghentikan ucapannya karena melihat Aldo yang segera memalingkan wajahnya.Perlahan, bus tadi bergerak meninggalkan mereka. Kini yang tertinggal di halte itu hanyalah mereka berdua saja."Aku akan
Read more
Bab 78
Hanna tersenyum tipis memandang mereka dengan tatapan datar. Wajah wanita itu terlihat ramah tak seperti saat pertemuan mereka sebelumnya yang di warnai pertengkaran dan perdebatan.Lalu lalang kendaraan masih ramai lancar, bunyi klakson yang sesekali terdengar seakan menjadi melodi tengah hari di jalanan. Kemacetan sudah menjadi rutinitas yang wajib bagi para pengendara kendaraan bermotor.Sesekali angin lembut menyapa dan menyentuh wajahnya. Seakan ingin membelai dan memberikan sedikit ketenangan di tengah panasnya sang surya yang begitu garang menampakkan kekuasaannya.Wajah Siska tampak gelisah, karena bertemu dengan Hanna tidak pernah ada dalam daftar keinginannya. Wanita itu telanjur teramat membencinya."Kurasa kami tak ada hubungan apapun lagi denganmu?" Sindir Siska dengan tatapan sinis ."Ah iya, kau benar. Kita sudah tidak ada hubungan apapun lagi, tapi sepertinya kalian berdua lupa masih berhutang padaku," Jawab Hanna santai.Mendengar kalimat yang diucapkan Hanna, Ekor ma
Read more
Bab 79
Rumah bertingkat dua dengan desain mediterania klasik ini kini terlihat sedikit berbeda, tampilan luarnya tak sama seperti terakhir kali Aldo mengunjunginya. Warna cat dan posisi beberapa tanaman dalam pot juga berubah. Membuat halaman rumah tampak lebih lega dan rindang.Perlahan, Aldo mulai membuka kunci pagarnya, suara berderit karena gesekan besi menyebabkan seorang tetangga wanitanya yang kebetulan duduk teras seketika menoleh."Eh, Mas Aldo! Ada apa datang kesini, bukannya sudah cerai ya dengan Mbak Hanna?" Ketus wanita itu menyapa."Saya ada perlu sebentar dengan Hanna.""Oh ya? nggak bikin masalah kan? Ini sudah malam, bukankah lebih bertamu itu di siang hari saja? Saat ini, mbak Hanna itu janda. Nggak enak dilihat orang kalau mbak Hanna di kunjungi laki laki malam-malam, nanti bisa timbul fitnah. Meskipun itu mantan suaminya." Ucap lantang wanita berambut pendek sebahu itu.Mendengar semua tuduhan, membuat Aldo hanya bisa menggangguk pelan. "Saya hanya berkunjung sebentar ka
Read more
Bab 80
Siska memandang Aldo dengan tatapan penuh selidik begitu lelaki itu pulang ke kontrakan baru mereka. Di liriknya wajah suaminya yang kaku dan muram, seolah begitu lelah.Sudah dua hari mereka pindah ke kontrakan kecil ini, sebuah rumah sederhana dengan satu kamar tidur yang terletak di belakang pasar, yang di dapat Siska dari Mayang.Hanya ada tiga ruangan di rumah itu, ruang tamu, kamar dan dapur. Kecil tapi setidaknya lebih baik dari kamar kos yang sesak. Di dalam kamar ada sebuah kipas angin yang masih menyala meski sudah menjelang larut malam dan suara televisi yang terdengar seakan menjadi teman sang penghuni rumah. Di bawah tatapan mata Siska yang masih menghujam, Aldo melepas sepatunya dan berjalan ke kamar. Diletakkannya tas kerjanya di atas ranjang. Rasa lelah dan lapar begitu menderanya, karena perjalanan dari rumah Hanna ke kontrakan ini cukup memakan waktu."Darimana saja kau mas?" ketus Siska bertanya, ketika melihat Aldo sedang berusaha melepas dasinya."Kantor, aku le
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status