All Chapters of DITALAK SETELAH AKAD: Chapter 51 - Chapter 60
65 Chapters
BAB 51_TAK SADARKAN DIRI
Beberapa kali Kinasih berusaha untuk menghubungi Rian. Namun nomor Rian sama sekali tidak menanggapinya. "Apa dia sudah ganti nomor?" gumam Kinarsih sendirian.Wanita itu tidak putus asa. Pagi-pagi setelah mengantar Ilham sekolah, dia pun pergi ke rumah Niah. Ilham sengaja disekolahkan lebih dini agar bocah itu punya teman bermain yang lebih banyak. Kinarsih melangkah yakin, tak peduli hinaan dan amarah Niah akan terlempar padanya. Namun dia juga tidak menemukan yang dicari. Rumah itu dalam keadaan kosong. Tetangga Nia mengatakan bahwa Niah saat ini sedang berada di kota bersama dengan suaminya karena ada salah satu dari anak tirinya yang menikah."Baiklah, mari kita mencari cinta," ucap Kinarsih pelan tersenyum menghidupkan lagi motornya.Kali ini dia akan berusaha mencari Rian di rumah sakit. Namun dia tidak ingin kehadirannya mengganggu dan membuat Rian tidak nyaman sehingga dia hanya memutuskan untuk menunggu saat jadwal untuk dokter anak. Namun ternyata Berdasarkan informasi dari
Read more
BAB 52_MASIH BERJUANG
Kinarsih terbangun dan dia menemukan banyak orang sedang mengelilinginya. Rumahnya hampir penuh dipenuhi oleh tetangga yang pastinya dia kenali. Sejurus kemudian, Kinarsih mengingat apa yang sudah menimpanya. Ia menghembuskan napasnya kuat-kuat menahan beban dan trauma. "Syukurlah kamu sudah sadar, Arsih," ujar Mal sembari mengusapkan minyak kayu putih di leher dan kening Kinarsih. Tampak yang lain juga memijit kakinya. Kinarsih cukup terkejut dengan perlakuan orang-orang yang tinggal di dekatnya itu. Tak menyangka, mereka mau memperlakukannya dengan sangat baik. "Mana ... mana penjahat itu, Bi?" Suara Kinarsih tertahan seperti menahan isaknya kembali. "Dia sudah dibawa ke kantor polisi. Kamu tenang saja, Arsih. Dokter Rian sudah mengurusnya," sambut Atun yang sedang memijit kaki Kinarsih. "Rian?" tanya Kinarsih heran. "Dia datang pas kamu pingsan. Makin babak belur Si Pian itu olehnya. Satu kampung ribut dan berita ini sudah tersebar luas. Kamu yang tabah ya, Arsih."Sejenak Kin
Read more
BAB 53_FITNAH!
"Rian ...." Rian tidak menjawab apa-apa."Terimakasih sudah menolongku kemarin," ucap Kinarsih gugup. Tatapan Rian yang tanpa kedip, tanpa suara itu membuatnya salah tingkah. "Tidak hanya itu, terimakasih juga sudah hadir di hidupku, Rian. Kamu memberiku cahaya dalam kegelapanku. Sejak dulu sampai sekarang. Terimakasih." Suara Kinarsih bergetar. "Sudah selesai? Permisi, aku harus pergi sekarang. Aku sibuk sekali, Arsih. Jaga dirimu baik-baik.""Tunggu, Rian! Aku ... aku ...."Kinarsih gugup luar biasa. Dingin rasa tubuhnya hingga merinding bulu kuduknya. Yang di hatinya ini sedang membuncah ruah. Tiba-tiba saja pandangannya buram karena air matanya berkumpul di bola matanya dan akan pecah. "Kita tidak punya alasan untuk kembali bicara. Aku sudah menyerah, Kinarsih. Harusnya aku sadar, kamu tidak akan pernah bisa membuka hati dan percaya padaku. Kamu punya mantan suami dan kalian memiliki anak yang akan mempersatukan kalian."Pe
Read more
BAB 54_TERNYATA
Kedua bola mata Rian membeliak. Terlalu dekat telinganya dengan suara Ana. Apa yang merasuki gadis itu? Sudah hilang akalkah dia? Jangankan mau menghamili, jika Kinarsih tidak tinggal di sini, takkan dia menginjakkan kaki di tempat ini. Dengan kekuatan penuh Rian melepaskan pelukan Ana. Bahkan tubuh ramping Ana terdorong kuat. "Jangan kamu menebar fitnah yang kejam, Ana! Bagiku, kamu hanya teman satu club organisasi, sejak kita SMA sampai sekarang, kamu masih sama. Hanya teman!" panik Rian lalu melempar pandangan pada Kinarsih. Wanita yang dicintainya itu tampak pelik, nelangsa.Yanto seketika duduk menyungkur. Ujian apa lagi ini. Anak kandungnya hamil? Belum memudar rasa malunya karena kehamilan Kinarsih, keponakannya. Sekarang anak gadisnya sendiri? Laki-laki tua itu tak bisa bicara. Terlalu lemah untuk sekedar berucap kata. Hatinya terus menyebut 'Allah' 'Allah' 'Allah' tak henti."Katakan ini bohong, Ana," ujar Kinarsih dengan jantungnya berdebar-debar. "Untuk apa aku bohong?! Ak
Read more
BAB 55_MAAFKAN
"Astagfirullah!!!" Tiba-tiba Yanto memukul tangan Kinarsih. Tidak hanya gunting itu yang jatuh tapi Kinarsih pun terhempas ke lantai. Ia pun diam. Masih terlalu kaget dengan yang diucapkan Ana. Hingga ia terlambat menyadari, Yanto sedang menatapnya marah."Wak ...," ucapnya lembut."Sudah hilang akalmu!! Apa niatmu!!?" Yanto garang. Ana sejurus memeluk ayahnya, menangis mencari perlindungan. Untung saja ayahnya pulang. Rupanya Yanto kembali ke rumah untuk mengambil foto kopi kartu tanda penduduk, ada perlu untuk urusan pekerjaannya bersama Dolah. "Dia sudah menggunting rambutku, menamparku dan tadi ingin memutuskan urat leherku, Pak!!!! Huhuhuhuhu ... dia sudah tak waras, usir dia Pak, usir!!!""Pergi kamu dari sini Kinarsih!! Aku tak menyangka karena kecemburuanmu pada Ana, kamu bisa segila ini!!"Kinarsih pun keluar dengan membawa hinaan dan cacian Yanto. Ia tak peduli akan itu. Di pikirannya, bagaimana Ana sampai tidak tahu
Read more
BAB 56_OH ILHAM
Pagi itu, sebelum berangkat ke kantor, Rian sibuk mengisi beberapa form di laptopnya. Sekarang dokter muda itu sedang berada di rumah ibunya sebab dia harus turun lapangan dalam program pengabdian masyarakat. Sebagai dokter baru, dia dituntut untuk itu. "Aku sudah baik-baik saja. Terimakasih banyak, ya.""Jangan ucapkan terimakasih, aku makin sungkan," balas Kinarsih dari seberang. "Tapi sayang sekali, sekarang aku tidak bertenaga. Mana nanti jam sembilan harus bicara di depan publik. Sepertinya aku sedang butuh vitamin C," keluh Rian terdengar manja. "Dimana kita dapatkan itu? Apotik mana? Kalau kamu tak sempat beli, aku akan carikan dan antarkan!""Sungguh? Bawakan vitamin Cinta ya," kekeh Rian menutup mulutnya. "Ihhh kamu. Gombal. Ya sudah, aku harus siap-siap ke dapur. Aku belum tega meninggalkan rumah dalam keadaan Wak Yanto sedang shock. Suasana di sini sedang tidak baik.""Baiklah. Aku akan segera menghubungimu saat aku luang nanti. Aku merindukanmu, Arsih Sayang.""Aku juga
Read more
BAB 57_BAGAIMANA KALAU?
"Aaaa-aarsih," panggil Erni dengan suara yang sangat payah. Kinarsih menoleh, tanpa menjawab. Itu pun dia kembali merapikan kain yang dipakai Erni. Mood Kinarsih sedang buruk. "Mmma-mmaaafkan aak-ku," ucapnya terbata. Kinarsih tak menjawab, terus saja dia membersihkan debu dan pasir yang di sprei itu. Entah darimana datangnya."Kkaaau maau kan?"Kembali Erni mencari jawaban dari mulut Kinarsih. Namun wanita muda itu sungguh enggan untuk berbicara sepatah kata pun padanya. Erni menyerah. Ujung matanya meneteskan air mata dan dia pun tak mampu mengusapnya.Hari berikutnya .... "Ma-aafkan a-aku," suara Erni tersendat namun jelas di telinga Kinarsih yang sedang mengelap tubuhnya. Ia mencoba menatap wajah wanita muda yang dia benci sejak kecilnya, sampai dimana ia sendiri mendengar pengakuan menjijikan putrinya sendiri. Justru, yang dibenci yang berbakti. Sungguh sangat memalukan. Yang disayang-sayang, dimanja-manja, jangankan sudi merawat j
Read more
BAB 58_TERUSIR
"Tidaak!!!! Kau kira aku barang murahan! Seenaknya kau tawarkan begitu. Aku hanya inginkan Rian. Rian cinta pertamaku. Yakinlah Rian, aku sungguh mencintaimu. Huhuhuhu ...," tangis Ana tak mau Rian melepaskan pelukannya walau Rian sudah memberi isyarat kuat."Kau mengagungkan cinta pertama. Tanyakan Rian, siapa cinta pertamanya?" tantang Kinarsih percaya diri. Diabaikannya Badai yang sedari tadi menatapnya tajam. Ana tak mau bicara. Hanya isaknya saja yang jelas terdengar."Kinarsih cinta pertamaku dan terakhirku, An. Aku akan berjuang untuknya. Tolong lepaskan aku." Rian mencoba lagi. Kali ini dengan sedikit kekuatannya. Namun ia gagal. Ana semakin mengeratkan pelukannya. Jika ia memaksa, takut gadis ini semakin nelangsa. Rian kembali pasrah.Kinarsih mendekati mereka. Memegang kasar bahu Ana lalu menariknya."Lepaskan!" Ana tersungkur ke lantai."Janda setaaaan! Beraninya kamu kasar kepadaku!!!"Ana mengamuk, mencoba menerkam Kinarsih. Rian menangkap tangannya, menghempaskannya lalu
Read more
BAB 59_PERLAWANAN
Sore itu Kinarsih mondar-mandir di ruang tamu. Bahkan beberapa telepon dan pesan dari Rian tidak dia indahkan karena rasa khawatirnya terhadap Ana. Biar bagaimana pun anak adalah sepupunya. Dulu saat mereka masih kecil seusia SD, mereka sempat dekat. Namun Ana selalu mendapatkan hasutan dari Erni sehingga gadis itu menjadi sangat tidak bersahabat. "Kamu sedang menunggu siapa?" tanya Yanto. "Bukan siapa-siapa, Wak.""Kamu mau pulang?"Kinarsih menggeleng. Tak sampai hatinya untuk meninggalkan Erni yang semakin memburuk. Lebih-lebih, wanita itu sudah meminta maaf berkali-kali. Yanto juga sering keluar tinggalkan rumah jika ada kerjaan dari kantor desa yang membutuhkan tenaganya."Kenapa kamu tampak gelisah begitu?" tanya Yanto. Kinasih menoleh kepada uwaknya itu dengan tatapan sayu. "Tak tenang hati ini memikirkan Ana, Wak. Satu minggu bukanlah waktu yang sedikit.""Biarkan saja dia. Nanti kalau uangnya sudah habis, dia pasti pulang. Aku yakin dia sudah menjual perhiasan itu dan tin
Read more
BAB 60_MERINTIS
Ana langsung meraih tubuh Kinarsih. Ia langsung mengangkat wajah kakak sepupunya itu dan memeluknya. "Arsih! Bangun woy!!! Apa yang barusan kamu lakukan?!" teriak Ana. Suara motor berderum kencang meninggalkan mereka. Keempat pria itu sudah tak terlihat. Ana menangis histris karena Kinarsih tak bersuara dan menutup matanya. "Ba-bawa ke puskesmas aja, Mbak! Gak terlalu jauh dari sini.""Ii-iya, Mas." Pria penyabit itu nampak masih muda. Ana menoleh kiri kanan dan melihat motor Kinarsih. "Masnya bisa bantu gonceng?""Iya, bisa Mbak!" jawab pria itu cepat. Mereka langsung mengangkat tubuh Kinarsih, membawanya naik ke motor. Ana memeluk Kinasih dari belakang."Bertahanlah Kinarsih, aku mohon!"Ana memandang wajah Kinasih yang memucat. Rasa bersalah semakin pekat dan bergelayut kuat dari dalam hatinya. Luar biasa pengorbanan Kinasih untuk dirinya, sampai-sampai wanita itu tidak memperdulikan nyawanya sendiri."Mengapa kamu sebodoh ini, hah?! Kinarsih kamu harus bertahan karena aku belum
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status