All Chapters of DITALAK SETELAH AKAD: Chapter 41 - Chapter 50
65 Chapters
BAB 41_KARMA
"Supaya tidak perlu aku memikirkanmu dan Ilham yang jauh. Aku sudah terlalu renta untuk sering keluar rumah sekarang. Jadi, aku berharap kamu tinggal lagi bersamaku, Arsih," lanjut Yanto terdengar memohon. Kinarsih terhenyak, jantungnya tersentak. Bagaimana uwaknya berani memintanya kembali ke tempat di mana dia sudah dihancurkan sehancur-hancurnya? "Rumahnya sudah bagus begini, gak mungkin dong ditinggalin," sahut Marni gemas. "Meskipun di rumah reot sekali pun, tapi jadi ratu. Dari pada di istana, malah jadi babu," lanjut Marni tanpa sungkan. Mendengar ucapan Marni, Erni mengeratkan genggamannya karena salah tingkah. Ia sadar memang begitu dan memang dari dalam hatinya, ia ingin Kinarsih kembali untuk menjadi pembantu gratisnya. "Sebenarnya banyak kabar sampai padaku, Marni. Aku mendengar berita, beberapa pria datang ke sini, katanya Rian sama Badai. Banyak berita yang tak enak kudengar, jadilah aku sangat khawatir. Apalagi, berita bahwa Kinarsih digebukin tiga istrinya Aji Sopian
Read more
BAB 42_MENYINGKIRLAH
Tok! Tok! Tok!Seorang wanita paruh baya mengetuk keras pintu rumah kayu. Empunya rumah terperanjat kaget. Kinarsih yang sedang mempersiapkan makan malam bersama anaknya menjadi sedikit ketakutan. Musuh mana lagi yang akan datang menjambaknya kali ini? "Buka pintumu, Arsih! Aku Wati!" teriaknya lalu kembali mengetuk pintu lagi dengan keras. Nafasnya tersenggal dan keringat di dahinya memberikan tanda ia telah banyak berlari. Kinarsih pun keluar dengan diikuti sorot mata takut dari anak semata wayangnya.Dreeeeeet!"Lama sekali kamu buka pintu, kayak orang punya suami saja," cerocos tamunya. Kinarsih mengerutkan alis. "Uwakmu dan istrinya kecelakaan tidak jauh dari sini," ucapnya lagi sambil memegang dada."Astagfirullah. Bagaimana bisa Bi?" Kinarsih menyandarkan bahunya pada kayu pintu di sampingnya. Jantungnya berdegub was-was."Iya. Syukur mereka masih selamat. Wak perempuanmu yang parah. Dia terbawa arus lalu tersangkut di jembatan semen. Posisinya cukup jauh dari wak lakimu. Dia s
Read more
BAB 43_TERHEMPAS
"Maafkan saya, Bu, Pak. Tolong dipertimbangkan lagi semua keputusan ini. Saya siap mengganti semua kerugian perusahaan. Saya berani bersumpah, saya tidak pernah menggunakan uang itu. Ini bukti transaksi masih saya simpan. Semua uang itu masuk ke rekening Pak Albert.""Urusan nominal, itu nomor sekian. Urusan Pak Albert juga akan kami tangani. Tapi dalam kasus ini, Anda telah berani mencurangi uang nasabah itu adalah kesalahan fatal. Kalau sampai masalah ini terkuak di media sosial, branding bank ini akan hancur! Jangan main-main ya, Bu Susan. Kami pontang panting menaikan nama perusahaan ini tidak instan. Surat pemecatan Anda sudah kami tanda tangani dan maaf, tidak ada pesangon.""Tolong, saya sudah menjadi bagian dari bank ini hampir tujuh tahun, Pak! Tolong jangan pecat saya. Saya akan mengganti dan membayar denda. Saya mohon!"Air mata Susan berderai deras. Bahkan dia langsung bersimpuh di lantai, tegak menggunakan lututnya. Ia menutup mulut dengan tangannya karena terlalu sedih da
Read more
BAB 44_TERKEJUT
Kinarsih terus memandang m-bankingnya yang menggendut setelah mendapatkan transferan dua puluh lima juta dari bank. Ia masih belum percaya dengan apa yang sedang dialaminya. "Apakah aku harus senang sedangkan aku tahu, karena perkara itu, Susan dipecat? Ya Allah, kasihan juga Susan. Dia memang sudah biasa membuliku tapi kalau begini akhirnya, aku jadi tak enak," gumam Kinarsih di bawah pohon mangga. Ia belum selesai menyapu daunan kering yang berserakan tapi pikirannya terbagi-bagi. "Kak Arsih! Ibu minta makan!" seru Rasyid dari dalam. "Minta Kak Ana saja. Kakak lagi nyapu! Belum selesai ini!" Rasyid pun menghilang. Selang beberapa saat, Ana keluar dengan style rapi lalu menghidupkan motornya. "Kamu sudah kasih Ibumu makan?" tanya Kinarsih datar. "Aku terburu-buru," jawab Ana ketus. "Jadi kamu mengharapkan aku yang terus-terusan mengurus ibumu? Ciiih enak sekali kamu. Aku bukan pembantu kalian. Aku juga punya pekerjaan dan selama seminggu ini tertunda. Aku akan pulang seka
Read more
BAB 45_SEPERTI ADA YANG HILANG
"Assalamu'alaikum jagoan!" seru Rian membuka lengannya menerima kedatangan Ilham. Bocah itu tertawa senang saat dokter tampan itu mengangkatnya. Menyenangkan sekali memiliki Bapak dan Papa ganteng sekaligus. "Rian, kamu ke sini?"Kinarsih menghampiri. Badai ternganga dengan alisnya yang bertaut. Merasa kesal sampai ke puncak kepala karena pemuda itu selalu ikut campur dalam hubungannya dengan Kinarsih. Ia ingat betul bagaimana mereka baku hantam saat ia tak lama menceraikan Kinarsih. Sekarang, dia muncul lagi. Bikin geram. Apalagi nampak putranya begitu dekat dengan dokter itu. "Iya. Aku dengar kabar, ibunya Ana sakit parah karena kecelakaan. Aku kemari untuk menjenguknya. Tadi aku sudah telpon Ana."Rian tidak memandang Kinarsih. Ia berlalu saja saat wanita itu menghampirinya. Patah. Itu yang dirasakan Kinarsih saat ini. Kenapa tiba-tiba ia ingin menangis? Badai mendekatinya lalu mencoba meraih tangannya lagi. Kinarsih menepis."Aku harus menyambut Rian. Dia adalah tamu rumah ini."
Read more
BAB 46_TERBONGKAR
Rian melewati jalur keluar menuju kota namun dari sampingnya, sebuah mobil merah memberinya klakson. Rian menoleh. Nampak Badai membuka kaca mobilnya dan memberi isyarat agar mereka menepi. Rian membuang wajah dan kembali fokus menyetir. Badai dibuatnya meradang hingga pria itu menekan klakson beberapa kali. "Pria sinting," desis Rian meluncur lebih kencang dan tentu saja Badai berusaha mengimbanginya. Setelah beberapa menit melaju dengan kecepatan tinggi, Rian akhirnya membelokkan mobilnya ke sebuah parkiran pusat perbelanjaan. Dengan tenang, dia keluar dan menuju cofeeshop di depan parkiran. Badai pun mengikutinya. "Cepat katakan niatmu. Aku seorang dokter, waktuku sangat berharga.""Puih! Sombong. Baru honer, sudah berasa gaji 50 juta."Rian hanya berusaha bernafas tenang. "Jauhi Kinarsih. Kami akan rujuk," lanjut Badai tanpa ragu. "Ya, silahkan."Badai mengkerutkan alisnya seperti menaruh curiga. Nampak Rian seperti santai saja. "Kalian tidak memiliki hubungan spesial kan?""P
Read more
BAB 47_PENDIRIAN
Kinarsih melihat Ilham yang sedang tertidur lelap di kamar belakang setelah lelah bermain. "Ilham, bangun, Nak. Kita mau pulang sekarang," ujar Kinarsih mengelus kaki putranya namun nocah itu tak bergerak sedikit pun. Begitu amat lelap. Kinarsih tidak ingin memaksa Ilham lagi seperti sebelumnya karena ia sendiri sudah mengingkakri. Beberapa kali tak jadi pulang, ada saja halangan. "Ilham sudah betah main debgan teman-teman sebayanya, Nak. Tinggallah beberapa hari lagi. Aku mohon." Suara Haryanto lembut dan membuat Kinarsih berbalik menoleh ke arah pintu. "Satu minggu ke depan, aku akan keluar dari pagi sampai sore, Arsih. Ada proyek dari desa. Syukur alhamdulillah, di usiaku ini, masih dipercaya sama kepala desa yang sekarang. Kalau kamu tidak ada di sini, tak tenang aku di luar."Kinarsih menghela napasnya berat. "Setelah selesai pekerjaanku, aku redha kamu pulang. Maaf, Arsih. Aku sangat mengandalkanmu," lanjut Haryanto. Meski amat berat, membayangkan seminggu lagi, Kinarsih menga
Read more
BAB 48_KARENA ...
Kinarsih sampai di rumahnya. Melegakan sekali bisa kembali di rumahnya sendiri. Dua minggu rasanya sangat lama baginya. Dia langsung merebahkan diri di atas dipannya. Ia masih mempertahankan kasur kapuk peninggalan ibunya. Sampai kapan pun tak akan dia ganti. Wanita itu menutup mata, merasakan tubuhnya yang terasa remuk redam. Apa pun yang telah terjadi, dia pasrahkan."Mak! Main, ya!" seru Ilham membuka sepatunya lalu memakai sandal. "Ingat, jangan jauh-jauh."Entah didengar atau tidak, Ilham sudah berlari keluar. Sejak hadirnya bapaknya, ia sudah tidak takut lagi main. Bapaknya sudah pulang meski mereka tidak tinggal bersama. Bapak sudah berjanji akan tinggal bersama mereka. Bahagia sekali hati Ilham. "Assalamu'alaikum!"Kinarsih mendengar suara salam wanita, namun dia mengabaikannya. Tak ada perempuan yang akan mencarinya, setelah dia berhenti menerima orderan cucian. "Assalamu'alaikum!!! Kinarsih, ini aku, Susan."Mata Kinarsih langsung terbuka kaget. Ia mengusap wajahnya. Susa
Read more
BAB 49_TERIMAKASIH
Terlihat seorang wanita muda sedang duduk santai di depan meja bundar di sebuah cafe. Terdapat kain biru tua yang menutupi kepalanya namun tidak sempurna. Sebuah kacamata hitam dan besar bertengger di kelopak matanya. Dia Berpura-pura menatap layar hp, sesekali melihat ke depan, seperti menunggu seseorang. Perhiasannya yang memenuhi seluruh jemarinya yang lentik dan kuku berwarna merah nyala, memberikan tanda dia memang wanita yang kaya raya."Kenapa kamu memilih tempat seperti ini? Di sini banyak yang mengenaliku," ketus Nining yang tiba-tiba mendatanginya."Memangnya kenapa, Ma? Toh bertemu dengan menantu bukan hal yang tabukan?" senyum Adelia melepas gawainya santai."Mantan ya, ingat itu." Nining meletakkan kasar tasnya di atas meja. Adelia tersenyum melihat tingkah Nining. Jelas, wanita tua itu sedang menyembunyikan rasa was-wasnya."Permisi, ini list menunya ya, Mbak." Seorang pelayan berwajah manis berdiri di samping mereka. Nining tanpa ekspresi tak menghiraukan. Adelia hanya
Read more
BAB 50_HUKUMAN BESAR
Semilir angin dan dinginnya pagi menjadi saksi beberapa anggota keluarga yang sedang berdebat sengit. Untung saja, rumah mereka memiliki halaman yang luas sehingga pantulan suara tidak terdengar oleh tetangga. Kepala keluarga itu heran, istrinya tiba-tiba memihak kepada mantan menantu yang telah berkhianat."Bagaimana bisa, kamu sekarang bersikeras untuk tidak mengusut dan menuntut Adelia? Kamu tahukan, banyak kerugian Badai karenanya. Itu harta kita juga! Kamu ini tak waras!" cerca Nasrun pada Nining yang sedang duduk menerima omelan suaminya. Dengan alasan tak masuk akal, ia sedari tadi terus melarang suami dan anaknya pergi."Mama ini aneh. Terakhir Adelia ke sini, Mama sangat geram padanya. Bahkan Mama yang paling tidak sabar untuk menuntutnya. Apa yang sedang terjadi, Ma? Mama diancam oleh wanita iblis itu?" Badai mendelik mendekati ibunya. Ia mencoba mencari jawaban dari netra tua yang telah berusia kepala lima itu."Aku hanya tidak ingin masalah ini panjang lebar. Kita berdamai
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status