Semua Bab DITALAK SETELAH AKAD: Bab 31 - Bab 40
65 Bab
BAB 31_CEMBURU
"Mak! Main," pinta Ilham mendengar beberapa temannya sedang saling kejar. "Boleh, ini pakai belanja. Traktir teman-teman juga, ya!" seru Rian menyodorkan uang lima puluh ribu. "Rian, itu terlalu banyak!" seru Kinarsih. Kedipan mata dari Rian membuat Kinarsih langsung terdiam. Rian tersenyum kecil mengiringi langkah kaki Ilham berjinjit-jinjit senang. "Nah, hp ini sudah siap. Gunakan sebaik mungkin." Kinarsih fokus melihat ponsel itu dengan perasaan campur aduk. Senang, tentu saja. Namun dia sangat malu mendapatkan perlakuan baik seorang pemuda tampan dan berkarir sukses. "Ini hadiah dari seorang kawan, jangan kamu anggap hutang," lanjut Rian. "Ini terlalu banyak," lirih Kinarsih dalam. "Tidak sama sekali. Hanya seharga makan siang di restoran," kekeh Rian yang disambut bibir monyong Kinarsih karena merasa Rian begitu gaya. "Aku ingin kamu sukses, Kinarsih. Banyak hal di luar sana yang belum kita ketahui. Carilah sesuatu yang cocok untukmu." Kinarsih mengangguk dengan tan
Baca selengkapnya
BAB 32_TEKAD!
Adelia menyemprotkan wewangian di sekujur tubuhnya. Malam ini dia akan menggoda suaminya sebab ia yakin, Badai masih menyimpan uang hasil gadai mobil. Melihat istrinya seperti memberikan sinyal, Badai tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Sudah sangat lama ia pun tidak mendapatkan kehangatan dari istri cantiknya. Setelah bergumul hingga keduanya sama-sama terengah-engah, Adelia masih memeluk suaminya. "Mas, nafkah bulan ini berarti bisa full ya," rayu Adelia membelai dada Badai. "Maaf Sayang, belum bisa. Kita malah butuh untuk mengurus kasus penipuan itu. Setidaknya biar Paman Rocki bisa segera ditangkap. Kamu mau kan bantu aku? Kalau Paman Rocki bisa balikin duit yang 1 M itu, pastilah kita juga akan mendapatkan bagian." Adelia langsung cemberut. Ia sudah semaksimal mungkin melayani ranjang Badai, meski dirinya belum benar-benar terpuaskan. Sekarang ia tidak hanya mendapatkan penolakan, tapi justru suaminya meminta bantuan. Malas sekali rasanya dan wanita itu menjadi enggan. "Ak
Baca selengkapnya
BAB 33_SESAKIT ITUKAH?
"Kinarsih?" "Hay, Dell. Apa kabar?" sapa Kinarsih sudah tak punya pilihan. "Kau di sini? Ini mengejutkan!" Adelia berseru seolah tanpa merasa bersalah dan terbebani ada yang melihatnya sedang bersama pria lain. Ia justru mendekati Kinarsih dengan wajah sumringah. Berbeda dengan Kinarsih yang berdebar-debar karena melihat Adelia rupanya sedang mengkhianati mantan suaminya itu. "Aku ... sedang memenuhi permintaan Ilham. Sampai usianya tiga tahun lebih, dia tak pernah ke sini. Hanya dengar cerita teman-temannya saja," jawab Kinarsih jujur. "Kau ibu yang luar biasa. Pesanlah sesuatu, aku akan membayarnya." "Tidak perlu, Del. Kami sudah makan," jawab Kinarsih agak gugup saat pria dewasa dan terlihat jauh lebih tua dari mereka sedang mendekat. "Arsih, kenalkan, ini ... pacarku, Andre," ucap Adelia berusaha tersenyum. Kinarsih pun membalas senyum pria itu dan menelungkupkan tangannya karena tidak mau disalami. "Dia best friend-ku, honey. Boleh aku bicara sebentar dengannya?" tan
Baca selengkapnya
BAB 34_HABIS
Adelia sedang asik berselancar di dunia maya, sembari tidur-tiduran di sofa. Badai tiba-tiba datang membuka selimut kakinya dengan kasar. "Siapa laki-laki ini, Dek?" Badai melempar ponsel itu di atas sofa dengan sangat keras hingga memantul. Adelia melirik fotonya saat sedang menikmati makan siang dengan Andre beberapa hari yang lalu. "Hanya teman, Mas. Aku lagi ada masalah sama teman-temanku jadi aku cari suasana baru," jawab Adelia berusaha santai. "Tapi bukan berarti dekat dengan laki-laki, Dek! Kamu kan wanita bersuami!" "Ya, hanya kebetulan saja itu ketemu. Jangan dianggap serius." Badai berdiri garang di depan istrinya, melempar tatapan tajam penuh cemburu. Napasnya terdengar memburu dengan rahangnya mengeras. "Aku paling gak suka kalau dikhianati. Aku bisa nekat nanti!" "Oh ya. Kamu juga kan tempo hari ke rumahnya Kinarsih. Aku gak protes kan?" balas Adelia sinis. Badai sangat terkejut sekali sampai-sampai ia melupakan kemarahannya begitu saja. "Kamu kira aku gak ta
Baca selengkapnya
BAB 35_REKENING
Kinarsih sedang mencoba menulis sebuah cerita di ponselnya. Itu setelah cukup lama dia berlatih. Dia masih belum benar-benar lancar tapi wanita itu tidak akan menyerah. Bahkan sudah lima hari dia tidak keluar untuk bekerja. Rasa penasaran dan keyakinannya dengan ucapan Rian, membuatnya tanpa bosan mencari tahu dan belajar terus. "Mamak! Mamak!" teriak Ilham dari halaman rumah. Bocah itu menangis terisak-isak. "Kamu kenapa, Nak?!" Kinarsih menghambur menangkap Ilham yang berlari. Wajah Kinarsih menjadi sangat panik melihat putranya sampai seperti tidak bernapas. Begitu dalam kesedihan Ilham. Kinarsih mengelus-elus lembut dada putranya sembari mengucapkan istighfar agar Ilham lebih tanang. Setelah suara tangis Ilham mereda, Kinarsih kembali bertanya. "Kenapa, Nak? Cerita sama Mamak." "Aku dibilang ndak punya bapak cama Imlon, Mak! Jojon juga bilang bapak gak mau cama aku, Mak! Aku dibuang bapak Mak. Aku nakal Mak! Bapakku ndak mau cama aku Mak! Aku ndak ada bapak Mak!" Begitu
Baca selengkapnya
BAB 36_REZKI BERLIMPAH
Kinarsih hanya diam dan menatap tanpa kedip pada Susan yang tertawa terbahak-bahak. Gadis itu sampai-sampai memegang perutnya karena amat merasa lucu. "Apa kamu belum selesai tertawa?" tanya Kinarsih dengan wajah datar. "Aduh, aduh! Kamu ini, menghayalmu terlalu jauh. Kamu kan paling bodoh pas kita sekolah. Aku masih ingat, dulu kamu dicapit hidungmu sama pak guru Amir karena bodohmu gak ngerti-ngerti cara nulis huruf kapital itu dimana saja. Sekarang mau jadi penulis kamu?" "Lain dulu, lain sekarang. Tertawalah terus. Sekarang gantianmu yang menertawai aku. Suatu hari, aku yang akan tertawa pada nasibmu yang buruk. Assalamu'alaikum." Susan menggeleng-geleng masih merasa lucu. Ia menatap penuh cebikan saat Kinarsih keluar menyeret putranya. "Dasar wanita miskin tak punya harga," desis Susan menyeringai sinis. "Mak, mau es krim, Mak!" Kinarsih hanya diam, menggenggam erat tangan putranya. "Cakit, Mak!" Barulah Kinarsih sadar telah menggenggam terlalu erat tangan mungil putranya
Baca selengkapnya
BAB 37_BERPISAH
"Kenapa kau lakukan ini padaku, Adelia?" Badai menahan bobot tubuhnya sendiri dengan sekuat tenaga agar dia tidak roboh. Tadi pagi dia pamit akan mengecek kebun kelapanya. Saat dia pulang lebih awal karena lupa dengan ponselnya, ia bertemu di depan pintu dengan sahabatnya, Toni yang buru-buru keluar dari dalam rumahnya. Ia menjadi sangat curiga ketika melihat raut wajah dan peluh di leher Toni, suatu kondisi yang tidak asing baginya sebagai seorang pria dewasa. "Maafkan aku, Mas." Adelia merapikan kancing bajunya. "Kau tahu, aku sudah berusaha menerima kelemahanmu. Tapi, semakin lama aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri." "Dulu awal-awal kita menikah, aku mampu memberikan nafkah batin untukmu dengan baik. Bahkan kau sampai menolaknya berkali-kali. Tidak kah kau bisa sedikit bersabar," lanjut Badai dengan wajah sakitnya. "Aku masih membutuhkannya sampai seterusnya, Mas. Aku wanita normal," timpal Adelia sambil menyisir rambutnya yang berantakan. "Tapi tidak dengan sahabatk
Baca selengkapnya
BAB 38_SUDAH CUKUP
Panasnya cuaca hari itu membuat balita yang sebentar lagi menginjak usia empat tahun itu merengek kepada ibunya. "Mamak ... mam mie dong," pintanya menagih janji ibunya."Mamak lagi nulis, Nak," jawab Kinarsih pelan. "Ayo, Mak!""Baik. Sebentar lagi," ujar Kinarsih melanjutkan pekerjaannya. Ceritanya sedang ditunggu-tunggu oleh pembacanya dan pundi-pundi rupiah menghampirinya dengan cepat. 'Ah ini kisah nyata kah? Kok masuk banget ke hati, sih?! Next dong cepat thor!''Dasar Aldi, laki-laki tak punya hati! Awas karma menunggumu! Lanjut gak pake lama! 'Bertahanlah Arini, kau wanita hebat. Masa lalu adalah pelajaran. Semangat thor! Lanjut!'Komentar-komentar positif dari pembaca buku barunya, membuat Kinarsih semakin bersemangat. Ia pun sudah tak bekerja lagi di luar. Sekarang wanita itu full bekerja dari rumah. Ia jadi lebih banyak memiliki waktu untuk mengurus dirinya dan putranya. Kinarsih sedikit demi sedikit merawat dirinya, juga memperbaiki rumahnya dengan kayu-kayu baru juga
Baca selengkapnya
BAB 39_TAKUT KEHILANGAN
"Ilham, masuklah! Sudah sore!" teriak Kinarsih dari dalam sambil merapikan perkakas P3K pemberian Rian. Mungkin benda itu akan sering dia gunakan selama hidupnya karena ia dikelilingi manusia iri, dengki dan hasad yang memandangnya tak punya rasa, hingga dianggap selayaknya binatang. Melawan agar tak terus diinjak, itu adalah pilihannya setelah ia menjadi seorang ibu. Ia tidak ingin, Ilham melihat ibunya lemah tak berdaya."Ada yang datang, Mamak!" timpal Ilham dari luar.'Pasti Rian' batin Kinarsih. Ia tersenyum, sedikit merapikan wajahnya, memperbaiki pakaiannya lalu lekas meneguk segelas air dengan cepat.'Setidaknya, ketika Rian melihat lukaku bukannya membaik malah bertambah jumlahnya, aku bisa bertahan mendengar ocehannya' senyum batinnya lagi. Kinarsih menyegerakan langkahnya. Rian pernah berjanji akan mengunjunginya di akhir pekan yang tidak ditentukan, mungkin hari ini waktunya. Bagai dihantam batu gunung, Kinarsih membatu tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tak sadar, ia
Baca selengkapnya
BAB 40_AJAKAN
"Mamak, ke kota lagi, yuk!" ajak Ilham sembari bermain mobil-mobilan. Ia memiliki mainan yang bagus, hingga bocah itu melupakan kejadian buruk yang banyak dilihatnya. "Kan sudah kemarin pas kita beli mobil-mobilan," ujar Kinarsih membersihkan rumah. Untuk mempertahankan moodnya menulis, ia senang bersih-bersih. "Enak ke kota bisa naik motor, Mak! Ayok, Mak! Naik motor!" Kinarsih hanya diam saja. Ilham selalu saja banyak maunya. Ia menoleh pada putranya bermain mobil-mobilan pemberian dari Rian. "Nanti pergi sama Nenek saja kalau Mamakmu sibuk," ujar Marni yang tiba-tiba muncul. "Nenek!" teriak Ilham berdiri dan melompati Marni. Wanita itu tersenyum lebar menggendong cucunya. "MasyaAllah, Bi. Masuklah. Arsih buatin minum dulu." "Tak usah. Aku bisa buat sendiri. Aku bukan tamu kan?" Kinarsih tersenyum lalu mengangguk haru. "Bibi itu ibuku," jawabnya berkaca-kaca. Marni tersenyum lebar melihat banyak perubahan di rumah itu. Sungguh sangat jauh lebih layak dan terlihat rapi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status