All Chapters of Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan: Chapter 131 - Chapter 140
165 Chapters
Bab 131 Titik Terang
Lita terhenyak mendengar pertanyaan dari mertuanya. Dia tadi sibuk menatap box bayi Kenny. Berpikir akan memberi box bayi juga untuk Felicia. "I–iya Bu? Ada apa?" tanya Lita tergagap.Santi menghela napas pelan. "Ibu tadi menyuruhmu mandi dan bersiap-siap," jawabnya. Kalau saja bukan menantunya pasti sudah habis dimarahinya wanita itu.Lita terkekeh. "Oh, baiklah Bu," sahutnya. "Kalau begitu Lita ke kamar dulu Bu," pamit Lita.Santi mengangguk. "Iya. Ibu akan tunggu di sini," sahutnya. Lita kemudian berjalan keluar dari kamar Kenny."Kalau begitu biar saya saja yang membuatkan kopi untuk Nyonya Besar," ucap Shanaz. Santi menoleh ke arah Shanaz, lalu mengangguk. "Iya. Terimakasih ya," ucapnya."Sama-sama Nyonya," sahut Shanaz. Ia kemudian berjalan keluar dari kamar Kenny.Shanaz berjalan menuju ke dapur. Ia membuat kopi untuk mantan ibu mertuanya dengan lesu. Hidupnya kian tak menemukan kebahagiaan semenjak Fernando mencampakkannya.Kopi buatan Shanaz telah selesai. Shanaz menaruhnya
Read more
Bab 132 Shanaz Yang Asli
Jantung Shanaz seakan loncat dari tempatnya, saat menyaksikan tubuhnya yang dinyatakan hilang terbaring lemah di brankar sebuah rumah sakit. Tuhan masih memberinya kesempatan hidup. Itupun jika dia bisa memberikan pendonor darah untuk dirinya sendiri. Atau ini saat terakhir dia bisa melihat wajah dan tubuhnya sendiri sebelum menyaksikan dirinya sendiri mati.Shanaz tak pernah menyangka bahwa keponakan yang dimaksud oleh Tante Virna adalah dirinya sendiri. Sebab dalam hidupnya dia tidak pernah mengenal Virna sebelumnya. Jika tahu lebih awal dia akan bergerak dengan cepat untuk menyelamatkan dirinya."Telepon dari siapa Nabila?" tanya Santi dengan menepuk pundak Shanaz dari belakang.Pertanyaan itu berhasil mengagetkan Syahnaz, dan membuatnya terhuyung ke belakang satu langkah. "Nyonya Besar membuat saya kaget saja," ucapnya sambil mengelus dadanya sendiri.Santi terkekeh. "Kamu saja yang kagetan," sahutnya. "Tadi telepon dari Ibu saya, Nyonya," jawab Shanaz."Ada apa? Apa terjadi sesu
Read more
Bab 133 Rahasia
Lita ingin membantah perintah ibu mertuanya. Akan tetapi Fernando mencegahnya. Menepuk pahanya pelan. Lita kaget dan langsung menoleh ke arah Fernando.Fernando memberinya kode agar Lita mau menurut. Lelaki itu berpikir hal ini bagus karena Lita sementara waktu bisa lebih dekat dengan anaknya sendiri karena bisa langsung mengasuhnya. Jadi dia pikir tidak masalah."Kamu mau kembali ke rumah jam berapa besok?" tanya Fernando kepada Shanaz. Lorenzo yang tadi hanya diam kemudian berpamitan dari acara makan malam itu. Toh acara makan malamnya sudah selesai. Dia merasa tidak ada kepentingan lagi di sana."Acara makan malamnya sudah selesai. Lorenzo pergi dulu ya Bu," pinta Lorenzo kepada ibunya. Sasaran utamanya memang ibunya. Karena wanita itu kunci utama dari semua anggota keluarga."Kamu mau ke mana memangnya?" tanya Santi."Lorenzo mau menemui Meisya sebentar," jawab Lorenzo.Senyum sumringah langsung ditunjukkan oleh Santi. Saat Lorenzo mengatakan alasannya pergi untuk Meisya. Sontak
Read more
Bab 134 Jujur Lebih Baik
Butuh waktu lumayan lama bagi Shanaz untuk menata hati dan mengatakan jati dirinya yang sebenarnya. Semua ini pasti rumit bagi ibunya. Dia mengaku telah menemukan Shanaz yang sedang koma. Akan tetapi di saat yang sama juga akan mengakui bahwa dia yang sebenarnya adalah Shanaz."Saya sebenarnya adalah Shanaz," jawab Shanaz. Entah ibunya akan percaya padanya atau tidak. Yang jelas ia lega karena telah berkata jujur kepada ibunya. Namun wanita yang telah melahirkannya itu tampak tidak mempercayainya. "Mustahil. Kamu orang yang berbeda." Farida menyangkalnya. Ia tertawa hampa sambil menggelengkan kepalanya."Apa sebenarnya tujuanmu memberitahu aku soal keberadaan anakku?" tanya Farida dengan raut wajah mengintimidasi. Takut wanita yang ada di depannya ini punya tujuan yang tidak baik. Bulir bening air mata Shanaz mulai mengalir, hingga menganak sungai membasahi kedua pipinya. Hatinya terluka. Tetapi wajar jika ibunya tak mempercayai ucapannya, karena saat ini yang ada di depannya bukan
Read more
Bab 135 Menyelamatkan Nyawa Shanaz
"Saya pernah lihat kamu di rumah Fernando. Kamu bekerja di sana kan?" tanya Yosi. Yang tak lain adalah suami Farida."Benar, A–" Shanaz ingin menjawabnya. Namun kalimatnya langsung dipotong oleh Farida. Wanita paruh baya itu malah menyuruh Shanaz untuk segera pergi. "Sudah. Kamu segera pergi saja, Nabila. Nanti biar saya jelaskan kepada suami saja," suruhnya.Shanaz mengangguk setuju. "Kalau begitu saya pamit pulang dahulu. Bapak, Ibu," pamitnya. Segera Shanaz menyetop taksi yang kebetulan lewat. Lalu masuk ke dalam.Farida sengaja menyembunyikan identitas Shanaz dari suaminya. Paling tidak sampai mereka nanti dalam perjalanan menuju ke Bandung. Tempat tubuh Shanaz dirawat. Yosi menatap wajah istrinya dengan tatapan penuh penasaran. "Wajah kamu kenapa terlihat cemas seperti itu?" tanyanya."Tidak apa-apa. Kamu tunggu di sini ya Yah. Ibu mau siap-siap. Kita pergi ke Bandung sekarang," jawab Farida terburu-buru.Yosi tambah bingung. Ia memiringkan kepalanya. Tidak ada angin tidak ada
Read more
Bab 136 Penyelidikan
Shanaz terharu. Air mata kebahagiaan tak sanggup dia tahan lebih lama. Dan kini berhasil lolos membuat pipinya basah. Ia bahagia karena ibunya Nabila berkata Shanaz telah berhasil mendapatkan pendonor darah. Tami : Ibu hanya ingin memberitahu kamu kalau keponakan Tante Virna sudah dapat mendonor darah. Kata dokter kondisinya semakin baik.Dengan senyuman yang masih melekat, Shanaz mengetikan pesan balasan untuk ibunya Nabila. Shanaz : Syukurlah Bu. Nabila ikut senang. Ibunya Nabila juga memberitahu jika pendonor darah tersebut berasal dari dirinya. Tami : Tante Virna bilang kamu yang mencarikannya ya? Dia sangat bersyukur dan menitip ucapan terimakasih katanya.Shanaz : Sama-sama Bu. Nabila senang jika dapat menyelamatkan nyawa keponakan Tante Virna.Tentu saja. Tanpa ucapan terimakasih sekalipun dia akan mengusahakannya. Karena masih ingin hidup di dunia ini.Tami : Tante Virna juga bilang nanti kalau keponakannya sudah semakin membaik akan dirujuk ke rumah sakit pusat yang ada d
Read more
Bab 137 Belum Terungkap
Lita mengerutkan keningnya. "Kenapa memangnya?" tanya Lita tak mengerti. Seharusnya Shanaz senang kan diberi fasilitas seperti ini?"Itu karena minimarketnya dekat Nyonya. Dan saya hanya sebentar saja," jawab Shanaz.Tak ada gunanya sepertinya. Memaksa wanita keras kepala seperti Shanaz. Lita menyerah dan tidak memaksanya lagi. Toh di sana sudah ada Yuni yang membantunya mengurus Kenny."Ya sudah. Tapi jangan lama-lama ya," pesan Lita."Iya Nyonya. Saya akan segera kembali," sahut Shanaz. Lalu ia berpamitan kepada Lita. "Kalau begitu saya pergi dulu, Nyonya Lita.""Iya," sahut Shanaz. Ia kemudian pergi meninggalkan kamar Kenny dan keluar dari rumah Fernando.Tempat yang dituju oleh Shanaz pertama adalah rumah sakit yang tertera di buku catatan kelahiran Kenny. Shanaz berjalan masuk, melewati pintu masuk rumah sakit dan bertanya kepada perawat yang sedang berjaga di poli kandungan. "Ada yang bisa saya bantu Mbak?" tanya perawat rumah sakit."Saya mau bertanya tentang bayi bernama Kenn
Read more
Bab 138 Kenny Yang Malang
Tak hanya bentakan yang Kenny terima. Yuni bahkan merasakan sakit luar biasa hingga menusuk ke dalam hatinya. Saat Lita menatap wajah Kenny dengan kilatan tajam dan penuh kebencian.Dia membawa Kenny dalam pelukannya untuk menyelamatkan anak itu. Sebelum Lita berbuat lebih jauh kepada bocah malang tersebut. Padahal harusnya jika Felicia benar anak kandungnya. Pasti hal yang membuat Yuni lebih hancur adalah melihat kondisi Felicia saat ini. Tak hanya 2 orang Ibu tersebut yang mengantar Felicia ke rumah sakit. Namun Fernando juga mengajak Shanaz untuk ikut mereka. Karena 2 orang ibu itu pasti dalam keadaan kalut. Jadi Shanaz bisa berguna untuk membantu Fernando nanti."Nabila. Kamu ikut kami ke rumah sakit.""Baik, Tuan Fernando," sahut Fernando. Tanpa pikir panjang dia langsung masuk ke dalam mobil.Pagi yang cerah itu berubah menjadi hari yang kelabu untuk keluarga Fernando. Karena tragedi yang terjadi saat ini. Seakan mentari kehilangan sinarnya. "Kamu harus bertahan ya nak. Jangan
Read more
Bab 139 Jiwa Dibalik Tubuh Shanaz
Selepas mengurus administrasi, Shanaz pergi ke apotik yang ada di rumah sakit. Dia tidak menunggu sampai nomor antriannya dipanggil. Shanaz meninggalkannya sementara waktu untuk pergi ke kamar perawatan seorang pasien. Seorang wanita paruh baya bangkit dari tempat duduknya. Saat Shanaz membuka pintu ruang perawatan wanita yang Virna katakan namanya Lisa. Padahal wanita yang terbaring sakit itu adalah dirinya sendiri."Senang bertemu denganmu Nabila," sapa Virna. Dia menyambut Shanaz dengan senyum penuh keramahan. Karena menganggap bahwa Shanaz layaknya dewa penyelamat untuk wanita yang diakui sebagai keponakannya. Hal itu yang menjadi tanda tanya besar bagi Shanaz."Nabila juga senang bertemu dengan Tante," sahut Shanaz tersenyum balik.Shanaz mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tak ada siapapun di ruang perawatan itu selain Virna. Penasaran lalu Shanaz bertanya kepada Virna. "Tante sendirian di sini?" Virna mengangguk. "Tadinya dengan Dafa. Tapi sekarang dia sedang di apotik un
Read more
Bab 140 Tamumu Memberiku Petunjuk Bagiku
"Ada apa Mbak?" tanya supir taksi. Saat melihat ekspresi wajah Shanaz yang mencurigakan."Dompet saya tidak ada Pak," jawab Shanaz dengan jujur.Supir taksi tak percaya. Dia menatap Shanaz dengan tatapan penuh kecurigaan. Mengira Shanaz hanya akan menipunya. "Halah Mbak. Jangan berbohong kepada saya," tuduhnya.Shanaz menggelengkan kepalanya dengan cepat, ekspresi wajahnya panik. "Tidak, tidak. Bukan seperti itu Pak. Saya tidak berbohong. Yang di depan ini adalah rumah majikan saya kok," jelasnya."Saya tidak percaya. Bisa saja kamu mengaku-ngaku." Supir taksi kembali menuduhnya. "Kalau tidak percaya. Izinkan saya turun dan berbicara dengan satpam di depan Pak," pinta Shanaz yang hampir kehabisan cara untuk menjelaskan."Nanti malah Mbak kabur lagi," sahut supir taksi.Shanaz yang buntu lalu menurunkan kaca jendela mobil lalu berteriak untuk memanggil satpam. "Pak Satpam. Pak! Tolong keluar sebentar Pak," teriak Shanaz."Jangan teriak-teriak seperti itu dong Mbak. Nanti saya dikira m
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status