All Chapters of Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan: Chapter 141 - Chapter 150
165 Chapters
Bab 141 Pembuka Jalan
Mata Yuni membelalak. Raut wajahnya panik. Dia menoleh ke arah Shanaz dan satpam secara bergantian dengan tersenyum canggung. "Maafkan atas kekacauan ini ya Nabila, Pak Satpam," ucap Yuni.Yuni yang kepalang malu kemudian menarik mertuanya ke tempat yang lebih tenang, di mana tidak akan ada orang yang mendengar apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya yang mengamuk seperti orang yang tidak waras itu. "Ayo Bu. Kita bicara baik-baik di sana. Jangan marah-marah seperti ini, Yuni malu.""Kalau kamu tahu malu harusnya kamu bebaskan suamimu. Bukan memilih anak itu!" sungut mertua Yuni. Yuni mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya, Bu. Iya," sahut Yuni berusaha menenangkan ibu mertuanya. Shanaz mempunyai ide lain. Dia memutuskan untuk bersembunyi di balik semak-semak untuk mengawasi keberadaan mertua Yuni. Menunggu sampai pembicaraan mereka berakhir. Setelah itu baru nanti mengorek informasi dari wanita berusia lanjut itu.Shanaz tak begitu jelas mendengar pembicaraan mereka. Namun yang bisa dia
Read more
Bab 142 Benih Suka
Fernando yang melihat darah yang mengalir dari jemari Shanaz, langsung menyahutnya. Mata Shanaz membulat, dia melupakan rasa sakitnya. Matanya sibuk mengamati sekitar, takut Lita marah. Atau akan ada seseorang yang akan mengadu kepadanya.Shanaz melepaskan tangannya dari genggaman Fernando. "Ja–jangan Tuan. Nanti kalau ada yang melihat bisa salah paham," cegahnya terbata.Fernando lalu menarik tangannya. "Maafkan aku. Aku tak bermaksud–" Fernando sendiri bingung bagaimana harus menjelaskannya, hingga kalimatnya terpotong begitu saja.Fernando diliputi oleh rasa canggung. Namun tidak dengan Shanaz. Dia sebenarnya mampu mengendalikan diri, akan tetapi dia memanfaatkan kesempatan ini untuk menarik perhatian lelaki itu. Shanaz berpikir akan dengan mudah memperdayai Fernando jika mantan suaminya itu jatuh hati kepadanya."Tidak apa-apa Tuan," sahut Shanaz."Ambil kotak p3k dan segera obati lukamu," suruh Fernando. "Baik, Tuan," sahut Shanaz. "Aku pulang untuk makan siang. Jadi kalau semu
Read more
Bab 143 Bukan Pelayan Biasa
Dengan terpaksa Fernando sendiri yang turun tangan memperbaiki. Membuat laporan evaluasi itu sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Namun sepertinya dia merasa kesusahan. Tak bisa membuat laporan sambil makan dalam waktu bersamaan. Entah karena benar-benar butuh bantuan. Atau memang ada faktor lain. Fernando meminta Shanaz untuk menyuapinya. "Bisakah kamu menyuapi aku makan?" Meskipun ini adalah kesempatan emas bagi Shanaz. Akan tetapi agar tidak terlihat mencolok Shanaz menolaknya dengan alasan Lita akan marah jika mengetahui hal ini."Maaf Tuan. Bukan saya tidak mau menyuapi Tuan Fernando makan. Saya hanya takut jika Nyonya lita tahu bisa marah," tolak Shanaz dengan nada halus."Kalau begitu jangan sampai tahu," sahut Fernando. "Kamu kunci pintunya sana," suruh Fernando.Raut wajah Fernando mendukung. Ia terlihat serius, membuat Shanaz berpura-pura menurut karena takut. "Ba–baik, Tuan," sahutnya. Shanaz bergerak ke arah pintu lalu menguncinya.Fernando memutar musik dengan a
Read more
Bab 144 Kembali Dekat
Fernando memasang wajah mengejek. "Apapun itu. Kamu sebutkan saja," jawabnya.Shanaz tak segera menjawabnya. Lalu Fernando mengibaskan tangannya. "Ah sudahlah. Kamu kerjakan saja dulu. Nanti kamu boleh minta apa saja," ucapnya."Apa saja?" tanya Shanaz memastikan. Matanya bersitatap dengan Fernando. Mengintimidasi agar Fernando menurut kepadanya.Fernando berdecap. "Astaga, tentu saja. Memangnya kapan aku pernah berbohong padamu?" Ia pikir permintaan Shanaz pastilah tak akan sulit.Shanaz tertawa kecil. "Baiklah Bos. Saya akan bereskan dengan cepat," sahutnya."Lakukan cepat. Aku mau makan," perintah Fernando. Ia meraih piring. Kemudian menyendok makanan ke mulutnya.Beberapa menit berlalu. Yang membuat Fernando terkejut adalah Shanaz mampu mengerjakan pekerjaannya dengan cepat. Dia sudah seperti orang yang profesional, bukan amatiran."Wah. Kamu ternyata cepat sekali ya, mengerjakannya. Hebat," puji Fernando.Shanaz menundukkan kepalanya dengan anggun dan pelan, lalu tersenyum. "Teri
Read more
Bab 145 Lewat Bantuan Ayah
"Nanti Shanaz akan jelaskan kalau ayah sudah pulang saja ya Bu. Biar tidak 2 kali menjelaskan," jawab Shanaz. Ibunya hanya menjawab dengan anggukan.Shanaz merasa tak enak hati. Dia kemudian meraih telapak tangannya dan menggenggam jemari tangan ibunya dengan erat. "Ibu tidak keberatan kan?" tanya Shanaz ragu.Farida tersenyum. Membuat keraguan Shanaz seketika menghilang. "Tidak apa-apa. Kamu benar. Kita tunggu ayah ya." Keduanya lalu bersitatap dan tersenyum bersama."Kamu mau minum apa?" tanya Farida."Astaga. Kenapa Ibu memperlakukan Shanaz seperti tamu seperti ini?" Shanaz terkekeh. "Shanaz bisa membuat minuman untuk diri Shanaz sendiri," lanjutnya."Kalau begitu ayo kita ke dapur dan membuat minuman untuk kita berdua," ajak Farida.Shanaz mengangguk pertanda setuju. "Ayo Bu," sahutnya. "Kita sekalian buat cemilan juga," lanjutnya."Hmm. Ibu juga rindu cemilan buatanmu," ucap Farida. Ia kemudian mereka berdua bangkit dari tempat duduknya dan masuk ke dapur.Dengan terampil Shanaz
Read more
Bab 146 Hanya Untuk Balas Dendam
"Iya Tuan Fernando? Ada yang Anda butuhkan?" tanya Shanaz saat sambungan teleponnya sudah terhubung dengan Fernando."Lita sudah pulang belum?" Di ujung telepon Fernando bertanya balik.Shanaz menepuk jidatnya sendiri. Mana dia tahu Lita sudah pulang atau belum. Dia kan saat ini tidak ada di rumah. Tak mau salah langkah, Shanaz lebih memilih untuk berkata jika dirinya sedang tak ada di rumah saat ini. Namun tak sepenuhnya dia berkata jujur tentang keberadaannya saat ini."Maaf Tuan Fernando. "Maaf Tuan Fernando. Tapi saat ini saya sedang tidak ada di rumah," beber Shanaz."Lantas kamu di mana?" tanya Fernando di ujung telepon."Saya sedang ke minimarket Tuan. Untuk membeli keperluan pribadi saya kebetulan habis," jawab Shanaz. "Oh, ya sudah kalau begitu," pungkas Fernando mengakhiri sambungan teleponnya.Shanaz mematikan ponselnya. Lalu memasukkannya ke dalam tas miliknya. Ayah dan ibunya menatap ke arahnya dengan raut wajah penuh pertanyaan."Apa yang dia katakan?" tanya ayah Shana
Read more
Bab 147 Dia Bukan Anakmu
Seperti yang sudah Yuni katakan tadi. Ia saat ini tengah sibuk dengan urusan yang berkaitan dengan pakaian Felicia. Sementara Shanaz bermain dengan Felicia. Shanaz sebenarnya kasihan melihat wajah bayi tersebut. Terdapat luka yang dibalut perban. Tapi mau bagaimana lagi. Kenny hanyalah bayi yang belum tahu apa-apa.Ketika melihat ponsel Yuni yang tergeletak di atas kasur. Shanaz berpikir keras bagaimana caranya bisa meminjam benda pipih itu dan mencari informasi di dalamnya.Tak lama Shanaz mendapatkan ide. Demi meminjam ponsel Yuni, Shanaz beralasan ingin berbelanja online dengan gratis ongkir. "Bibi Yuni. Bisakah aku pinjam ponsel Bibi sebentar?" pinta Shanaz."Untuk apa?" tanya Yuni penasaran."Itu. Aku ingin belanja online. Tapi sepertinya karena sudah terlalu sering, jadi ongkos kirimnya sudah terlalu mahal. Mungkin lewat ponsel Bibi, aku bisa mendapatkan gratis ongkir," jawab Shanaz tertawa canggung.Yuni tak keberatan. Dia langsung mengiyakan permintaan dari Syahnaz. "Oh, jad
Read more
Bab 148 Jati Diri Shanaz
Shanaz tertawa kecil. Dia masih tak mengerti dengan penjelasan Dafa yang bernada ambigu itu. "Maksud kamu?" tanyanya. "Aku tidak mengerti," lanjutnya.Sebelum menjawab Dafa menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskan perlahan. "Aku dulu mempunyai kakak perempuan. Ibu memberi nama Lisa. Karena kakakku berasal dari hubungan gelap ibuku, jadi Ibu menitipkan kakak di sebuah panti asuhan. Namun Ibu selalu memantau tumbuh kembangnya," jelasnya panjang lebar. Akan tetapi belum selesai sampai di sana. Shanaz masih diam dan menunggu Dafa menyelesaikan penjelasannya."Lalu kakakku mengalami kecelakaan dan meninggal. Tapi ibukku tak bisa menerima keputusan itu," lanjut Dafa mengakhiri ceritanya. Raut wajahnya berubah,. Ia tersenyum pilu. "Lantas kenapa wanita itu yang dianggap sebagai anak Tante Virna yang sudah meninggal?" tanya Shanaz tak mengerti. "Di mana Tante Virna menemukan wanita itu?" "Ketika ibuku lewat di sebuah sungai. Ia tidak sengaja melihat seperti ada orang yang tenggelam.
Read more
149 Rahasia Lita Terbongkar
Mendengar perdebatan antara satpam dan ayahnya. Hal pertama yang Shanaz lakukan adalah mencari keberadaan Fernando. Lelaki itu sedang berada di kamarnya. Shanaz mengetuk pintu kamarnya.Tak lama Fernando membuka pintu. "Ada apa?" tanyanya penasaran."Di luar ada seorang pria paruh baya sedang mencari Anda, Tuan Fernando," jawab Shanaz. Ia berpura-pura polos dan seakan tak tahu apa-apa."Siapa?" tanya Fernando menelengkan kepalanya. Dia tak merasa membuat janji dengan siapapun hari ini. Jadi siapa orang yang ingin menemuinya malam-malam begini?"Soal itu saya juga tidak tahu Tuan. Saya hanya melihatnya dari jendela saja," jawab Shanaz.Tanpa membuang waktu Fernando berjalan menuju ke halaman rumahnya. Dia membuka pintu dengan emosi, karena ingin mengecek sendiri siapa yang datang. Langkahnya semakin dipercepat. Namun saat sudah hampir dekat, Fernando menghentikan sejenak langkahnya. Dia terpaku saat melihat ayah Shanaz yang ternyata ada di balik pintu gerbang."Mau apa dia ke sini mala
Read more
Bab 150 Tak Boleh Salah Langkah
Saat ayahnya sudah tak terlihat lagi bayangannya, Shanaz segera masuk. Ia membujuk agar Fernando tak bersikap gegabah dalam masalah ini. "Maaf Tuan, saya datang karena kaget mendengar teriakkan Anda tadi," ucapnya dengan raut wajah takut.Fernando masih sibuk mengatur napasnya yang berantakan. Ia menatap tajam ke arah Shanaz. Saat Shanaz menoleh ke belakang, dia melihat Yuni yang datang menghampiri mereka dengan menggendong Kenny dan Felicia. Dia juga kaget mendengar suara Fernando yang menggelegar. "Apa yang terjadi Tuan?" Shanaz membulatkan matanya. Dia tak ingin Yuni tahu apa yang terjadi. Ia kemudian menutupinya dengan kebohongan. "Tidak apa-apa Bi. Tuan Fernando hanya mencari Nyonya Lita saja tadi. Tapi karena belum pulang jadi Tuan Fernando marah."Fernando mengerutkan keningnya, lalu memiringkan kepalanya. Tak mengerti mengapa Shanaz harus berbohong tentang masalah ini. Beruntung Kenny menangis, jadi Yuni tak terlalu memperhatikan. Karena tak mau disalahkan jadi Yuni memilih u
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status