All Chapters of Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan: Chapter 31 - Chapter 40
165 Chapters
Bab 31 Tempat Bercerita Ternyaman
Lorenzo bertanya penyebab Shanaz menangis tersedu-sedu. Lagi-lagi hatinya terkoyak oleh pernyataan Lorenzo. Ia menjadi menyesal karena tak peka terhadap lelaki yang dikira hanya menganggapnya sebatas sahabat saja.Shanaz mengusap air matanya dengan jemari tangannya yang lentik. "Saya hanya terharu mendengar cerita Anda Tuan," jawab Shanaz terpaksa berbohong. Ia akan mengungkapkan penyesalannya kepada Lorenzo, tetapi nanti. Setelah semua dendamnya kepada Fernando dan Lita tuntas, dan dia telah menemukan Nabila yang terperangkap pada tubuhnya yang entah di mana.Lorenzo tertawa hampa. "Kenapa? Seperti cerita novel bukan?" Shanaz hanya menanggapinya dengan senyuman tipis. Lorenzo kembali mengarahkan pandangannya lurus ke depan. Sementara Shanaz belum menghentikan aktifitasnya. Ia asyik memandangi wajah lelaki dengan rahang tegas dan terpahat dengan sempurna itu.Jika waktu dapat diputar kembali hanya satu yang diinginkan oleh Shanaz, yaitu memilih Lorenzo menjadi suaminya, bukan Fernand
Read more
Bab 32 Salah Memilih Istri
"Memangnya kenapa tidak boleh?" tanya Lita dengan raut wajah penuh penasaran."Pokoknya tidak boleh?" jawab Fernando tak jelas.Lita yang sedang emosi merasa tidak ingin dikekang saat ini. Meskipun oleh suaminya sendiri. Ia kemudian memberontak."Berarti, aku juga tidak punya alasan untuk mematuhi perintahmu yang konyol itu," ujar Lita dengan nada mengejek."Kamu–" Fernando menunjuk Lita dengan jari telunjuknya. Tetapi wanita itu makin bertindak kurang ajar kepadanya."Terima kasih," ucap Lita sambil membalikkan badan. Kemudian kembali ke kamarnya. Ia menghela napas sambil mengibaskan tangannya, seakan tak memedulikan lagi reaksi dari suaminya.Rahang Fernando mengeras. Ia sudah tidak mampu lagi menahan emosinya. Ia mengejar istrinya lalu mencengkeram erat lengannya. Membuat wanita itu memekik kesakitan."Aarrggghhh. Sakit!" Lita mengibaskan tangannya. Dan dia berhasil melepaskan cengkraman tangan Fernando. Dengan raut wajah menahan kesakitan ia mengelus lengannya yang terasa panas."
Read more
Bab 33 Shock Terapi Untuk Lita
Setelah mengatakan itu Lita menaikan satu sudut bibirnya. Ia merasa sudah habis kesabarannya, hingga dia hari ini melewati batas kesopanannya dengan menyindir kepala pelayan dan kakak iparnya itu. Dia benar-benar sudah muak. "Lalu apa masalahmu?" tantang Lorenzo dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.Tadi awalnya Lita yang sedang menunggu Yuni berkemas. Namun kini malah disuguhi pemandangan yang membuat hatinya sakit. Bagaimana tidak, kakak iparnya jauh menghargai pelayannya ketimbang dirinya yang sudah menjadi adik iparnya.Lita menatap Lorenzo dengan kilatan amarah di matanya. "Kakak yang ada masalah apa denganku. Selalu saja mencari masalah denganku," jawab Lita.Lorenzo melirik ke arah koper Lita, yang baru saja dimasukkan oleh supir ke dalam bagasi mobil. Tetapi Lorenzo tersenyum mengejek. Ia juga menggenggam tangan Shanaz lalu mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah."Ayo kita masuk," ajak Lorenzo tanpa melihat ke arah Shanaz. Ia justru menatap tajam ke arah Lita. S
Read more
Bab 34 Masih Seperti Yang Dulu
Setelah bertengkar dengan istrinya. Fernando keluar untuk pergi ke bar. Ketika pulang, ia sudah dalam keadaan sangat mabuk. Badannya sempoyongan saat masuk ke dalam rumah.Fernando hampir jatuh tersungkur, saat Shanaz yang kebetulan sedang melintas di depannya. Wanita itu berusaha berlari menahan kakinya yang sedang sakit. Namun gadis itu harus mengalami kemalangan, karena tertekan saat ia menahan berat badan Fernando ketika memapahnya."Astaga, Tuan Fernando. Anda mabuk?" tanya Shanaz menggelengkan kepalanya. Bau alkohol menyeruak ke dalam indera penciuman Shanaz. Ia sedikit mual karena Shanaz sendiri tidak pernah minum minuman keras. Shanaz meringis kesakitan. Bulir bening mulai menganak sungai membasahi kedua pipinya. Namun Fernando yang sedang mabuk tak mengetahuinya. Shanaz memapahnya sampai ke kamar Fernando, lalu membaringkannya di atas ranjang."Saya pergi dulu, Tuan Fernando," ucap Shanaz.Saat Shanaz akan melangkah pergi. Ia mendengar suara Fernando sedang meracau. Ia terus
Read more
Bab 35 Frustrasi
"Tuan Fernando tadi pulang dalam keadaan mabuk, Tuan. Jadi saya membantunya masuk ke dalam kamar," jelas Shanaz. Lorenzo menghembuskan napasnya dengan kasar. "Dasar laki-laki payah. Masalah seperti itu saja sampai mabuk," umpat Lorenzo pada adik kandungnya.Seharusnya kamu biarkan saja dia tidur di sembarang tempat. Biar dia belajar dari kesalahannya," lanjut Lorenzo.Shanaz merespon ucapan dari Fernando dengan senyuman. "Iya, Tuan." Ia berharap jawaban itu cukup membuat Lorenzo merasa puas."Tuan membutuhkan sesuatu?" tanya Shanaz. Karena seingat Shanaz laki-laki itu telah tidur, sebab menyiapkan diri untuk perjalanan bisnisnya besok.Lorenzo mengangguk. Ia lalu mengelus lehernya sendiri. "Tenggorokanku terasa kering. Jadi aku mau ke dapur untuk minum," jawab Lorenzo.Shanaz baru saja melangkahkan kakinya, namun Lorenzo menghentikannya. "Sudah malam, lebih baik kamu segera istirahat saja. Aku bisa mengambil air putih sendiri," lanjut Lorenzo. "Ini hanya sebuah pekerjaan kecil, Tua
Read more
Bab 36 Menyelidiki Masalah Rumah Tangga Fernando
Fernando menghela napas. "Dia pergi ke rumah ibunya," jawab Fernando kepada ibunya yang telah duduk di sampingnya saat ini."Apa kalian berdua bertengkar?" tanya Santi menatap wajah anaknya dengan tatapan mata menyelidik."Tidak. Dia bilang hanya rindu pada ibunya," jawab Fernando.Dari jawaban yang diberikan oleh Fernando, semakin memperkuat dugaan bahwa telah terjadi pertengkaran diantara mereka berdua. Hal ini memicu rasa penasaran pada diri Santi. Ia kemudian mendesak Fernando untuk mengaku. "Kamu tidak bisa membohongi, Ibu. Ibu mengenalmu dengan baik Fernando. Tidak mungkin jika tidak terjadi sesuatu," elak Santi."Ibu tumben datang ke sini," ucap Fernando mengalihkan pembicaraan. "Jangan mengalihkan pembicaraan." Santi mengejarnya."Sungguh Ibu," ucap Fernando berusaha menyakinkan ibunya. Dia benar-benar tidak ingin ibunya terlibat dalam masalah ini, karena ia dianggap gagal menjadi suami. Fernando juga tidak ingin membuat ibunya bersedih jika tahu pertikaian antara istri dan k
Read more
Bab 37 Wanita Yang Dapat Diandalkan
"Siapa yang menghubungimu? Sampai kamu secemas itu?" tanya Santi dengan raut wajah penasaran."Klienku, Bu. Kami ada rapat penting seharusnya pagi ini," jawab Fernando. Aku khawatir kalau terlambat kontrak kerja diantara kami akan dibatalkan," imbuhnya."Kalau begitu cepat berangkat sana," suruh Santi. Kini ia yang terlihat sangat khawatir. Fernando kemudian bersalaman kepada ibunya, untuk berpamitan. "Fernando berangkat dulu ya, Bu."Santi mengangguk. "Iya. Hati-hati di jalan ya," sahut ibunya Fernando."Hah. Anak itu. Kalau ada janji kenapa harus mengobrol denganku tadi," keluh Santi sambil bangkit dari tempat duduknya. Lalu pulang ke rumahnya.**Tak berselang lama Shanaz mendapatkan telepon dari Fernando. "Halo, Tuan Fernando. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Shanaz saat sambungan teleponnya sudah terhubung dengan Fernando."Asistenku sebentar lagi akan sampai di rumah. Dia aku suruh mengambil dokumen penting. Bantu dia jika mengalami kesulitan ya," jawab Fernando di ujung telepo
Read more
Bab 38 Jalan Pintas
Shanaz akhirnya memutuskan untuk naik ojek. Ketika ia melihat ada pangkalan ojek tak jauh dari mobil Shanaz terjebak macet. Ia kemudian berpamitan kepada supir pribadi keluarga Fernando. "Pak, saya sambung naik ojek saja. Saya takut akan terlambat sampai di perusahaan.""Tapi kaki Mbak Nabila sedang sakit, nanti–" Ucapan supir pribadi keluarga Fernando terpotong. Shanaz terlanjur keluar dari mobil tanpa memedulikan ucapan lelaki berusia paruh baya tersebut. Ia hanya fokus pada tujuan utamanya untuk hari ini.Shanaz berjalan tertatih menuju ke pangkalan ojek. Lalu setelah sampai ia meminta tolong kepada salah satu tukang ojek di sana. Dan akhirnya dapat."Pak, tolong antarkan saya ke alamat perusahaan ini." Sambil menunjuk ke alamat perusahaan yang tertera di file dokumen."Oh, okey Mbak, mari," sahut tukang ojek sambil menyerahkan helm miliknya yang khusus dipakai untuk penumpang.Shanaz mengangguk dengan cepat, lalu naik ke atas motor sambil memakai helm. Ia bahkan rela mengabaikan
Read more
Bab 39 Keberhasilan Proyek Fernando
Seorang laki-laki berusia paruh baya menawarkan Shanaz untuk naik ke atas ke ruangan Fernando bersama dengan dirinya. Dia tak lain adalah mantan ayah mertuanya. Dan kebetulan hendak ke ruangan Fernando."Aku mau ke ruangan Fernando. Mau ikut denganku?" tanya ayah Fernando.Shanaz mengangguk. "Iya, Tuan. Terimakasih banyak atas bantuannya," jawab Shanaz.Ayah Fernando mengibaskan tangannya. "Itu tidak masalah," sahutnya.Mereka kemudian masuk ke dalam lift. Kemudian tangan ayah Fernando hampir menekan tombol angka no 10 pada dinding lift. Tetapi Shanaz mencegahnya, sebagai bentuk rasa kesopanannya. "Maaf Tuan, biar saya saja yang menekan tombolnya."Ayah Fernando mengangguk. "Okey."Setelah itu pintu lift tertutup. Lift mulai naik dan kemudian terbuka di lantai nomor 10. Shana, dan ayah Fernando keluar dari lift dan menuju ke ruangan Fernando.Selama di dalam lift hingga hampir sampai di ruangan Fernando tak ada perbincangan antara Shanaz dan ayah Fernando. Shanaz hanya diam, sementara
Read more
Bab 40 Teman Se-frekuensi
Ayah Fernando menunjuk papan catur yang ada di depannya. "Kamu tidak lihat. Ayah sedang main catur dengan Nabila," jawab ayah Fernando. Fernando menepuk jidatnya sendiri. "Astaga, maafkan Ayahku, Nabila. Karena telah menjadikanmu sebagai korban main caturnya," ucap Fernando dengan wajah layaknya seseorang yang sedang berempati.Ayah Fernando tertawa. "Mungkin awalnya kamu akan berpikir seperti itu. Tetapi saat ini kamu harus mengasihani Ayahmu yang sudah tua ini, karena Nabila ternyata mempunyai kemampuan main catur yang lebih baik dari Ayah," sahut Ayahnya.Ayah Fernando meskipun saat ini kalah dalam main catur namun tetap terlihat bahagia. Dia seperti menemukan teman yang se-frekuensi dengannya kalau kata anak muda jaman sekarang bilang. Sangat kontras sekali dengan tadi ketika pertama kali datang dengan Nabila.Fernando memasang wajah terkejut. Ia ber 'wow' mendengar pengakuan ayahnya soal kemampuan main catur Nabila. Karena sebelumnya jarang ada orang bisa menandingi permainan ca
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status