All Chapters of Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan: Chapter 41 - Chapter 50
165 Chapters
Bab 41 Hadiah Untuk Nabila
"Aku baru saja akan bertanya di mana dia mempelajari cara main catur yang hebat itu. Kamu malah menyelanya," protes ayah Fernando.Fernando berdecap. Ia lalu mendekat ke arah ayahnya. "Nanti saja. Ayah bisa mewawancarai Nabila nanti saat di restoran," ucap Fernando.Ayah Fernando menghela napas. "Hah, baiklah. Ayo berangkat sekarang," sahut ayah Fernando.Setelah itu ayah Fernando bangkit dari tempat duduknya, disusul oleh Shanaz. Mereka bertiga lalu berjalan keluar dari ruangan Fernando. Lelaki itu berhenti sejenak saat berada di depan meja kerja sekertarisnya. Sekertaris Fernando bangkit dari kursi kerjanya saat melihat bosnya ada di depannya. Ia juga tak lupa membungkukkan badannya sebagai tanda hormat. Ia mendengarkan dengan saksama saat Fernando memberinya pesan sebelum pergi."Aku pergi makan siang dulu ya. Telepon aku jika ada sesuatu yang penting," pamit Fernando pada sekertarisnya."Baik, Pak Fernando," sahutnya kemudian membungkukkan badannya lagi. Setelah itu Fernando, Sha
Read more
Bab 42 Ada Apa Dengan Fernando?
"Telepon dari siapa?" tanya ayah Fernando kepada anaknya. Fernando menunjukkan layar ponselnya kepada ayah Fernando. Ayah Fernando memajukan kepalanya sedikit demi mengetahui nama yang ada pada permukaan benda pipih itu, dan ternyata tertulis nama 'Lita'. Shanaz yang berada di samping ayah Fernando juga dapat melihatnya."Aku angkat telepon dari Lita dulu ya," pamit Fernando. Mata Shanaz dan ayah Fernando mengikuti pergerakan Fernando, sampai laki-laki itu tak terlihat lagi karena terhalang oleh dinding. Menyisakan sebuah tanda tanya besar di kepalanya. "Apa mereka berdua sudah baikan?" Lamunan Shanaz terhenyak, saat pramusaji datang membawakan makanan dan minuman. Ayah Fernando matanya berbinar, ekspresi wajahnya seakan tak sabar untuk segera makan. "Akhirnya datang juga makanannya," ucap ayah Fernando. Dan setelah pramusaji selesai menata makanan dan minuman di atas meja. Ayah Fernando mengajak Shanaz untuk segera makan. "Ayo makan." Sudah dengan tangan memegang sendok garpu dan
Read more
Bab 43 Balasan Menohok Dari Fernando
Fernando melihat seorang laki-laki berdiri di depan kepala pelayannya dan mengatakan hal yang seakan mengejek profesi gadis itu. Padahal jika dilihat dengan baik gaya lelaki itu sangat norak, gaya berpakaiannya apalagi, tak menunjukkan dia adalah seorang pria terpandang.Fernando yang geram dengan kelakuan lelaki sok keren itu kemudian menghampirinya. "Siapa dia Nabila?" tanya Fernando penasaran.Lelaki itu melihat Fernando dari atas sampai bawah. Dia benar-benar tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Fernando yang lebih tinggi dan memiliki wajah yang jauh lebih tampan. Namun anehnya laki-laki itu belum juga menunjukkan rasa gentar. Shanaz tak dapat menjawabnya. Dia tidak merasa mengenal lelaki itu sebelumnya. Namun dengan bangga laki-laki yang ada di depan Fernando mengatakan bahwa dirinya adalah mantan pacar Nabila. "Aku adalah mantan kekasih Nabila," jawabnya.Lalu jari telunjuk lelaki itu menunjuk ke arah wajah Shanaz. "Kemarin aku menawarimu menikah denganku tapi dia tidak mau
Read more
Bab 44 Banyak Misteri
Sejujurnya Shanaz tidak mengenal dengan lelaki yang mengaku sebagai mantan kekasihnya itu. Karena dia merupakan mantan kekasih Nabila, bukan dirinya. Dan kini Shanaz dihadapkan dengan kebingungan dengan pertanyaan yang diajukan oleh Fernando tadi.Shanaz memutar otak dengan cepat. "Teman saya yang mengenalkan, Tuan," jawab Shanaz sekenanya. Sepertinya hanya jawaban itu yang cukup masuk akal."Sejak kapan kamu ingin tahu urusan orang lain? Kamu menjadi mirip dengan Ibumu," sindir ayah Fernando."Tidak, Ayah. Bukan seperti itu. Tapi–" Fernando tak jadi melanjutkan kalimatnya, karena malas berdebat dengan ayahnya.Ia lalu mengibas-ibaskan tangannya di udara. "Sudahlah, jangan bahas masalah tidak penting itu," imbuhnya.Lebih baik begitu. Shanaz bisa tenang karena tak harus memikirkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak Shanaz ketahui jawabannya. **Mobil Fernando sampai di perusahaan. Fernando kembali pada rutinitas pekerjaannya di perusahaan, sementara Shanaz pulang dengan ay
Read more
Bab 45 Feeling Seorang Ibu
Shanaz membalikkan badannya mendengar seseorang memanggil nama Nabila. Sudah ada ibunya Nabila yang berdiri di ambang pintu gerbang yang belum ditutup oleh satpam. Dengan cepat satpam berjalan mendekat ke arah ibunya Nabila. "Maaf, tapi Ibu ini, siapanya Mbak Nabila, ya?" tanya satpam pada ibunya Nabila."Saya Ibunya Nabila, Pak," jawab ibunya Nabila menunjuk pada dirinya sendiri.Satpam langsung melirik ke arah Shanaz. Dia hanya ingin memastikan saja, bahwa apa yang dikatakan oleh wanita paruh baya yang ada di depannya ini memang jujur. "Benar Pak. Ini adalah Ibu saya." Kini Shanaz menunjuk dirinya sendiri. Satpam manggut-manggut mengerti. "Silakan masuk, Bu." Dan setelah Shanaz membenarkan satpam mempersilakan masuk. Lalu menutup lagi gerbangnya.Mata ibunya Nabila kini mengarah pada kaki putri semata wayangnya yang sedang sakit. Ia terkejut sampai lupa mengatupkan mulutnya. Ia langsung panik dan tangannya menunjuk ke kaki Nabila."Apa yang terjadi pada kakimu, Nabila?" Ibunya Na
Read more
Bab 46 Hanya Terpesona
Setelah berpikir dan menimbang, akhirnya ibunya Nabila merelakan anaknya tetap bekerja. Dia sangat mempercayai Fernando, karena dianggap sebagai majikan yang baik dan pengertian. Ibunya Nabila berpamitan pulang kepada keduanya 1 jam yang lalu."Saya akan siapkan kopi untuk Tuan Fernando," ucap Shanaz. Biasanya hal itu yang akan dilakukannya ketika Fernando pulang dari perusahaan."Jangan, jangan!" Fernando melarangnya. Shanaz membalikkan badannya lalu menatap wajah Fernando. "Kenapa jangan Tuan? Atau Tuan mau mandi dulu?" tanya Shanaz penasaran."Iya. Aku mau mandi dulu," jawab Fernando. Shanaz hendak membuka mulut. Berkata bahwa dia akan menyiapkan pakaian. Tetapi karena Fernando ingin kaki wanita di depannya ini cepat sembuh, jadi ia melarangnya. "Stop. Aku tahu apa yang ingin kamu katakan. Dan aku mohon jangan siapkan pakaianku dan kopi untukku."Meskipun sedikit kebingungan dengan larangan dari Fernando, tetapi Shanaz memilih mengiyakan dan tidak bertanya apa alasannya. Ia membu
Read more
Bab 47 Diam-diam Cemburu
3 orang yang ada di dalam mobil hampir saja terjungkal karena supir pribadi Fernando mengerem mendadak. Hal itu ia lakukan bukan tanpa alasan. Lelaki paruh baya itu menginjak rem dalam-dalam akibat teriakan dari majikannya yang mengatakan 'stop'. Mobil di depannya bahkan hampir tertabrak oleh mobil mereka.Shanaz sangat shock. Ini kali keduanya ia hampir mati karena kecelakaan mobil, dan lagi-lagi Fernando penyebabnya. Matanya membulat, jantungnya melesat dari tempatnya. Tak ada yang bisa wanita itu lakukan selain diam membeku untuk beberapa saat. Sampai supir pribadi Fernando menyadarkannya. "Nabila. Kamu tidak apa-apa kan?" tanyanya sambil mengguncang-guncangkan lengan Shanaz. Shanaz bahkan tak mampu menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya pelan. Supir pribadi Fernando kini menanyakan penyebab dari perintah yang sangat membahayakan mereka dan pengguna jalan lainnya itu."Ada apa Tuan Fernando. Kenapa menyuruh saya stop mendadak?" tanya supir pribadi Fernando menolehkan kepalanya
Read more
Bab 48 Pasangan kekasih palsu
Seorang bapak-bapak menegur aksi Fernando dan Shanaz yang dianggap mengganggu sekitar. Shanaz dan Fernando pun meminta maaf dengan tulus. "Saya minta maaf Pak," ucap Shanaz."Kami tidak akan mengulanginya lagi, Pak," imbuh Fernando. Ia kemudian mematikan ponselnya.Teguran dari laki-laki tadi belum seberapa. Yang lebih mengejutkan saat ada yang mengira mereka adalah sepasang kekasih. "Kalau mau pacaran di rumah atau taman hiburan jangan di sini!" Sontak mata mereka membulat sempurna. Secara bersamaan lalu mereka bersitatap, dengan wajah yang sudah berubah menjadi memerah seperti tomat karena tersipu malu. Fernando tadinya ingin mengklarifikasi bahwa wanita yang ada di sampingnya ini bukan istrinya. Dan menjelaskan siapa Shanaz yang sebenarnya. "Bukan, dia bukan pacar saya, tapi–"Bibir Fernando kelu. Ia akhirnya menutup mulutnya dan tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Banyak hal yang berseliweran di kepalanya. Apakah mereka akan percaya, wanita secantik Nabila bekerja sebagai seorang
Read more
Bab 49 Perasaan Bersalah
Shanaz menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak Tuan," sahutnya. Saking takutnya Shanaz cepat-cepat duduk dan malangnya kakinya yang sakit terkena bagian belakang kursi. Shanaz mencicit kesakitan. "Arrrgghhh!" Fernando membulatkan matanya. Mulutnya sampai lupa ia katupkan saking terkejutnya. Ia duduk di samping Shanaz lalu menatapnya dengan tatapan kasihan. Fernando mencebikkan bibirnya. "Kenapa kamu tidak hati-hati?" Shanaz tidak menyahut, masih merasakan kesakitan sambil mengepalkan kedua tangannya. Bahkan kini Fernando dapat melihat wajah wanita yang ada di sebelahnya ini memerah karena menahan sakit. Fernando menjadi merasa bersalah. "Pasti sakit ya?" tanya Fernando. Pertanyaan basa-basi yang benar-benar jadi basi. Sudah tahu sakit, masih saja ditanya. Ia lalu meminta maaf kepada gadis malang itu. "Aku–minta maaf ya," ucapnya dengan tulus. "Aku tidak sengaja tadi. Sungguh," imbuhnya. Setelah rasa sakitnya reda Shanaz menoleh ke samping. Menatap lelaki yang mengkhawatirkan
Read more
Bab 50 Jerat Shanaz
Yang dilakukan oleh Fernando ternyata mengambil kursi roda. Ia mendorongnya sampai di depan Shanaz lalu menyuruhnya untuk duduk. "Duduk."Shanaz mengerutkan keningnya. Mana mungkin dia sudi duduk di sana. Dia bukanlah orang cacat. Kakinya memang luka, akan tetapi ia masih bisa berdiri dan berjalan sendiri menggunakan kakinya. "Tidak perlu sampai seperti ini Tuan, saya masih bisa jalan sendiri," tolak Shanaz dengan nada sedikit jengkel."Menurut saja. Kamu tidak lihat usahaku mengambil kursi roda ini untukmu?" paksa Fernando sambil memajukan sedikit kursi roda yang ia bawa."Tidak usah Tuan. Nanti Anda akan repot karena harus mengembalikan lagi kursi rodanya," tolak Shanaz sekali lagi."Kenapa harus repot. Aku bisa menyuruh Pak Supir nanti," ucap Fernando. "Tinggal duduk saja. Kenapa kamu jadi membantah?" Kali ini Fernando hampir habis kesabarannya.Shanaz ciut melihat kilatan amarah pada mata Fernando. Ia menelan salivanya dengan susah payah, lalu dengan terpaksa dia duduk di kursi ro
Read more
PREV
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status