All Chapters of Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan: Chapter 21 - Chapter 30
165 Chapters
Bab 21 Berusaha Meloloskan Diri
"Ada apa denganmu. Kamu selalu menghindar saat Ibu ingin mengajakmu ke dokter kandungan?" Kalimat yang sudah lama tertahan itu akhirnya meluncur dari bibir Santi. Lita membeku. Untuk beberapa saat ia bingung dan tak bisa memikirkan jawaban yang akan dia berikan untuk mertuanya. Jika salah Lita bisa saja didepak dari keluarga Fernando, karena dianggap telah menipu keluarga mereka."Sebenarnya selama Lita hamil, Lita merasa alergi dengan bau rumah sakit, Bu. Perutku terasa mual," jelas Lita membuat alibi. Dan untuk mendukung kebohongannya ia mengode mata kepada Shanaz agar membenarkan ucapannya. "Benar kan, Nabila?" "Oh, iya. Itu benar Nyonya," sahut Shanaz sambil tersenyum canggung. Terpaksa Shanaz harus mengikuti drama yang dibuat oleh Lita. "Hari ini kamu harus melakukannya," paksa Santi. "Demi Ibu," rayu Santi sambil tersenyum dan memegang telapak tangan Lita. Lita tersenyum canggung. Astaga. Untuk apa melakukan sesuatu demi mertuanya. Lita melakukan ini demi pernikahannya denga
Read more
Bab 22 Rencana Busuk Menantu Jahat
Secara mengejutkan Lita memberikan nomor antriannya kepada wanita hamil itu. "Anda bisa menukarnya dengan nomor antrian saya." Seulas senyum penuh harapan terbit di bibir Lita.Shanaz terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Lita. Tak terkecuali sang mertuanya, hingga tanpa sadar ia lupa mengatupkan mulutnya. Santi yang sempat diam untuk beberapa saat karena rasa keterkejutannya, kini tersulut emosi karena merasa apa yang ia lakukan untuk membuat janji dengan dokter adalah hal yang sia-sia. "Astaga! Apa yang kamu lakukan, Lita?!"Jantung Lita seperti hendak lepas dari tempatnya, saat mendengar pertanyaan dari mertuanya. Masalahnya suaranya begitu keras, hingga pengunjung rumah sakit yang lain melirik ke arah mereka.Wajah Lita menjadi merah seperti kepiting rebus karena malu. Kalau bisa saat itu ia menutupi wajahnya dengan plastik kresek saja. Atau menghilang sementara waktu ke planet mars. Namun yang kini bisa Lita lakukan adalah membujuk mertuanya, serta memberikan alasan yang tepat
Read more
Bab 23 Memanfaatkan Penderitaan Seseorang
Lita menoleh sambil membulatkan matanya lebar-lebar. Jantungnya seakan mau copot karena kaget. Ekspresi wajah kagetnya berubah menjadi merah padam, karena murka dengan Yuni, seorang pelayan di rumahnya yang memergokinya di toilet saat itu."Apa-apaan sih kamu ini? Bikin kaget saja!" Lita memaki-maki Yuni sambil mengelus dadanya sendiri. "Maaf, Nyonya Lita. Tadi saya hanya berniat menyapa Nyonya," ucap Yuni dengan wajah merasa bersalah."Aku ada di sini itu bukan urusanmu," sungut Lita. Yuni sekali lagi meminta maaf, lalu berpamitan untuk pergi. Namun Lita yang memperhatikan perut Yuni yang sudah membuncit karena hamil tua, kemudian Lita menghentikannya. "Tunggu." Mata Lita masih terfokus pada perut Yuni. Ada sesuatu yang membuatnya penasaran."Iya Nyonya?" tanya Yuni sambil membalikkan badannya."Apa yang kamu lakukan di sini? Lita berbalik tanya. "Apa kamu sedang memeriksa kandunganmu juga?" Yuni segera mengangguk. "Benar Nyonya. Dan saya datang ke sini untuk melakukan USG untuk
Read more
Bab 24 Racun Untuk Ibu Mertua
Lita hampir mendaratkan pantatnya di atas kursi tunggu. Namun wajahnya berubah menjadi masam saat ibu mertuanya memarahinya. Sejujurnya itu sangat merusak suasana hatinya."Maafkan aku, Ibu," ucap Lita. Padahal sesungguhnya memang itu tujuannya. Mengulur waktu lebih lama agar ibu mertuanya menyingkir dari sana.Dengan hati-hati Lita menaruh botol minuman teh yang telah ia racuni tadi. Dan seperti harapannya, ibu mertuanya tak lama mengambil botol tersebut kemudian meminumnya.Lita tersenyum samar, saat ibu mertuanya merasakan sakit perut sesaat setelah meminum teh itu. Wanita paruh baya itu awalnya memegangi perutnya. Sebagai menantu yang baik, Lita pura-pura perhatian."Ibu, ada apa?" tanya Lita yang wajahnya dibuat seolah cemas. "Ibu sakit?" imbuh Lita.Santi mengangguk. "Iya. Perutku sakit," jawab Santi sambil meringis kesakitan, karena rasa sakit perutnya tak seperti biasanya. "Aku akan ke toilet sebentar," pamit Santi yang langsung bangkit dari tempat duduknya. "Iya, Ibu," sahut
Read more
Bab 25 Misteri Dibalik Sakit Perut Santi
Tak lama Yuni muncul. Pelayan yang juga sedang hamil tua itu berjalan tertatih dan sesekali terlihat ngos-ngosan karena berusaha mempercepat langkahnya. Agar tidak mendapatkan masalah dengan majikannya yang jahat itu.Lita menghela napas lega, saat melihat Yuni dari kejauhan. Rasanya seperti gurun pasir yang dibasahi oleh air hujan dalam sehari. "Akhirnya datang juga," lirihnya sambil tersenyum. Tetapi setelah ini Lita pasti memarahi Yuni habis-habisan, dan tak mau tahu apa alasannya."Itu dia orangnya sudah datang, Sus," tunjuk Lita ke arah Yuni.Sementara itu Yuni masih sibuk mengatur napasnya. "Iya, Sus. Maaf kalau sudah menunggu lama," ucap Yuni."Tidak, apa-apa, Bu. Silakan masuk," sahut perawat yang seakan memahami kondisi wanita yang sedang hamil tua itu.Yuni masuk ke dalam ruang dokter, dan Lita bangkit dari tempat duduknya, lalu mengekor di belakangnya. "Silakan berbaring di sana," pinta dokter sambil menunjuk ke ranjang untuk USG.Lita mengangguk. Kemudian memberi kode meng
Read more
Bab 26 Harus Berhati-hati
Shanaz menghentikan ucapannya, karena jika benar kecurigaannya bahwa Lita yang menyabotase minuman mertuanya, semua itu akan sulit untuk diungkap. Lita akan berbalik menuduhnya yang mencampur obat, karena Santi pasti akan lebih mempercayai menantu kesayangannya itu daripada dirinya yang hanya seorang pelayan.Lagipula, minuman teh itu juga disiapkan oleh Shanaz, semua bukti akan mengarah kepadanya. Kalaupun ada cctv dari rumah sakit itu tidak akan banyak membatunya. Lita yang licik bisa saja melakukan sesuatu agar dirinya tidak terbukti bersalah. Jadi yang bisa Shanaz lakukan saat ini hanyalah bungkam.Namun Santi yang daritadi terlanjur mendengar penjelasan dari Shanaz menunggu-nunggu lanjutan dari cerita gadis itu. Ia mengerutkan keningnya. "Kenapa berhenti? Jelaskan, spekulasi apa yang kamu maksud tadi?" tanya Santi yang diliputi oleh rasa penasaran.Shanaz memutar otak dengan cepat, agar tak menimbulkan kecurigaan. "Spekulasi saya Anda, kelelahan Nyonya Besar," jawab Shanaz asal.
Read more
Bab 27 Pengakuan Tak Terduga Lorenzo
Shanaz terhempas dari lamunannya. "Bibi mengagetkan aku saja," ucap Shanaz, sambil mengelus dadanya sendiri. "Ada apa Bi?" tanya Shanaz."Tasku jatuh. Bisakah kamu mengambilkannya untukku?" Yuni menunjuk tas yang ada di dekat sepatunya."Tentu saja, Bi," sahut Shanaz. Ia kemudian berjongkok dan mengambil tas milik Yuni. "Terima kasih ya, aku sangat kesulitan mengambil barang yang sudah terlanjur jatuh seperti tadi," ucap Yuni.Shanaz tersenyum. "Itu tidak masalah Bi," sahut Shanaz. Ia kemudian memperhatikan perut Yuni yang sudah membuncit. Ia seperti bisa merasakan repotnya menjadi wanita hamil."Bagaimana rasanya menjadi wanita hamil Bu?" tanya Shanaz penasaran.Yuni menghela napas berat, seakan menegaskan memang berat rasanya menjadi wanita hamil. "Ya, seperti inilah. Semua terasa sulit melakukan sesuatu," jawab Yuni dengan nada mengeluh.Shanaz terdiam. Ia menatap lobi rumah sakit yang dipenuhi orang-orang yang lalu lalang di rumah sakit. Namun pikirannya ada pada hal lain. Seand
Read more
Bab 28 Insiden Tak Terduga
Shanaz tak sengaja menumpahkan secangkir kopi yang selesai ia buat untuk Fernando. Gelasnya pecah dan kopinya berhamburan membasahi lantai. Yang lebih parahnya lagi air panasnya tak luput mengenai kaki Shanaz hingga melepuh, karena Shanaz memasaknya hingga benar-benar mendidih.Wanita itu sangat terkejut mendengar pernyataan Lorenzo. Yang selama ini baru ia dengar. Sekaligus tak menyangka cinta Lorenzo yang sangat mendalam kepadanya. Perasaannya kini kini menjadi tak karuan, itulah sebabnya ia menjadi limbung dan memecahkan cangkir."Jadi selama ini, Lorenzo–" batin Shanaz dengan mata berkaca-kaca.Pertengkaran Lorenzo dan Fernando terhenti, secara kompak mereka menoleh ke arah Shanaz. Lorenzo langsung berlutut mengecek luka terbakar di kaki Shanaz. Beruntung Lorenzo tak menanyakan penyebab insiden yang terjadi padanya barusan. Atau jangan-jangan belum."Jangan tuan. Saya tidak apa-apa kok," cegah Shanaz. Namun Lorenzo yang berhati lembut tak henti mencemaskannya."Apanya yang tidak a
Read more
Bab 29 Aku Bukan Shanaz
Shanaz berteriak hingga tak sadar dirinya saat ini keceplosan sebagai Shanaz, bukan Nabila. Sontak Lorenzo terkejut mendengar hal itu. Jantungnya bagai dihantam oleh batu. Lorenzo menginjak rem dalam-dalam sampai ia dan Shanaz hampir terjungkal. Beruntung dapat ditahan oleh seat belt yang mereka berdua pakai.Shanaz mengibas-ibaskan tangannya. Dia sudah putus asa dan merasa ini akan menjadi hari terakhirnya di dunia. Dia masih belum menyadari kalau kesalahannya.Lorenzo berbicara setelah berusaha menormalkan kembali napasnya yang memburu. "Apa kamu bilang tadi?"Mata Shanaz membulat. Ia baru sadar dengan apa yang dia ucapkan tadi kepada Lorenzo. Keringat dingin mengucur deras dari dahi sampai membasahi punggungnya. Ia bingung bagaimana harus menjawabnya."Memangnya tadi saya bilang apa, Tuan?" Shanaz pura-pura lupa."Aku sangat familiar dengan kalimat yang tadi kamu katakan. Kamu berkata 'Apa kamu berniat membunuhku' kamu bahkan memanggil aku dengan namaku saja," jelas Lorenzo."Benar
Read more
Bab 30 Ingin Menyingkirkan Kakak Ipar
Fernando menepuk jidatnya sendiri, akan permintaan istrinya yang sudah di luar batas. "Mana bisa mengusir kakakku seperti itu. Rumah ini bukan milikku, dan masih rumah orang tuaku," tolak Fernando."Tapi dia selalu membuatku kesal," ujar Lita sambil mengibaskan tangannya dengan kasar. "Apa kamu tidak takut kalau aku stres bisa berakibat buruk dengan kondisi kehamilanku?" Lita tak segan mengatasnamakan bayi yang ia kandung, namun Fernando tetap tidak bisa berbuat apa-apa."Aku sudah bilang tidak bisa."Lita tidak menyerah begitu saja. Ia memeluk tubuh suaminya dari belakang. Dan mencoba bernegosiasi. "Kalau begitu kita beli rumah lagi saja," usul Lita sambil tersenyum. Seakan membeli rumah seperti membeli kacang saja."Kita lihat nanti saja. Aku belum bisa memutuskannya sekarang, karena ini bukan hanya masalah membeli rumah, tetapi menyangkut banyak hal termasuk orang tuaku," sahut Fernando. "Memangnya kenapa dengan orangtuamu? Kita ini sudah berumah tangga, seharusnya kita bisa hidup
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status