All Chapters of Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan: Chapter 61 - Chapter 70
165 Chapters
Bab 61 Insiden Di Kamar Lita
Bibir Lita dan Fernando saling berpagutan. Mereka berdua saling menumpahkan segala hasrat yang semakin membara. Tangan Fernando turun, menyusuri gundukan bukit kembar milik Lita. Hamil besar membuat dada wanita itu menjadi semakin besar dan menggemaskan membuat Fernando semakin liar untuk meremasnya.Lita tak mau kalah, jemari lentiknya mulai membelai setiap jengkal demi jengkal tubuh lelaki yang sangat dirindukannya itu. Sampai puncaknya ia mendaratkan tangannya pada kepunyaan Fernando yang sudah mulai menegang tersebut. Dengan lihainya ia membuka ikat pinggang serta menurunkan resleting celana Fernando.Lita dan Fernando bangkit dari duduknya. Dengan cepat mereka mulai menanggalkan pakaian mereka masing-masing, dan kini tak menyisakan benang sehelai pun. Namun saat mengingat perutnya yang kini membuncit dan bentuk badannya yang tidak lagi ramping membuat Lita malu dan memeluk tubuhnya sendiri.Fernando mengerutkan keningnya. "Ada apa?" tanyanya tak mengerti."Badanku," jawab Lita ya
Read more
Bab 62 Teramat Sangat Khawatir
Fernando membulatkan matanya, mendengar suara mertuanya di luar pintu kamarnya. Ia menelan salivanya dengan susah payah, tenggorokannya seperti tercekat."Se–sebentar Bu," jawab Fernando tergagap. Menatap ke arah pintu dan istrinya secara bergantian. Saat ini hati Fernando berkecamuk. Dia sedang khawatir, karena mertuanya bisa salah paham dan menuduhnya menyakiti anaknya. Sedangkan saat ini di saat bersamaan dia juga mengkhawatirkan kondisi kesehatan istri dan calon anaknya.Sambil menangis menahan sakit Lita memakai pakaiannya. Fernando membantunya. Lalu setelah itu baru Fernando meminta izin kepada istrinya untuk membuka pintu. "Sebentar ya sayang, aku mau membuka pintu dulu untuk Ibu." Sambil menangkup kedua sisi pipi Lita.Lita menjawabnya dengan anggukan. Matanya terpejam dan masih menahan tangis. Fernando kemudian melepaskan tangannya dari pipi Lita. Ia bergerak menuruni ranjang dan berjalan menuju ke pintu kamar, lalu membukanya."Apa yang terjadi?" tanya ibunya Lita mengedark
Read more
Bab 63 Enggan Pulang
Ibunya Lita mengelus punggung tangan ibunya Fernando. Berusaha menenangkan karena ternyata keadaan Lita dan calon bayinya baik-baik saja. "Bu Santi, tenang saja. Lita dan bayinya baik-baik saja. Jadi tidak perlu cemas lagi.Ibunya Fernando menghela napas lega. "Syukurlah. Saya sudah sangat cemas sekali tadi pada Lita dan calon bayinya," sahutnya. Sudut bibirnya melengkung ke atas. Sedang suaminya manggut-manggut ia ikut lega.Ralat, yang ibu dan ayah Fernando cemaskan hanyalah calon cucu mereka, bukan termasuk menantunya. Jika tak sedang mengandung calon keturunan Fernando, mereka berdua tidak akan secemas dan sepanik itu. Tetapi demi menjaga wibawa mereka terhadap besannya jadi berkata seperti tadi."Apa yang terjadi sebelumnya? Sehingga semua ini bisa terjadi?" tanya ayah Fernando penasaran. "Lalu di mana Fernando?" tanyanya lagi sambil mengedarkan pandangannya, namun tak kunjung menemukan batang hidung anaknya.Ibunya Lita tak langsung menjawabnya. Mendengar pertanyaan dari ayah Fe
Read more
Bab 64 Bersabar
Lita menatap Fernando. Memberikan kode agar Fernando mengutarakan keinginannya. Fernando menundukkan kepalanya. Sulit baginya untuk mengatakan hal ini kepada ibunya. Perasaan takut mulai menyerang.Fernando menelan salivanya. Ia mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga istrinya. "Sayang, aku akan katakan pelan-pelan pada, Ibu. Tapi nanti," bujuk Fernando. "Aku harap kamu mau bersabar sedikit, ya," imbuhnya.Lita menatap Fernando dengan tatapan mata yang tajam. Sabar katanya. Jangan-jangan semua keinginannya itu tidak akan pernah terwujud. Pikiran buruk memenuhi otak Lita.Ibunya Fernando mengerutkan keningnya. Tak mengerti dengan perubahan sikap menantunya yang secara tiba-tiba tersebut. Ia kemudian bertanya kepada Fernando. "Lita. Apa ada sesuatu yang sedang menganggu pikiranmu saat ini?" Ia mendekati Lita, menatap wajah dengan lembut, kemudian mengelus rambutnya dengan sayang.Lita menggelengkan kepalanya. "Tidak ada Bu," jawabnya. "Mungkin Lita hanya lelah, benar kan sayang?"
Read more
Bab 65 Rahasia besar Ibunya Fernando
Lagi-lagi telepon dari Lorenzo membuat hati Shanaz berbunga-bunga. Ia menggeser tombol hijau pada layarnya. Menghilangkan rasa gugupnya kemudian menyapa Lorenzo. "Halo Tuan." "Kamu sedang apa? Apa aku menganggu pekerjaanmu?" tanya Lorenzo.Shanaz menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Sama sekali tidak Tuan. Tuan menghubungi saya di waktu yang tepat." Celakanya Shanaz malah keceplosan dengan berkata jujur kepada Lorenzo. Menyadari kekeliruannya Shanaz segera membungkam mulutnya sendiri."Bukan, maksud saya–" Bagaimana harus menjelaskannya? Sedangkan Lorenzo di sana sudah meledak tawanya."Hahaha. Jangan dipikirkan," ucap Lorenzo yang tak ingin membuat suasana menjadi canggung."Kebetulan pekerjaan saya semuanya sudah selesai, Tuan. Jadi tinggal bersantai-santai saja." Shanaz tetap merasa tak enak hati dan menjelaskannya. Tak ingin dicap kecentilan menerima telepon dari Lorenzo.Lorenzo manggut-manggut mengerti, meskipun Shanaz tak dapat melihatnya. Ia mengerti Shanaz melakukan itu de
Read more
Bab 66 Tak Berperikemanusiaan
"Kamu ini sudah dewasa Fernando. Sudah berumah tangga, untuk apa bertanya pada orang tua tentang yang terbaik untuk kita," omel Lita panjang lebar.Fernando diam. Tak ada yang bisa Fernando lakukan selain pasrah menghadapi kemarahan dari istrinya. Dia hanya bisa meminta maaf, sekaligus berkata akan berusaha membujuk orang tuanya untuk menyetujui keputusannya. "Aku mohon maafkan aku. Tapi aku janji akan membujuk Ibu dan Ayah agar mau menerima keputusan ini," ucap Fernando."Jangan hanya berjanji, aku tak mau itu. Aku mau bukti," sahut Lita dengan kilatan amarah di matanya.Pertengkaran mereka sempat terhenti, saat seorang wanita datang membawakan sekotak makanan yang dipesan oleh Lita. "Ini ketoprak yang Anda inginkan tadi Nyonya Lita," ucapnya sambil menunjukkan plastik kresek yang ia tenteng."Hmm. Buka lalu suapi aku ya," suruh Lita. Wanita yang diketahui adalah pelayan baru untuk Lita itu mengangguk. "Baik, Nyonya," sahutnya.Dengan cekatan dia menyiapkan makanan untuk Lita, kemu
Read more
Bab 67 Cucu Idaman
Selesai dari pertemuannya dengan Fernando di kantin, ibunya Fernando hendak menyusul suaminya ke perusahaan. Ayah Fernando tadi pergi duluan ke perusahaan karena ada rapat penting menggantikan posisi Fernando. Setelah duduk di kursi belakang mobil, Santi menghubungi ke nomor ponsel ayah Fernando.Setelah 3 kali panggilan, akhirnya ponsel ibunya Fernando terhubung dengan nomor ponsel suaminya. "Halo, Bu? Ada apa? Apa kamu sudah pulang dari rumah sakit?" tanya ayah Fernando."Sudah Yah. Ayah sudah selesai rapat belum?" Ibunya Fernando bertanya balik. Namun terdengar nada cemas."Kamu kenapa terdengar cemas seperti itu? Ada apa lagi Bu?" Ayah Fernando jadi ikut khawatir. Takut terjadi sesuatu sesuatu lagi pada anggota keluarganya. Atau mungkin masalah lain."Ayah belum menjawab pertanyaan Ibu tadi. Ibu tidak bisa menceritakannya lewat telepon Ayah," tanya ibunya Fernando mengulang pertanyaan."Ayah sudah selesai. Kalau begitu Ibu langsung ke ruangan Ayah, saja," jawab ayah Fernando."Hmm
Read more
Bab 68 Bukan anakku
Lorenzo dan Shanaz bersitatap. "Kamu siapkan makanan untukku ya. Aku mau bicara dulu dengan Ibu," ucap Lorenzo kepada Shanaz.Shanaz mengangguk mengerti. "Baik, Tuan Lorenzo," sahut Shanaz. Ia kemudian berlalu meninggalkan ibu dan anak tersebut. Sementara itu ibunya Fernando berjalan menuju ke taman yang ada di belakang rumah. Duduk di kursi besi yang dicat dengan warna putih."Apa kabarmu? Kamu tak pernah memberi kabar Ibu selama di luar negeri," tanya Santi menoleh sekilas ke arah Lorenzo."Lorenzo kemarin menghubungi Ibu. Tetapi Ibu tak mengangkat telepon Lorenzo," jawab Lorenzo dengan nada sopan. Dia memang lebih sopan dan berhati-hati terhadap ibunya, ketimbang dengan ayahnya. Seakan tahu batasannya.Santi mencoba mengingat. Ternyata apa yang dikatakan oleh Lorenzo benar. "Mungkin aku sedang sibuk waktu itu," ujar Santi. Lorenzo mengangguk mengerti dan tak mempermasalahkan hal itu. Lalu Santi kembali mengulang pertanyaannya. Bukan karena peduli sungguhan, melainkan hanya ingin m
Read more
Bab 69 Dimanakah Dirimu?
Fernando keluar dari mobil bersama dengan ibunya. Lalu di mana Lorenzo? Pikir Shanaz. Ia menggelengkan kepalanya. Dia tidak boleh memikirkan Lorenzo terus menerus, atau akan kehilangan kesempatan untuk membalaskan dendamnya."Tolong buatkan kami berdua kopi ya, Nabila. Dan tolong antarkan ke ruang keluarga," suruh Fernando sebelum akhirnya pergi melewati Shanaz bersama dengan ibunya. Shanaz menganggukkan kepalanya. "Baik, Tuan Fernando," sahutnya. Supir pribadi Fernando membuka bagasi mobil, mengeluarkan tas berukuran sedang dari dalamnya. Tas tersebut berisi pakaian kotor Fernando dan istrinya dari rumah sakit. Shanaz yang penasaran kemudian bertanya kepada Pak supir. "Tas apa itu Pak?""Oh, ini tas milik Tuan Fernando dan Nyonya Lita, Mbak Nabila. Di dalamnya ada pakaian kotor mereka dari rumah sakit," jawab supir pribadi Fernando sambil mengangkat tas yang dibawanya.Shanaz mengerutkan keningnya. "Rumah sakit? Memangnya siapa yang sakit Pak?" tanya Shanaz penasaran."Nyonya Lita
Read more
Bab 70 Seseorang Yang Dirindukan
"Aku ada di apartemenku, bisakah kamu datang ke sini?" tanya Lorenzo saat sambungan teleponnya sudah terhubung dengan Shanaz.Apartemen? Sejak kapan Lorenzo mempunyai sebuah apartemen? Karena diam Lorenzo mengira Shanaz sudah mengakhiri sambungan teleponnya. "Halo, Nabila? Kamu masih ada di sana? "I–iya Tuan, saya masih di sini. Saya akan ke sana sekarang," jawab Shanaz."Minta tolonglah pada supirku, aku akan kirimkan lokasi apartemenku sekarang," pungkas Lorenzo mengakhiri sambungan teleponnya. Dan Shanaz mengiyakan.Shanaz buru-buru mengganti bajunya, lalu menyahut jaket yang tergantung pada pintu kamarnya, kemudian keluar dari kamar. Berjalan ke halaman depan rumah dan mencari keberadaan supir pribadi Lorenzo. Yang dicari sudah tidur. Dengan pelan Shanaz memanggil nama supir pribadi Lorenzo, namun tak ada respon, karena tertidur sangat pulas.Syahnaz kemudian menepuk pelan lengan Pak supir, tapi masih belum bangun. Shanaz hampir frustrasi. Dia hampir saja menyerah dan memilih unt
Read more
PREV
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status