All Chapters of JEBAKAN CINTA CEO PLAYBOY: Chapter 151 - Chapter 160
215 Chapters
PART - 151
Merlion Park, Singapura Zafier memandangi lekat ekspresi Shine Aurora di sampingnya yang sibuk membaca barisan kata yang ada di layar ponsel dengan efek pelototan mata. Tidak bisa sedetikpun mengalihkan tatapannya meski saat ini mereka berada di salah satu sudut Merlion Park tidak jauh dari Patung Merlion, mengabaikan gemerlap keindahan kota Singapura. Sesaat Shine melotot, merengut lucu dengan bibir monyong ke depan, meniup poni atasnya terlihat kesal, juga memutar bola mata hitamnya dengan dahi berkerut samar. Hingga mampu menciptakan sebentuk senyuman dan kehangatan yang tidak terelakan bagi Zaf sendiri. Betah memandangi apapun yang diukir wajah Shine dan tidak akan pernah bosan. Wanita paling jujur yang pernah Zafier temui karena sikapnya yang tidak dibuat-buat. Sepertinya dia memang harus mengakui sudah menjadi bucinnya Shine, tapi dia jelas tidak akan mengatakannya. Bisa makin sombong dia nanti. "Aku harus membayar denda tiga ratus juta seperti yang tertera di kontrak—" Shin
Read more
PART - 152
"Arsen.” Shine menyela, jemari tangannya yang bebas memainkan bulu tangan Zafier dan menarik-nariknya tanpa sadar. "Aku tidak menyangka dia seperti itu." Zaf menatap kejauhan. "Aku mengerti dengan apa yang dia lakukan. Dia hanya khawatir denganmu. Laki-laki mana yang akan suka melihat wanita yang selama ini dijaganya, bersama dengan seseorang sepertiku. Arsen sama seperti orang lainnya yang sudah biasa melihatku berkelakuan brengsek, dan menganggap tidak akan semudah itu berubah." Shine merapat, mengangkat kedua kakinya ke atas pangkuan Zaf dan bertopang dagu, "Tapi Arsen tidak seharusnya ikut menjebakmu seperti ini. Jelas-jelas dia menyuruhku untuk menggodamu bahkan tidak mengenaliku dan memanggilku bitch." Shine nampak kesal. "Aku rasanya ingin menggigit lehernya saat itu juga—" Zafier tertawa. "Untungnya bisa aku tahan dan hanya mencebik. Sepertinya kepalanya perlu dipukul supaya sadar." "Kau merubah semua penampilanmu semalam. Rambutmu, matamu memakai softlense, aroma parfummu,
Read more
PART - 153
"Aku memang harus datang." Shine perlahan tersenyum. "Oke baiklah, kau menang. Aku merinding mendengarnya." Zaf tertawa, Shinenya akan selalu seperti ini. Menggemaskan. Lalu tiba-tiba kecupan Shine di pipinya membuatnya terdiam. "Anggap aja bonus." Zaf tidak lagi bisa menahan tawanya lebih kencang, menarik tengkuk Shine dan mencium keningnya. "Aku merinding menerimanya." Shine memutar bola mata, mereka saling menatap sambil tersenyum sampai Zaf teringat sesuatu dan memandangi gedung megah di kejauhan. "Aku sudah menyewa satu kamar mahal di Marina Bay Sands tapi kenapa kau malah ngotot ingin melihat sunrise dengan gaya lesehan begini?" "Sekali-sekali merakyatkan tidak apa-apa," dengus Shine. "Oh oke. Aku jelas tahu kalau bersamamu, aku tidak akan takut jatuh miskin." "SIALAN!!" umpat Shine. "Ngomong-ngomong, bagaimana reaksi Arsen kalau tahu wanita blonde itu aku?" "Dia jelas akan menyesalinya karena tidak mengenalimu juga mengataimu Bitch lalu mengumpat untukku." Zaf nampak yaki
Read more
PART - 154
Jakarta, Indonesia Arsen duduk diam di dalam ruang kantornya sejak pagi hingga hampir mendekati jam makan siang. Membiarkan saja layar laptopnya menggelap setelah tadi dia mencoba untuk mencerna semua hal yang muncul di dalam CD yang di dapatnya semalam. Sama sekali tidak pernah berpikir kalau Omnya memperkaya diri dengan cara licik selama bertahun-tahun dan berhasil memperdayanya karena dia memiliki kaki tangan yang berkompeten. "Sial!" umpatnya, menyanggah kepalanya dengan tangan saat ponselnya berbunyi. Alisnya terangkat naik saat melihat siapa yang menghubunginya dan tanpa pikir panjang mengangkat panggilannya. "Apa maumu?" desisnya. "Apa kau sudah menerima hadiah yang aku tinggalkan semalam?" Ucap Zafier. "Apa wanita blonde itu Shine Aurora?" Arsen malah menanyakan hal lain. "Wanita yang mencoba menggodamu tapi kau usir begitu saja, wanita yang kau panggil bitchy dan wanita yang kau coba bayar untuk menggodaku itukah maksudmu?" Arsen menutup matanya, memijit pelipinya. "Dia
Read more
PART - 155
"Selamat siang Pak Robin."Robin hanya mengangguk singkat tanpa senyuman, duduk di salah satu bangku kayu favoritnya di sudut terjauh koridor rumah sakit, membiarkan saja perawat yang menyapanya tadi berlalu entah kemana. Diusapnya jam tua di pergelangan tangannya, disela helaan napas yang mengaburkan detak jantungnya yang menderu lalu mengangkat pandangan, menatap kejauhan—tepatnya ke arah taman tidak jauh dari kolam buatan yang ada di sana.Menghitung di dalam kepalanya sampai bibirnya menyunggingkan senyuman. Wanita itu baru saja duduk di sana, terlihat melanjutkan kegiatan merajutnya dalam diam setelah menghabiskan makan siang juga obatnya.Robin selalu datang ke rumah sakit di jam yang sama setiap harinya. Tidak peduli apa yang dia lakukan dan apa yang sedang terjadi dengannya, dia akan mengusahakan tetap datang. Meski kehadirannya lebih seperti bayangan yang tidak disadari oleh objeknya sendiri. Padahal para perawat juga dokter di sana tahu benar siapa Robin dan apa yang dilakuk
Read more
PART - 156
"Urusan apa yang membuat Om langsung memutuskan untuk pulang?" Arsen mengamati ekspresi Om Martin yang duduk di sofa kantornya, nampak santai seperti biasanya. "Urusan yang harus aku selesaikan secepatnya." Hanya itu jawabannya, Arsen mengangguk sebagai balasan. "Di mana Shine Aurora? Aku ingin sekali bertemu dengannya dan mengucapkan selamat untuk pernikahan kalian." Arsen memalingkan wajah ke arah lain, menyembunyikan ekspresi getirnya. "Sepertinya sedang bekerja. Jadi model ternyata membuatnya sangat sibuk." "Ahh begitu. Mungkin lain kali." Arsen menatap Martin yang juga sedang menatapnya dengan tatapan menyelidik. "Oh ya, apa Zafier ada memberimu sesuatu?" Arsen menaikkan alisnya, "Sesuatu seperti apa Om?" "Entahlah. Apapun yang bisa membuat perusahaan kita terancam. Dia itu licik, jadi wajar saja kalau kita harus waspada." "Untuk apa kita takut Om, kalau Perusahaan milik kita bersih dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Martin diam tanpa ekspresi dan Arsen benar-benar
Read more
PART - 157
"Aku katakan pada diriku kalau ini karma dan aku harus menerimanya. Aku menyakiti orang-orang yang aku sayangi bahkan yang aku anggap seperti anakku sendiri karena kalian lahir dari saudara kambarku seburuk apapun hubungan kami dulu." Shine tidak lagi menatap apapun yang ada di sekitar area rumah sakit karena dia menemukan pegangan lain yang memberinya dukungan meski hanya melalui tatapan mata dari jauh. Zafier Gaster berdiri menyandar di dinding rumah sakit, menatapnya intens dan menunggu di sana. Mengingatkan dia kalau laki-laki brengsekpun bisa berubah jika diberi kesempatan dan kepercayaan. Teringat dengan sikap bajingan dan liciknya Zaf yang dulu begitu dibencinya tapi nyatanya banyak hal yang tidak sesuai perkiraannya bersembunyi di baliknya. Bertemu dengan Zafier jelas memberikan pandangan baru setelah bertahun-tahun yang lalu, dia seperti menutup mata dengan semua hal yang mengingatkannya pada sikap bajingan Robin yang dia anggap Papanya. Sekarang, Zafier benar-benar nampak
Read more
PART - 158
Keesokan Malamnya,Ballroom Hotel Mulia, JakartaZafier berdiri di area depan, menjadi pusat perhatian semua undangan yang ada di ballroom salah satu hotel mewah yang menjadi tempat gala dinnernya. Hadir dengan tampilan sempurna meski sendirian tanpa pasangan seperti yang lainnya. Banyak wartawan yang menunggu konfirmasi resmi yang disiarkan live terkait penangkapannya oleh CIA juga mengenai hubungannya dengan Shine Aurora dan kabar skandal yang beredar di dunia maya sejak semalam tentang dirinya yang mabuk dan membawa wanita bayaran berambut blonde itu ke dalam kamar hotel lengkap dengan foto-fotonya.Matanya menatap nyalang sosok lelaki berjas hitam yang mengangkat tinggi gelas wine-nya dengan senyuman smirk penuh kemenangan, duduk dengan nyaman di sana. Seharusnya dia memang tidak berbaik hati lagi dengan laki-laki itu."Aku hanya akan mengatakan beberapa hal," ucapnya dengan tenang. "CIA tidak menemukan bukti kuat untuk semua tuduhan yang dilayangkan meski mereka membutuhkan waktu
Read more
PART - 159
Langkah kaki Arsen terhenti sesaat setelah keluar dari lift ketika melihat punggung seseorang berdiri di depan pintu ruangannya dengan satu ponsel di tangan. Sebelumnya tadi, dia sudah dalam perjalanan pulang tapi memutuskan kembali karena teringat ada barangnya yang ketinggalan, juga CD yang diberikan Zafier Gaster masih tersimpan di laci meja kerjanya. Setelah kepergian Omnya tadi siang, Arsen menghabiskan sisa waktunya dengan berpikir juga melihat lagi bukti itu yang berakhir dengan satu kesimpulan; dia tidak peduli karena itu urusan Omnya. Tidak mungkin dia menjebloskan keluarga dekatnya sendiri ke penjara. Arsen melangkah mendekat saat mendengar seseorang itu berbicara. "Saya sudah memeriksa semuanya." Langkah kakinya terhenti, bergeming di tempatnya berdiri lalu buru-buru mundur ketika punggung yang dikenalnya itu akan berbalik, bersembunyi di balik pilar bangunan di belakang hiasan pot bunga besar dan diam menunggu sampai di dengarnya langkah kaki seseorang itu semakin mende
Read more
PART - 160
Zaf menoleh cepat saat mendengar suara benda dilemparkan dari arah dalam, buru-buru masuk dan kaget saat melihat Shine sedang memeluk Mamanya yang menatap nyalang Robin yang berdiri tidak jauh darinya dengan tubuh kaku. Vas bunga sudah hancur berserakan di lantai. "Pergi kalian berdua laki-laki brengsek!" teriak Melvina, memandangi antara dirinya dan Robin. "Mam, please, tenanglah." "Aku minta maaf." Robin maju dan berlutut di sana, menatap nanar Melvina. "Maaf karena kau harus melalui semua ini karena perbuatanku. Aku akan menebus semuanya. katakan saja apa yang harus aku lakukan agar kau bisa bahagia." "Aku sudah menganggap kalau kau sudah lama mati—" ucap Melvina dingin, kata-katanya begitu menusuk. "Jadi pergilah sekarang juga dan jangan pernah mendekatiku atau anakku lagi." "Mam—" ucap Shine. "Dan untukmu Shine—" Zaf begeming saat Melvina menatapnya tajam. "Menjauhlah dari laki-laki brengsek itu. Dia tidak akan pernah bisa membuatmu bahagia dan Mama tidak akan rela kalau k
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
22
DMCA.com Protection Status