Semua Bab Istri Cantik Pilihan Mamaku: Bab 21 - Bab 30
226 Bab
Menggoda
Meja makan sudah tertata dengan baik. Alea buru-buru membereskan peralatan masaknya baru kemudian mandi dan merias dirinya dengan baik. Sejak Hera membelikannya banyak alat make up yang bagus, Alea jadi hobi dandan. Dia merasa senang bisa melihat pantulan bayangan dirinya yang cantik. Harusnya dia berdandan untuk Ardhan. Tapi karena Ardhan enggan memperhatikannya, jadilah Alea berdandan untuk dirinya sendiri. Setidaknya merasa bahagia bisa tampil cantik bisa membuatnya percaya diri.Dia memang tidak suka dandan yang tebal, jadi hanya dandan minimalis saja namun terlihat sempurna. Saat melihat dari jendela, mobil Ardhan masuk halaman. Alea bergegas memakai dress midi selututnya. Ini sempurna sekali. Batin Alea menatap pantulan dirinya di cermin sambil berputar-putar sendiri.“Misi menggoda suami harus dilaksanakan!” Alea menyemangati dirinya sendiri.Ardhan masuk kedalam rumah langsung melihat meja makan yang sudah penuh makanan. Dia berpikir ada acara apa sampai Alea masak begini bany
Baca selengkapnya
Tak Berperasaan
Sepanjang hari dia bersenandung bahagia sambil membereskan rumah. Mengepel lantai, menyiram bunga, juga mencuci baju-baju Ardhan. Dengan gemas, diciuminya baju-baju Ardhan dan menghirup aroma parfum tubuhnya. Membayangkan di dalam sana ada tubuh pria itu yang bisa dipeluknya.Terdengar panggilan telpon membangunkannya dari lamunan.“Ayah?” Alea terdengar bahagia karena Nadhim yang menelpon.“Oh, anak Ayah terdengar bahagia sekali?” Nadhim jadi merasa senang mendengar Alea tampak bahagia.“Ayah, aku justru bahagia karena Ayah menelpon.” Alea jadi malu karena menampakan kebahagiannya itu. Dia sendiri juga heran, kenapa dia sebahagia seperti ini? Apa karena ciuman itu?“Mama Hera-mu harus tahu hal ini, dia pasti bahagia sekali.”Percakapan mereka pun berakhir setelah saling menanyakan kabar dan keadaan. Baru juga hendak meletakan ponselnya, panggilan dari Devano tertahan. Alea pun mengangkatnya. Devano mengajak sekedar jalan keluar. Membuat Alea jadi bingung. Alea mulai sedikit merasa an
Baca selengkapnya
Menghibur Diri
Merebahkan dirinya di tempat tidur sembari menatap langit-langit di atasnya dengan tercenung cukup lama. Jadi merasa konyol sudah begitu bersemangat seharian ini, ujungnya dia sakit hati juga. Padahal Alea bukanlah orang yang tidak tahu bahwa Ardhan sudah memiliki seorang kekasih yang begitu dicintainya.Kenapa dengannya? Apa dia sudah jatuh cinta pada pria yang tidak berperasaan itu?Moodnya jadi begitu berantakan dan ingin sekali membuat berantakan benda-benda di sekitarnya. Namun Alea bisa menahan diri. Untuk apa juga menambahi kekonyolan, toh nanti dia juga yang repot beres-beres.“Kau tidak membuat sarapan?” Ardhan melihat Alea yang baru keluar kamar tapi sudah rapi itu.“Enggak, masih ada risol di kulkas. Kakak bisa masukin ke microwife sebentar” tukas Alea mengambil sepatu di rak sepatu dan sibuk menggenakannya.Sepagi ini yang ditanya sarapan, bukannya menyapa dan menanyakan kabarnya. Apa bagi pria itu Alea hanya tukang masak dan beres-beres rumahnya? Masak kalau dimakan juga
Baca selengkapnya
Cemas
Perempuan kalau sudah keasyikan mengobrol mereka sampai lupa waktu. Seperti Alea dan Valen. Sudah bicara panjang lebar masih saja tidak habis pembahasan. Alea hendak pamit, tapi ibu Valen tiba-tiba datang dan mengajaknya mengobrol sebentar sekalian makan malam.“Suami kamu nyariin tidak kalau sampai malam begini?” bisik Valen pada Alea yang seperti lupa waktu itu. Dugaan Valen mungkin di rumahnya Alea kesepian.“Enggak, biasanya dia pulang malam juga!” tukas Alea santai. Dia yakin Ardhan juga pulangnya malam. Dan pastinya dia tidak akan memperdulikannya.“Bukannya aku ngusir, tapi kamu itu sudah punya suami, pulangnya jangan malam-malam, nanti dia khawatir.”Alea hanya mencebik dan mengedikan pundaknya. Mana mungkin Ardhan memikirkannya. Pasti dia asyik ngobrol dengan kekasihnya itu.“Ya udah, aku pesan ojek online saja.” Alea kemudian mengambil ponselnya, baru tahu bahwa ponselnya mati. Mungkin lowbat karena tadi setelah dari taman bersama Devano, batrainya tinggal 7%.Saat itu Devan
Baca selengkapnya
Cooking Class Opening
Alea menyiapkan sarapan dan sudah membersihkan rumah. Dia juga sudah berpakaian rapi karena hari ini adalah kelas masak pertamanya. Dia ingin berangkat lebih pagi karena tidak ingin terlambat di kegiatan itu. Ardhan pasti sedang disamping melakukan rutinitasnya di pagi hari. Dia memperhatiaknnya dari dalam dan tidak heran jika pria itu memiliki tubuh yang bugar dan bagus.“Kak, sarapannya sudah aku siapkan di meja. Aku berangkat dulu!” ujar Alea menghampiri Ardhan.“Kemana?”“Hari ini ada opening cooking class, aku mau berangkat lebih awal.”“Astaga ini baru jam berapa? Bareng aku saja, tempatnya juga satu gedung dengan kantorku!” Alea sedang memikirkan tawaran Ardhan, namun hatinya yang sedih karena semalam membuatnya masih enggan dekat-dekat dengan pria ini.“Enggak usah, Kak. Aku berangkat dulu, Kakak belum siap-siap juga, kan?” Alea memilih alasan itu agar Ardhan tidak bertanya macam-macam lagi.“Naik apa?” Ardhan menghentikan aktifitasnya dan menghampiri Alea.“Aku pesan taksi.
Baca selengkapnya
Hera Datang
“Baiklah gays, apa kabar kalian?” Reynal menyapa peserta kelasnya sambil melambai dan menyisir pandang ke semua sudut ruangan.Reynal dibantu asistennya berkenalan dengan beberapa peserta secara acak, sekedar mengetahui motivasi dan tujuan untuk ikut memasak. Tidak hanya itu, peserta juga diminta untuk mengomentari cake yang ada di mejanya.“Namaku Raihana, 25 tahun, biasa dipanggil Hana. Motivasi dan tujuan saya ikut kelas masaknya chef nugros karena orang tua saya punya beberapa restoran, dan saya hanya ingin ikut andil dalam membesarkan bisnis tersebut dengan membuat masakan yang sensasional. Seperti cake ini, terlihat sangat elegan, tanpa harus mencobanya saya yakin semua orang akan sangat tertarik dengan kue ini”Suara gemuruh tepuk tangan membahana di ruangan. Alea pun ikut merasakan atmosfer yang mulai tercipta diantara para pelaku bisnis kuliner itu. Berandai seandainya dia punya restoran sendiri.“Hallo, kamu?” tiba-tiba Alea terkejut chef muda dan ganteng itu turun dari podi
Baca selengkapnya
Tidak Enak
Opening berakhir dengan sangat manis. Peserta mulai mendapat pra kelas yang diisi beberapa koki, termasuk Devano. Alea tak berkedip ternyata Devano bukan hanya seorang pelayan, tapi dia koki. Sepanjang Devano memberikan sedikit materi Alea terus memperhatikannya dengan bangga. Oh, beruntung sekali dia punya sahabat seperti Devano.“Ya ampun, kenapa tidak bilang kalau kau sebenarnya koki?” Alea menonjok bahu Devano saat mereka terlihat keluar barengan setelah kelas berakhir.“Kalau aku bilang, kau akan jatuh cinta padaku, aku tidak mau lho jadi pebinor!” canda Devano pada Alea. Alea hanya tertawa mendengarnya.“Kalau begitu aku traktir ya?” Alea menawarkan diri. “Anggap saja rasa terima kasihku karena sudah memasukan aku ke kelas itu.” lalu Alea sedikit berbisik, “Kau juga yang membuat Chef Reynal mendatangiku tadi kan?”“Benar, tapi ternyata Chef Reynal juga menyukaimu. Aku jadi menyesal melakukannya tadi!” Devano kembali mencandai Alea. Membuat Alea hanya memukul bahunya dengan gemas
Baca selengkapnya
Sekamar
Ardhan tampak tidak berdaya saat Hera mengintrogasinya macam-macam terkait keduanya yang ternyata pisah kamar.“Barang-barang Alea banyak, Ma! Karena itu aku merelakan lemariku untuknya. Dan barang-barangku ku taruh di kamar lain.” ujar Ardhan beralasan saat Hera marah-marah.“I-iya, Ma!” sahut Alea segera setelah kaki Ardhan menyenggol kakinya.“Kalian tidur terpisah?” Hera masih bertanya.“Tidaklah, Mama! Kami masih tidur satu ranjang, kok!” Ardhan merangkul Alea agar terkesan romantis. Yang dirangkul hanya senyum-senyum saja meski tampak terpaksa.“Beneran tidak pisah ranjang?” Hera masih mendesak.“Tidak!” jawab Ardhan dan Alea hampir bersamaan.“Baguslah!” Hera mulai tampak percaya.“Kalian tidurnya di kamar yang mana?” tanya Hera lagi.Namun pertanyaan itu justru mengacaukan lagi suasana. Karena Alea dan Ardhan menunjuk ke arah yang berbeda.“Di sana, Ma!” Alea menunjuk kamar depan yang ditempati Ardhan.“Di sana!” sementara Ardhan menunjuk kamar yang ditempati Alea.Hera membel
Baca selengkapnya
Setengah Sadar
Ardhan setengah sadar. Merasakan sesuatu yang lembut di dalam sentuhannya. Jari jemarinya terus meremas benda lembut dan kenyal. Hingga dia membuka matanya dan menyadari sesuatu. Tangannya telah menangkup di atas tubuh depan Alea dan tampak nyaman di sana.“Astaghfirullah!” tukasnya seketika menarik tangannya yang memeluk Alea itu.Dia berjingkat dan menggeser tubuhnya menjauhi Alea. Dilihatnya jam digital masih menunjukan pukul 03.00. Bahkan masih belum subuh. Ini adalah jam-jam krusial bagi seorang pria. Dia bangkit menyalakan lampu, setidaknya membuat otaknya terus terjaga menghindari hal yang belum ingin dilakukannya.Namun keputusan untuk menyalakan lampu itu sepertinya salah. Dia yang saat ini duduk di kepala ranjang melihat seseorang yang terlelap disampingya itu dengan lekat. Dia jarang memperhatikan Alea dengan baik. Saat ini dia benar-benar menyadari sesuatu, bahwa dia telah menikahi seorang bidadari.Wajah Alea begitu damai dalam mi
Baca selengkapnya
Jutek
Kelas memasak selesai. Alea merapikan mejanya. Beberapa temannya berpamitan, dan Alea hanya tersenyum melambaikan tangannya. Dia ingin membawakan kue itu untuk diincip Ardhan di lantai atas. Karena itu Alea segera mengambil tasnya dan membawakan kue buatannya itu ke kantor Ardhan.“Ada apa?” tanya Ardhan melihat Alea masuk ruang kerjanya sambil senyum-senyum.“Aku bawain kue buat, Kakak!” Alea menghampiri meja Ardhan dan meletakan kue di depannya.“Jangan sok manis deh, bawain makanan segala!”Ucapan Ardhan yang dingin itu membuat hati Alea yang senang mendadak jadi sedih. Dibawain makanan bukannya berterima kasih, malah cuek begitu.“Ya udah deh kalau enggak mau, ngapain juga tadi aku repot-repot bawain ke sini. Nyesel aku lihat muka jutek Kakak!” Alea menggerutu dan mengambil lagi kue yang di bawanya.Pintu terbuka dan masuklah Leon. Melihat ada Alea di sana dia tersenyum lebar dan menghampir
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
23
DMCA.com Protection Status