Semua Bab Om, I Love You!!: Bab 131 - Bab 140
152 Bab
Season II : Fated 2
Stevany memandang tubuh Aji yang terlelap di ranjangnya dengan perasaan campur aduk. Wajah yang selama tiga tahun ini selalu ia impikan kini benar-benar ada di depan matanya, bahkan tidur di ranjangnya!!Sudah 5 jam berlalu dan Aji masih lelap tertidur. Beberapa kali Stevany mengecek suhu tubuhnya namun tak ada kenaikan suhu yang drastis, suhu tubuh mantan bosnya itu masih normal. Apa Aji salah minum obat? Lantas bagaimana bila istrinya mencarinya? Seharian ini bahkan Aji benar-benar tidur pulas di kamarnya. Harusnya Stevany cek out siang ini tapi bagaimana bisa ia pergi bila Aji bahkan tak bergeming saking pulasnya. Beruntung sarapan tadi pagi bisa diantar ke kamar, jadi Stevany tak perlu keluar dan meminimalisir pertemuan dengan istri bosnya itu. Karena mulai jenuh, pada akhirnya Stevany memberanikan diri untuk keluar dari kamar dengan memakai kacamata dan masker agar tak mudah dikenali orang. Tok tok tok.Stevany tersentak, ia menatap pintu kamarnya gugup, siapa lagi yang datang
Baca selengkapnya
Season II : Slowly
Daren??Stevany terbelalak kaget, ia tak menyangka tiba-tiba mendapat kejutan seperti ini. Stevany melirik Aji yang mengawasi Daren dengan tatapan tajam. Mereka berdua saling mengawasi satu sama lain. "Apa aku mengganggu obrolan kalian??" tanya Daren bingung karena suasana mendadak menjadi tegang saat ia muncul. Stevany menggeleng cepat, Daren datang di saat yang tepat. "Masuklah Daren, aku sudah menunggumu sedari tadi!" sahut Stevany kikuk. Aji melirik Stevany sembari menghembuskan nafasnya jengah. Siapa Daren ini? Kekasih Stevany kah?? Apa yang tidak Aji ketahui? Daren tersenyum senang dan melangkah masuk ke dalam kamar Stevany. Ia mendekat ke tempat Aji berdiri dan mengulurkan tangannya percaya diri. "Hai, saya Daren." Aji menyalami uluran tangan itu, "Aji." ucapnya dingin.Stevany melirik Aji yang tak kunjung pergi, kemudian ia mendekat ke tempat Daren berdiri lantas menggamit lengannya sok mesra. Aji mengawasi tingkah Stevany dengan risih. "Baiklah, terima kasih atas wak
Baca selengkapnya
Season II : Jealous
Di kamarnya sendiri, Aji melempar bantalnya kesal ke segala arah. Ia benci di acuhkan, perasaan terbuang seperti ini mengingatkannya kembali pada momen-momen pahitnya bersama Brisya dan Aji tidak siap merasakan trauma itu lagi. Ia menatap pintu kamarnya nanar, dulu Stevany adalah satu-satunya perempuan selain Brisya yang dekat dengannya, bahkan pernah tidur dengannya tapi perubahan sikap Stevany yang drastis seperti ini masih sangat berat bagi Aji. Mata penuh binar saat menatap Aji itu sudah berganti tatapan benci."Aji, kamu baik baik saja??" panggil Freya di luar kamar, tadi ia melihat Aji berjalan cepat di koridor dan tak mengindahkan panggilannya. Aji mendengus kesal, emosinya masih tak terkontrol. Ia memutuskan untuk tak menyahuti panggilan Freya dan beringsut masuk ke kamar mandi untuk mengguyur badannya dengan air dingin. Menjelang malam, Freya kembali mengetuk pintu kamar Aji. Ia khawatir sepupunya itu berbuat hal-hal nekat, sedari pagi hingga sore ia bahkan menghilang. "A
Baca selengkapnya
Season II : Fated 3
Pagi sekali Aji sudah mengendarai mobil calteran menuju tempat penginapan Oma Donita. Semalam ia tak bisa tidur lagi jadi pagi ini daripada memikirkan hal yang tidak penting lantas Aji memutuskan untuk menemui Oma Donita saja. Freya tak jadi ikut karena saat Aji berangkat tadi ia masih tidur pulas. Bahkan Aji sudah berangkat sebelum matahari terbit. Setiba di resort tempat para komunitas Lansia berlibur, Aji bergegas turun dari mobil dan mencari Omanya. Perutnya mulai keroncongan dan beruntung Aji tiba saat Oma dan teman-temannya sedang sarapan. "Kemarilah, sarapan di sini bersama kami!" panggil Oma saat melihat Aji datang dan masuk ke dalam restoran. Aji mendekat dan ikut duduk di antara nenek-nenek yang sedang menikmati sarapan mereka. "Ini cucuku teman-teman, namanya Aji!" ucap Oma Donita bangga seraya menepuk bahu Aji lembut. Aji tersenyum pada teman-teman Omanya dan menunduk keki. "Tampan sekali cucumu, Donita, apa dia masih single?" tanya seorang Nenek seusia omanya. "Ten
Baca selengkapnya
Season II : I'm with You
Aji tersenyum puas penuh kemenangan saat Stevany duduk manis di mobilnya dengan tenang. Meski wajahnya penuh aura negatif namun tak membuat Aji patah semangat."Btw, di mana kekasihmu?" tanya Aji memecah keheningan. Stevany melirik Aji keki, ia tak menyahut. "Kenapa kamu malah pulang sendiri?" desis Aji menahan senyum. Stevany masih tak bergeming, ia membuang muka menatap pemandangan laut di luar."Jadi selama ini kamu bersembunyi di Melbourne rupanya," desis Aji lagi sambil sesekali melirik Stev yang masih manyun. "Sejauh apapun kamu pergi dan sembunyi, kita pasti bertemu bila itu sudah takdir, Stev.""Aku tidak sembunyi, tapi Pak Aji yang memaksaku pergi!" tukas Stevany ketus. Aji menghembuskan nafasnya berat, ia memang bersalah. "Lagipula tidak ada gunanya kita membahas masalah ini, terlebih tidak ada yang spesial di antara kita kecuali kesalahan di malam itu, tolong jangan ganggu—""Aku sudah bercerai dengan Brisya, Stev!" potong Aji terpancing emosi. Stevany terhenyak, ia
Baca selengkapnya
Season II : Shadow
Usai mengantar Stevany ke Airport, Aji bergegas kembali ke resort dan membereskan semua pakaiannya. Ia pun berpamitan pada Tante Wilma dan Freya dengan beralasan akan menyusul temannnya di Melbourne. Karena tak tau di mana tempat tinggal Stevany dan tetek bengeknya, Aji terpaksa kembali ke resort tempat Omanya menginap dan menginterogasi Nenek Chloe. Itupun setelah Aji menunggu seharian karena jadwal komunitas Nenek dan Omanya sangat padat. Pada akhirnya Aji mendapatkan tiket ke Melbourne keesokannya di sore hari, atas saran Nenek Chloe Aji harus sampai di Melbourne malam agar ia tak terlalu lama menunggu Stevany pulang kerja. Dan benar apa yang Nenek Chloe sampaikan, Aji menunggu Stevany pulang sampai hampir terlelap di stasiun. Dan bodohnya, Aji bahkan lupa meminta nomor ponsel Stevany pada nenek Chloe.Saat melihat Stevany berada di dalam kereta lantas keluar sambil melambaikan tangan pada seorang pria yang duduk bersamanya tadi, Aji mendengus dan membuang muka. Pria itu bukan D
Baca selengkapnya
Season II : Slowly But Sure
Keesokan pagi, Stevany sudah menemukan Aji duduk di meja makan dan berpakaian rapi ketika ia keluar dari kamar. "Selamat pagi, Stev!" sapa Aji begitu melihat Stevany sudah bersiap untuk berangkat kerja. Stevany tersenyum kikuk dan mendekat ke dapur. Ia masih sedikit canggung berada di rumah berdua dengan lelaki. "Selamat pagi," sahut Stevany lirih seraya membuka kulkas, mengeluarkan telur dan daging asap serta celery. "Tidurmu nyenyak semalam?" tanya Aji basa basi sambil melirik Stevany yang nampak sibuk di depan kompor. "Tidak pernah senyenyak tadi malam!" jawab Stevany asal."Oh ya? Apa karena ada aku?" Stevany menolehi Aji cepat, sepertinya ia salah bicara tadi. Aji tersenyum dan menyesap kopi di cangkirnya. Rupanya Aji sudah terbangun sedari tadi. "Pak Aji mau sarapan tidak? Biar aku bikinkan sekalian." "Boleh," sahut Aji seraya berdiri dan berjalan ke jendela yang menghadap ke halaman belakang. Tak berapa lama Stevany sudah selesai memasak dan membawa sandwich buatannya
Baca selengkapnya
Season II : Trying to Get You
Selama berhubungan dengan Brisya dulu, Aji adalah sosok overprotektif dan posesif. Pun demikian sifat itu tak pernah berubah hingga kini ia mulai membuka hati pada Stevany. Entahlah mengapa harus Stevany, Aji sendiri tak paham pada perasaannya. Berkali-kali ia mencoba melupakan sosok gadis itu namun sia-sia. Setiap ingin melupakan Brisya atau Stevany dan tidur dengan berbagai wanita, ujung-ujungnya Aji hanya merasakan hampa di hatinya. Hari sudah sore saat Aji keluar dari pusat perbelanjaan dan menenteng beberapa shopingbag berisi T-shirt santai dan sesuatu untuk Stevany. Ia kehabisan pakaian karena hanya membawa sedikit baju, rencananya di Darwin ia hanya akan menghabiskan waktu selama 4 hari namun ternyata jadwalnya kacau sejak bertemu Stevany. Aji melirik jam tangannya, jam 5 sore. Masih satu jam lagi Stevany pulang jadi sepertinya ia akan menunggu gadis itu di halte di depan Pabrik saja. Perut Aji mulai keroncongan, tadi jam 10 ia makan di restoran fastfood yang menyediakan men
Baca selengkapnya
Season II : Make You Jealous
Saat jam pulang telah tiba, Stevany buru-buru membereskan mejanya dan bersiap untuk pergi. Pauline yang sedari tadi menyadari kegelisahan Stevany seharian ini mulai dibuat penasaran. Tumbenan manajernya ini pulang di jam normal. Selama yang ia tahu, Stevany selalu pulang di jam malam, tak pernah sekalipun pulang di jam normal."Sudah mau pulang, Stev?" Stevany tersentak dan menoleh cepat ke arah pintu. Pauline, asistennya, sudah berdiri di sana dengan tatapan menyelidik. Stevany mengangguk dengan kikuk. "Iya, Paw. Hari ini aku ada janji dengan seseorang!" Pauline yang lebih tua sepuluh tahun di atas Stevany perlahan masuk ke dalam ruangan manajernya itu. "Tumben?" ucapnya kemudian.Stevany membuang muka, ia berusaha menyembunyikan wajahnya yang pasti memerah bila sedang gugup. "Apa kamu sedang janjian untuk berkencan?""Tidak!" tukas Stev cepat.Pauline tersenyum lirih, ia mengintip wajah Stevany yang ia sembunyikan di balik rambut blondenya yang tergerai ikal. "Stev, tidak apa-
Baca selengkapnya
Season II : Who is He?
Lama tangan Jared terulur berharap Stevany akan menyambutnya. Tanpa bersuara, Aji mengawasi tangan itu dengan nanar, sesekali ia melirik Stev yang nampak gugup dan kebingungan harus merespon bagaimana. "Stev?" panggil Jared seraya menyentakkan tangannya sekali lagi di depan gadis itu. "Maaf, Jared. Duluan saja! Aku baru ingat ada barangku yang tertinggal di kantor!" Stevany bersiap untuk berbalik namun dengan gesit Aji menahan lengannya. Dalam hening, Stevany bisa melihat sorot mata Aji yang seolah menggambarkan perasaannya yang sedang terluka. "Jared, maaf bila pernyataanku ini akan membuatmu kecewa. Stevany adalah calon istriku. Aku minta tolong setelah ini berhentilah mengganggunya," ucap Aji seraya tetap mencekal lengan Stevany dengan erat. Terdengar suara tawa Jared, Stev tak bisa melihat ekspresi mereka karena ia tengah memunggunginya. Namun dalam hati ia mulai komat-kamit membaca doa agar tak terjadi sesuatu yang membahayakan keduanya. Tidak, jangan sampai terjadi! "Are y
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status