Semua Bab Jadul Tapi Mantul : Bab 151 - Bab 160
225 Bab
Balada Butet 2
Ingin rasanya hari Minggu ini cepat berlalu saja, bosan sendiri di kos-kosan. Aku baru sadar, tiap Sabtu Minggu aku pulang ke desa, Sersan Hasan masih selalu datang, tentu saja Wulan yang terima. Apakah Wulan menikungku? Rasanya tidak, aku gak pacaran sama Sersan Hasan, apanya yang mau ditikung?Ataukah sudah saatnya aku harus membuka diri, akan tetapi pacaran tetap tidak akan kulakukan. Itu sudah komitmen yang kutanamkan dalam diri sejak beberapa tahun lalu. Sampai umur menjelang dua puluh tahun aku masih bisa tetap konsisten, biarpun jauh dari keluarga, biarpun semuanya teman pada pacaran.Aneh memang, ada temanku cerita, dia sudah pacaran sejak masih SD kelas enam, sampai umur dua puluh tahun, pacarnya sudah dua belas, saat kubilang aku tidak pacaran, dia sama sekali tidak percaya, katanya anak pesantren saja pacaran, Masa aku tidak.Kulihat jam masih pukul sebelas, masih lama lagi biar hari Senin, ingin cepat saja hari berganti. HP -ku berdering lagi, aku malas untuk melihat, past
Baca selengkapnya
Terbenam di Lumpur
Acara itu berjalan lancar, sampai jam enam baru selesai, dilanjutkan dengan salat Magrib berjamaah, baru makan malam bersama. Masing-masing makanannya hanya nasi kotak. Sebelum aku pulang, Pak Johan memberikan amplop padaku. Ketika kubuka isinya lima lembar uang merah. Ini pekerjaan yang mudah dan mengasikkan. Saat aku tiba di kos, Wulan ternyata sudah pulang, Sersan Hasan juga ada di situ.. "Dari mana, Tet" tanya Wulan."Kerja," jawabku singkat."Kerja apaan? eh, ini ada sate, makan yuk," kata Wulan lagi."Udah makan aku, Wulan, kenyang kali, aku istirahat dulu ya," kataku kemudian, seraya masuk kamar, aku memang lelah sekali. Begitu aku rebahkan diri sudah terlelap.Pagi harinya aku cepat bangun seperti biasa, akan tetapi aku terkejut saat keluar kamar, Sersan Hasan masih di situ, dia duduk di ruang tengah sambil main HP."Wulan!" aku berteriak.Wulan lalu keluar dari kamarnya."Dia menginapnya di sini?" tanyaku lagi."Iya, Tet, tapi kami gak ngapa-ngapain kok?""Astaghfirulla
Baca selengkapnya
Janjian Tanpa Pacaran
Sersan Hasan tak kalah ketus, lagi-lagi dia bicara tentang cemburu. Ini yang paling tidak kusuka."Kau berubah, Tet, cemburu terus," kata Sersan Hasan."Heh, sekali lagi kubilang ya, aku tidak cemburu!" "Ya, udah," katanya seraya pergi.Saat di kampus pun lagi-lagi Wulan seperti menghindar dariku, ah, cinta memang bisa membuat orang bertingkah aneh, biarlah, biar saja itu urusan mereka.Pagi itu aku dapat telepon dari mamak, katanya mereka sudah dalam perjalanan pulang, Bang Ucok dan Kak Tania juga ikut. Saat ini mereka sudah mau sampai ke kotaku. Kata mamak mau gelar acara resepsi di desa kami.Aku pun tak pergi kuliah lagi hari itu, menunggu keluargaku tiba di kota ini. "Tet, kok gak masuk kuliah kau hari ini?" Wulan meneleponku, aku malas untuk menjelaskan, karena masih benci perbuatan mereka. "Malas," jawabku singkat saja."Tet, kamu baik-baik sajalah kan?""Iya,""Tet, sekali lagi aku minta maaf, Hasan pilih aku, bukan salahku, kamu jangan sampai gak masuk kuliah karena itu, T
Baca selengkapnya
Perang Terbuka
Kukira mamak bercanda, ternyata mamak benar-benar marah. Bukan karena Ayah memotong pembicaraan, mamak sudah paham jika bicara' tentang orang yang mau lamar aku, ayah suka tegas, seperti istilah ayah punya hak veto. Bukan demokrasi, tapi otoriter, dalam hal ini hanya pendapat ayah yang berlaku. Kata mamak bukan karena itu, tapi karena justru karena ayah luluh setelah Kak Tania bicara. Entahlah aku tidak mengerti."Dari pada ayah gitu terus, sudah Syukur ada yang mau mengingatkan, Mak," aku coba memberikan pengertian ke mamak."Bukan masalah itu, Tet, masalahnya mamak merasa tak dihargai, lebih didengar omongan menantu dari pada istri sendiri," kata Mamak."Waduh, aku kok gak paham, Mak,'"Kalau sudah punya mantu kau nanti baru paham," kata mamak."Duh, lama, nikahnya saja baru rencana tiga tahun lagi, aduh, gini amat untuk paham," kataku kemudian.Sebenarnya aku paham perasaan mamak, akan tetapi aku hanya pura-pura, entah kenapa aku melihatnya sebagai sesuatu yang lucu. Ayah yang b
Baca selengkapnya
Sayang Mantu Dijaga-jaga
Saat menyalami tamu yang terus berdatangan, kulihat Kak Tania sudah sangat kelelahan. Dia hamil muda, berdiri lama pasti membuat dia lelah. Aku segera mendekati Kak Tania.“Kakak tidak apa-apa?” tanyaku.“Capek kali, Butet,” suara Kak Tania sudah kedengaran lemah.“Istirahat, Kak kalau capek,” “Gimana mau istirahat, tamu gak habis-habis,” Kata Kak Tania.Aku jadi khawatir sekali dengan keadaan kakak iparku ini, kondisinya yang lagi hamil muda mungkin membuat dia cepat lelah, tetapi untuk istirahat tidak memungkinkan. Kulihat Bang Ucok yang berdiri di ujung nasib terus semangat menyalamiku tamu.Kulihat Salsabila juga mau naik untuk salaman dengan kedua mempelai. Akan tetapi tiba-tiba Kak Tania bersandar padaku, sesaat kemudian dia tumbang. untung juga aku cepat memegangi. Kak Tania pingsan. Bersama mamak dan Ibunya Tania kami mengangkat Kak Tania masuk ke rumah. Bang Ucok menyusul, beberapa saat kemudian Kak Tania sudah sadar kembali.“Udah, aku gak apa-apa,” katanya seraya berdiri.
Baca selengkapnya
Rindu Lele
Ini Bang Parlin keterlaluan, berlebihan urus menantu, sampai tidak mau kerja karena menantunya. Takut menantunya kenapa-kenapa, dia bahkan biarkan aku pergi ke kebun sendiri. Kini menantunya sedih dia langsung ajak ke tempat Firman. Jok khusus buat menantu, lucu juga, padahal aku sudah tiga kali hamil, belum pernah dibuat jok khusus seperti ini. Kursi di belakang itu pakai sabuk pengaman yang dilapis busa. Kiri kanannya ada bantal, benar-benar istimewa menantu ini.Kami sampai di tempat Firman, Rindu-istri Firman menyambut kami dengan ramah. Langsung disuguhi teh manis hangat. Sedangkan Tania minta air putih saja. Kebiasaan Tania adalah langsung akrab dengan saudara yang baru. Begitu juga dengan Rindu mereka seperti saudara yang lama tidak bertemu saja, padahal kenalnya pun baru di acara resepsi kami."Mana si Firman?" tanya Bang Parlin."Pergi ke kota, Bang, bentar lagi sampai," jawab Rindu.Tempat rekreasi Rindu Alam ini makin maju saja, karyawan mereka makin banyak. Kini sudah a
Baca selengkapnya
Ikan Setan
Aku dan Rindu mengangkat Tania ke mobil, Bang Parlin terlihat makin panik, akan tetapi dalam keadaan begini pun Bang Parlin tak mau menyentuh Tania, dia biarkan kami mengangkat dengan pelan-pelan. Lalu Tania kami dudukkan di Jok khusus tersebut. Bang Parlin langsung tancap gas.Aku coba menghubungi bidan langganan, bidan tersebut mempersilahkan datang ke tempat prakteknya. Sementara Tania terus merintih menahan sakit, celananya sudah berdarah-darah. Ketika tiba di prakte bidan, Bang Parlin berlari mengambil ranjang, Tania diturunkan dari mobil, jok khusus itu sudah berubah warna jadi merah. Aku dan Rindu mengikuti sampai ke ruangan. Bu Bidan pun memeriksa, beberapa saat kemudian."Inilah yang namanya keguguran," kata bidan itu.Tania menangis meraung-raung. Bang Parlin yang tampaknya paling sedih, dia sampai memukul tembok. "Gak bisa diselamatkan lagi kah, Bu Bidan?" tanyaku."Tidak bisa, sudah jatuh, saya rekomendasikan bawa ke rumah sakit' untuk dikuret," kata Bidan itu lagi."An
Baca selengkapnya
Ikan Setan Makan Bayi?
Kami tertawa mendengar perkataan Cantik, anakku ini sekarang memang suka mendengarkan pembicaraan orang, baru setelah itu dia ikut-ikutan."Tapi, Bang, apa mungkin ikan mas sebesar itu, sampai sepuluh kilo?" tanyaku kemudian."Belum pernah nemu Abang, tapi pernah dengar ikan Mas empat belas kilo di danau toba," kata Bang Parlin."Entah benarnya ikan setan?""Mana ada ikan setan, Dek, seandainya pun benar, mau Abang makan biji mata ikan setan itu," kata Bang Parlin."Kok biji matanya, Bang?""Iya, geram kali aku, Dek,"Saat kami tiba di desa, warga desa sudah banyak berkumpul di depan rumah, begitu Tania turun, langsung kepalanya ditaburi beras, ini kebiasaan ibu-ibu desa jika ada yang baru selamat dari mara bahaya. Rambutnya ditaburi sedikitpun beras sambil berkata " Mulak tondi tu Badan" artinya kembali Tondi ke badan. Sedangkan kata Tondi sulit untuk diartikan ke bahasa Indonesia. Yang paling mendekati adalah semangat jiwa.Baru saja kami masuk rumah, sudah datang Firman dan Rind
Baca selengkapnya
Perang Pilkades
Akhirnya disepakati Bang Parlin akan maju sebagai calon kepala desa. Berkas-berkas pendaftaran pun mulai disiapkan. Bang Parlin punya ijazah paket C bisa sebagai persyaratan untuk maju sebagai calon kepala desa. Sebenarnya aku yakin Bang Parlin bisa menjalankan tugas sebagai kepala desa. Karena selama ini pun dia sudah banyak membantuku dalam tugas-tugas kepala desa.Aku mulai melihat satu persatu lawan Bang Parlin, ternyata semuanya adalah anak-anak muda yang berusia tiga puluh tahun ke bawah. Apakah Bang Parlin bisa mengalahkan anak muda yang penuh semangat?Keesokan harinya kami kedatangan tamu, seorang pemuda yang baru lulus kuliah, Abadi nama pemuda tersebut. Dia salah satu calon kepala desa."Ada apa ya, Abadi?" Tanyaku setelah mempersilahkan duduk."Benarkah Bang Parlin ikut calon kepala desa, Bu? Tanya pemuda tersebut."Iya memang benar, kenapa rupanya?" tanyaku kemudian."Bu, jujur saja saya bilang ya, kalian rakus, belum cukupkah dua periode?" "Maaf ya, bang Parlin ma
Baca selengkapnya
Debat
Tahapan kampanye pemilihan kepala desa makin lama makin menegangkan, karena Abadi masih melakukan kampanye hitam. Segala macam cara dilakukan untuk mempengaruhi warga. Caranya masih secara kuno yaitu mencari kejelekan melawan. Setelah gagal minta negosiasi, setelah gagal memancing emosi Bang Parllin. Ini dia buat cara baru yaitu menyerang Bang Parlin dari sekolahnya. "Apakah kita mau dipimpin oleh seseorang yang hanya tamat SD? Ijazahnya hanya paket C, jujur saya tidak rela jika saya yang seorang sarjana dipimpin oleh orang yang hanya tamat SD. Seorang pemimpin itu harus berpendidikan, " begitu narasi baru Abadi. Seperti biasa ditempelkan di tiang listrik dan pohon-pohon, bahkan dinding rumah warga pun ditempeli dengan poster tersebut. Akan tetapi sepertinya tidak ada yang bisa dia pengaruhi yang mendukungnya hanya teman-teman ke permainannya dan delapan orang calon kades yang gagal maju. Jurus terakhir dari Abadi akhirnya dia menantang Bang Parlin untuk debat terbuka. disaksikan ol
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
23
DMCA.com Protection Status