Semua Bab Jadi Miskin Di Hadapan Mertua: Bab 151 - Bab 160
403 Bab
PERSEKONGKOLAN DUA MENANTU!
PERSEKONGKOLAN DUA MENANTU!"Ibu sebenarnya tahu kan hal ini! Kenapa Ibu memilih diam bahkan tanpa Ibu sadari, Ibu rela mengorbankan mental anak perempuan Ibu sendiri Ifah! Sampai mental Ifah sekarang hancur seperti ini! Sampai kapan Ibu mau menyembunyikannya," tantang Mas Andri memancing amarah ibu mertuanya."Lancang mulutmu berkata seperti itu pada mertua! Tak akan damai hidupmu nanti," hardik Bu Nafis sambil terus berjalan tak memperdulikan ucapan Mas Andri.Mbak Alif segera berlari mengejar Bu Nafis. Dia takut Bu Nafis akan marah atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mengingat Bu Nafis itu tingkahnya tidak bisa diduga dan dapat melakukan tindakan di luar nalar mereka."Bu, Ibu! Tunggu, Bu!" tunggu teriak Mbak Alif mengejar Bu Nafis. Sedangkan Hasan sudah mengepalkan tangannya tanda marah. Dia sangat tersinggung dan terluka harga dirinya mendengar ucapan dari kakak iparnya yang mengatakan ibunya ada bermain api dengan lelaki lain di belakang. Rasanya bagi Hasan ucapan Mas A
Baca selengkapnya
BISIKAN?
BISIKAN?"Apa yang sedang kalian lakukan di sini?" tanya Mbak Alif.Dinda dan masa Andri menoleh ke arah panggilan suara itu. Mbak Alif terlihat berdiri di depan pintu dapur. Nampak wajahnya memerah, menahan marah. Wajar saja dia marah karena suaminya berkata seperti itu pada ibu kandungnya. "Mas, Dinda ke kamar dulu ya. Semua akan Dinda kirim pada Mas Andri hasil CCTV nya nanti. Dinda percaya dengan Mas Andri, tolong jangan sampai semua ini bocor karena suami Dinda pun tak mengetahui hal ini," pamit Dinda sambil berpesan kepada Mas Andri. Karena dia tahu setelah ini akan ada geger paregreg antara Mbak Alif dan Mas Andri. Dinda hanya menganggukkan kepalanya menyapa Mbak Alif. Kemudian Dinda meninggalkan Mas Andri dan Mbak Alif di samping rumah. Dia melipir ke depan dan masuk ke dalam kamarnya, tapi dia tak melihat suaminya. Entah ke mana suaminya itu, matanya melihat pintu kamar ibu mertuanya terbuka. Dinda berjalan ke sana untuk mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi."Bu, Ibu,"
Baca selengkapnya
PSIKOLOG ATAU PSIKIATER?
PSIKOLOG ATAU PSIKIATER?"Di teror bagaimana, Dek?" kata Dinda antusias. Ifa sudah masuk dalam pancingannya. Dia mulai bercerita tentang apa yang dia rasakan."Rasanya itu seperti ada yang berbisik, pasti aku akan disalahkan oleh Mas Hasan! Pasti Ifah nanti akan dikasari lagi oleh Mas Hasan, sehingga membuat Ifah menjadi ketakutan sendiri setiap melihat Mas Hasan datang," jawab Ifah."Dek, kau sudah tahu kita akan ke mana?" tanya Dinda."Tidak Mbak," sahut Ifah memandang wajah Dinda. Wanita yang dulu di anggapnya sebagai perebut kasih sayang kakaknya Hasan, justru sekarang dialah wanita yang paling mengerti apa maunya. Sebersit perasaan bersalah menyelimuti hati Ifah."Katanya Mas Hasan, Mbak Dinda ingin mengajak Ifah jalan-jalan saja," sambungnya."Iya kita akan jalan-jalan untuk bertemu dengan seorang temanku," jelas Dinda."Untuk apa, Mbak?" tanya Ifah bingung. Kakaknya tadi hanya bilang akan jalan- jalan, ternyata mereka akan menemui seseorang.
Baca selengkapnya
KESEHATAN MENTAL!
KESEHATAN MENTAL!Ifah Hanya terdiam dan mengikuti kemana langkah kaki Dinda. Dinda mencet bel yang tersedia di depan pintu. Tak lama kemudian, keluar seorang ibu setengah baya berjilbab yang sangat anggun, cantik, dan lemah lembut. Ibu itu memperkenalkan dirinya sebagai Ibu Nur."Masya Allah, Dinda! Aduh lama tak bertemu, bagaimana sehat?" sapa bu Nur."Sehat, Bu! Ibu bagaimana? Tambah cantik saja lo," puji Dinda."Ah bisa saja, oh iya ini adik ipar yang kau ceritakan itu ya? Siapa namanya, Mbak Ifah ya kalau tak salah?" tanya ibu itu ramah."Iya Bu Nur, kenalkan ini adik saya ipar, namanya Ifah," ujar Dinda sambil merangkul Ifah. Ifah hanya membalas anggukan."Cantik sekali," puji bu Nur pada Ifah sambil mengelus lengan Ifah."Ayok mari masuk! Mari masuk," ajak Ibu Nur. Mereka berdua pun masuk ke dalam ruangan yang mirip seperti ruang tamu itu.Bagi Ifah itu bukan seperti ruang konsultasi yang ada di pikirannya selama ini. Ruangan itu sangat nyaman
Baca selengkapnya
Cinta ABG LABIL!
CINTA ABG LABIL!"Ceritakanlah pada Bu Nur, Dek! Insya Allah hatimu akan terasa lega, jangan kau pendam sendiri," pinta bu Nur dengan suara lemah lembut yang menenangkan. Dinda mengelus tangan Ifah memberikan dukungan agar Ifah mulai percaya kepada Bu Nur dan mau bercerita. Tanpak Ifah menghela nafasnya dalam- dalam. Mungkin benar ini adalah saatnya untuk bercerita membagikan semua beban yang ada di hatinya agar tak menekannya terlalu dalam. Selama ini dia memendam semua ini sendiri tanpa bisa bercerita kepada orang lain."Sebenarnya selama ini saya cukup tertekan dengan kehidupan yang saya alami, Bu." ucap Ifah sambil menahan suara bergetarnya. Dia nampak sekuat tenaga mencegah tangisnya agar tak pecah sekarang."Beban apa, Nduk? Beban itu di mulai dari mana? Boleh Ibu Nur tahu agar bebanmu sedikit berkurang? Jika kau nyaman ceritalah, jika kau butuh pelukan berkatalah, jika kau butuh saran bicaralah. Apapun yang kau mau akan Bu Nur lakukan selagi bisa dan mam
Baca selengkapnya
Hipnotis!
HIPNOTIS!"Ya Itu yang Ibu katakan, Mbak! Jadi Ifah takut untuk becerita semua pada Mbak Dinda! Nanti kalau Mbak Dinda bercerai dengan Mas Hasan bagaimana? Bisa- bisa Aib Ifah di umbar dong, lalu untuk cerita ke kakak kandung Ifah sendiri tak mungkin mereka semua sibuk," jawab Ifah polos."Apakah ibu berkata seperti itu, Dek? Kau yakin?" tanya Dinda.Ifah hanya menganggukkan kealanya. Dinda menghela nafasnya panjang. Apa maksud mertuanya itu sebenarnya. Padahal selama ini dia sudah selalu berusaha menjadi menantu terbaik versinya. Dia selalu peduli dengan keluarga suami, mau berkorban, menyayangi Ifah. Rasanya itu semua belum cukup bernilai di mata bu Nafis."Dek, dengarkan Mbak Dinda baik- baik ya! Tak ada yang namanya mantan kakak ipar! Mbak Dinda berjanji padamu, sampai kapanpun Mbak Dinda akan selalu menjadi satu- satunya Kakak Iparmu dari Mas Hasan! Kau bisa bercerita apapun pada Mbak Dinda tanpa takut lagi, mengerti?" tanya Dinda meyakinkan Ifah."Iya Mbak,
Baca selengkapnya
SELALU ADA HIKMAH DI BALIK MUSIBAH!
SELALU ADA HIKMAH DI BALIK MUSIBAH!"Apakah ini penyebab Ifah menyalahkan Dinda, Bu?" tanya Dinda."Benar sedikit banyak tentu itu mempengaruhi, Mbak! Fase pertama dia sudah di nyatakan gagal, kemudia dia masuk fase ke dua ini. Jadi dia berada di fase menyangkal, seseorang yang sedang berduka akan merasa marah dan tidak terima bahwa ia sedang mengalami peristiwa buruk. Hal ini juga bisa membuatnya menjadi frustasi, lebih sensitif, tidak sabaran, dan mengalami perubahan mood," jawab Bu Nur."Pada fase ini, Ifah mungkin juga akan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti "Mengapa harus Abah yang meninggal?" atau “Apa salah Ifah, sehingga setelah kehilangan Abah aku harus kehilangan Mas Hasan, mengapa ini harus terjadi pada hidup saya?”. Amarah ini bisa di tujukan kepada siapa saja, baik pada diri sendiri, orang lain, benda di sekitar, atau bahkan kepada Tuhan! Kebetulan di Fase ini Ifah menunjuk Mbak Dinda sebagai penyebab utama akar permasalahan dalam hidupnya," samb
Baca selengkapnya
Maaf hati nuraniku masih berfungsi!
Maaf hati nuraniku masih berfungsi!"Nah sekarang Mbak Dinda ingin membuat Ifah ini bagaimana?" tanya bu Nur.Sebenarnya ini kesempatan terbaik bagi Dinda untuk membalas dendam ke keluarga Hasan. Dia bisa saja menyuruh Bu Nur untuk membentuk karakter Ifah sesuai dengan yang dia mau. Karena saat ini peluangnya lebih besar tetapi hati nurani Dinda masih berfungsi dengan sangat baik.Dia tak ingin menjadikan Ifah anak seperti itu. Dia tak ingin Ifah menjadi boneka nya yang bisa ikut terlibat lebih lanjut dan jauh terhadap masalahnya. Dinda berfikir tak seharusnya anak seperti Ifah ikut menjadi korban dalam persaingan menantu mertua yang terjadi di rumah itu."Walaupun ini kesempatan yang baik, tapi aku tak bisa memanfaatkannya! Aku tak boleh seperti manusia-manusia busuk di rumah itu! Aku harus tetap menjadi Dinda yang baik hati dan tak mengambil peluang pada suatu kejadian yang tak di inginkan Ifah," batin Dinda."Mbak Dinda," panggil Bu Nur yag sejak tadi melihat
Baca selengkapnya
BU NAFIS! OH BU NAFIS LAGI!
BU NAFIS! OH BU NAFIS LAGI!"Mbak Dinda itu adalah orang yang merebut Mas Hasan dari Ifah,"Dinda cukup terkejut dan kaget mendengar ucapan Ifah. Apakah metode kali ini gagal? Padahal sugesti yang diberikan Bu Nur tadi sudah tepat. Apakah terapi psikologis bisa menemui hambatan dan tak berjalan sesuai rencana? Apa yang sebenarnya terjadi?"Bu," panggil Dinda untuk menanyakan kegagalan metode ini.Bu Nur mengangkat tangannya pada Dinda agar tak memotong pembicaraan Ifah dulu. Karena mungkin saat ini Ifah sedang mengumpulkan kesadarannya. Dia masih mencoba mencerna emua yang terjadi hari ini."Merebut Mas Hasan? Merebut dalam hal apa, Mbak Ifah?" tanya Bu Nur dengan pelan sambil terus mengusap lengan Ifah."Dia merebut kasih sayang yang pernah Mas Hasan berikan untuk Ifah, Bu! Ifah sangat benci sekali awalnya, tetapi sekarang Ifah menjadi sayang padanya," jawab Ifah."Karena Mbak Dinda rela berkorban banyak untuk kuliah Ifah! Dia bahkan rela menjual mobilnya demi Ifah, lalu sekarang dia
Baca selengkapnya
SERBA SALAH JADI MENANTU!
SERBA SALAH JADI MENANTU"Masak sih, Bu Nafis? Mbak Dinda seperti itu?" tanya Mbak Lina yang setengah tak percaya."Iyo, Mbak! Memang begitu anaknya itu ikrik! Alias sirikan ke makanan. Mulutnya itu ndak mau kalau bukan makanan enak. Maunya ya harus makan enak terus, Mbak! Ya ayam lah, ikan lah, daging! Kalau makanan seperti itu dia mau," sahut bu Nafis."Ya sudah suruh belanja sendiri to, Bu! Biar sampean ndak boros wong selama ini juga sudah ndak ada yang memberi uang beanja," ujar bu Damar."Halah wes sampek lumuten ayam di kulkas! Gak di sentuh! Males," hardik bu Nafis."Sudah dapet berapa bangkai, Bu?" tanya Dinda sambil menghampiri ibunya yang sedang berbelanja bersama orang-orang komplek. Melihat kedatangan Dinda semua orang saling sikut-sikutan. Mereka saling memberikan kode untuk tidak saling ikut campur masalah rumah Bu Nafis. Bu Nafis tampak salah tingkah juga tadi tetapi dia selalu berhasil menguasai keadaan dalam waktu sekejap."Apa sih
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
41
DMCA.com Protection Status