Semua Bab Pembalasan Wanita Terhina: Bab 61 - Bab 70
87 Bab
Keluarga Sultan
"Nirmala, ampun lah, saya benar-benar minta maaf, tolong jangan diproses, saya sudah tua, jantung saya sudah tidak kuat." Koh Aliang memohon. "Nirmala bisa bisa bicara sebentar?""Bisa Bang, mau bicara apa?""Ikut saya."Raihan berjalan agak menjauh dan Nirmala mengekor di belakangnya. "Nirmala sebaiknya aman kan dulu sertifikat tanah yang ada di Koh Aliang, setelahnya baru kamu serahkan pada pihak berwajib, dia sudah meminta maaf dan mengatakan akan mengembalikan sertifikat, ya sudah kamu ambil saja, setelahnya baru diusut, Koh Aliang ini mafia penyelundupan kayu, gimana ya mengatakannya, aku khawatir sama kamu Nirmala, jangan terlalu keras, intinya kamu fokus saja sama cita-cita kamu untuk memajukan Kampung halamanmu ini, masalah kuali yang biar menjadi urusanku dan biarkan saja dia menuntut kepada Melda intinya lahan ini sudah menjadi milikmu lagi tanpa diganggu oleh keahlian dan kau bisa fokus menjalankan apa yang engkau cita-citakan.""Bang Raihan, siapa kamu sebenarnya? Kenapa
Baca selengkapnya
Lisan Yang Berbahaya
"Bang Raihan, kapan datang?" "Barusan saja, aku lihat mobil kamu parkir di depan, ya sudah aku ikut mampir, aku dan Anto juga merasa lapar.""Oh ya sudah, silahkan gabung disini Bang." Nirmala menawarkan gabung satu meja bersama mereka, sudah dua kali Raihan menyelamatkan dirinya, ada perasaan nyaman di hati Nirmala jika ada Raihan, tapi Nirmala mencoba menetralkan dan menganggap itu sebagai perasaan nyaman biasa. Tidak lebih. "Kak Nirmala, ingat ga, aku kan pernah bilang kalau Bang Raihan ini wajahnya sangat familiar, ternyata di pondok pesantren Darul hidayat kan ada baliho Bang Raihan sekeluarga di depan pintu gerbang, makanya saat aku ingat, aku langsung menemui Bang Raihan yang merupakan anak Buya Zulfikar–ayahnya Bang Raihan. "Ya Allah, maaf Bang Raihan, selama ini bukan maksud saya merendahkan dengan memberi sedekah, saya benar-benar tidak tahu kalau Bang Raihan anak dari Buya Zulfikar, sepupu-sepupu saya banyak yang pesantren di sana, termasuk Abdul ini.""Tidak apa-apa Nir
Baca selengkapnya
Mengamuk Bagai Monster
Adzan maghrib terdengar berkumandang dari toa masjid yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat tinggal Nirmala, suara Roni dan Melda juga sudah tidak terdengar. Nirmala balik ke kamarnya untuk mandi lalu menunaikan sholat Maghrib. Sebenarnya Nirmala malas untuk keluar kamar, tapi mengingat kalau dirinya belum makan sejak siang tadi, terakhir saat makan soto bersama Abdul dan Raihan, maka dari itu mau tidak mau harus ada makanan masuk ke dalam lambungnya agar tidak menimbulkan suatu penyakit nantinya, saat keluar kamar, Nirmala melirik ke arah kamar Roni dan Melda tetapi tampak sepi, cepat Nirmala berjalan ke arah kamar ibunya untuk mengajak wanita yang telah melahirkannya untuk makan malam bersamanya. "Kau makanlah Nirmala, Mamak tidak selera makan," ucap Bu Herlina sambil melipat mukenanya. "Ya sudah, kalau Mamak tidak mau makan, Nirmala juga tidak makan. Biar kita sakit sama-sama.""Ya sudah, ayolah, nanti sakit pula kau Nirmala." Bu Herlina memaksakan untuk makan karena sad
Baca selengkapnya
Siapa Yang Menghancurkan Madrasah
Malam beranjak semakin larut, Nirmala tidak berani keluar kamar, sedangkan Bu Herlina sedari tadi menangis karena memikirkan anak lelakinya yang bersikap emosional terhadap adik kandungnya, rasa kecewa bergelayut di hati Bu Herlina, anak lelaki yang di gadang-gadang sebagai pengganti almarhum suaminya dalam artian dalam melindungi dan mengembangkan bisnis keluarga,malah bersikap sebaliknya, dengan kasar menyakiti saudaranya dan pasangan anaknya aka menantunya malah menghabisi harta anak perempuannya, ketika ingin membuka fakta yang sebenarnya, malah terjadi percekcokan, Bu Herlina sangat menyadari tabiat menantunya memang kurang baik, tapi ia tidak berdaya jika menyuruh untuk bercerai karena ada Rafa–cucunya dari hasil pernikahan Roni dan melda walaupun ia tahu Rafa kesehariannya diurus oleh Sri–baby sitter cucunya. "Kak Nirmala! Kak! Uwak! Wak Herlina!" Suara Abdul terdengar memanggil, Nirmala gegas keluar kamar, lebih baik ia menyuruh Abdul agar menginap di rumah ini, ia merasa ti
Baca selengkapnya
Menguras Harta
Raihan berjalan mendekat ke arah Nirmala. "Nirmala, kenapa wajahmu?" Nirmala tertunduk merasa malu, ia menyesali kenapa tadi di rumah tidak memakai foundation B erl yang mampu mengcover bekas luka dan lebam di wajahnya, Nirmala tidak ingin terlalu mengumbar masalah di dalam keluarganya. "Tadi malam Nirmala jatuh Bang.""Jatuh?" Raihan seolah tidak percaya dan Nirmala semakin kikuk. "Bang, bagaimana sekolah ini, kasihan sekali anak-anak, mereka selalu bersemangat menuntut ilmu bersama abi mereka yang baik, tapi sekarang sekolahnya hancur," ucap Nirmala mengganti topik pembicaraan. "Saya akan mencari halaman warga kampung sini yang agak luas, nanti untuk sementara biar belajar di halaman kalau ada. Sekolah ini, abang akan bangun dengan beton, dengan fasilitas yang lengkap agar anak-anak nyaman sekolahnya kalau bisa abang ingin bangun pesantren mini di belakang sana masih luas dan abang sudah membeli tanah ini sekitar satu hektar sama kebun di belakang sana.""Abang mau bangun sekola
Baca selengkapnya
Memberi Serangan
"Mela.Mela. Itu mobil Bang Roni.""Mampuslah kau, Kak."." Diam kau. Selow kau, jangan tunjukkan raut ketakutanmu."Suara klakson terdengar dari mobil Roni yang berada tepat di belakang Melda. "Minggir Mela, minggir kau bodoh," ucap Melda kembali menoyor kepala Mela. Mela meminggirkan motor butut yang sedang ia kendarai dengan perasaan jengkel. "Bang Roni." Melda memanggil seiring berhentinya motor yang mereka kendarai di pinggir jalan. "Habis dari mana kau Sayang? Kenapa keluar dari perkebunan itu?" Roni menjulurkan kepalanya dari jendela tapi buru-buru keluar saat melihat raut wajah Melda yang hendak menangis. "Huhuhuhu, itulah dia Sayang, tadi malam ga bisa tidur aku gara-gara fitnahan si Nirmala. Selepas sholat subuh aku minta anterin sama Mela kesini, aku mau i'tikaf di pondok itu, aku merenungkan semua yang telah terjadi, berdiam diri untuk mencari keridhaan Allah, ku tenang-tenangkan hatiku yang tercabik-cabik karena fitnahan Nirmala," ucap Melda tersedu "Ya Allah … istr
Baca selengkapnya
Diserang Bandit Kampung.
"Kau … berani menonjok!?" Roni menatap Raihan dengan perasaan geram, merasa terhina dirinya, lelaki miskin yang ia anggap hanya butiran debu berani menyerang dirinya, Roni meraih benda pipih yang berada dalam sakunya lalu menghubungi seseorang, Raihan juga terlihat menghubungi seseorang, terbeliak mata Roni saat melihat benda pipih bermerk apel kroak keluaran terbaru yang sedang Raihan genggam, lalu ia tersenyum sinis dan mengejek, Roni mengira itu hanya ponsel replika lalu melanjutkan percakapan dengan seseorang melalui sambungan selulernya. "Ada sok jagoan disini, turunkan semua anggota biar tau dia siapa Roni Simanjuntak yang sebenarnya, cecunguk saja belagu. Oke. Secepatnya turunkan ormas Kelapa Burung Garuda." Setelahnya Roni menutup sambungan telepon lalu menatap Raihan dengan sinis, Melda sibuk meniup-niup hidung Roni yang berdarah tapi sesekali matanya liar menatap Raihan, tidak dapat dipungkiri pesona Raihan sulit untuk diabaikan. "Kak, siapa itu, ganteng kali," ucap Mela
Baca selengkapnya
Bukan Wanita Pilihan
Mobil sudah memasuki halaman puskesmas kecamatan, mungkin karena lumayan banyak darah yang keluar, Mela terlihat pucat dan lemas. "Dul, cepat panggil perawat, ambil tandu, kasihan si Mela."Abdul mengangguk lalu gegas berlari ke dalam puskesmas. "Bang Raihan, aku mau Bang Raihan datang,"ucap Mela lemah. " Iya. Nanti Bang Raihan datang ya Mela, kamu diobati dulu." Iba juga hati Nirmala melihat Mela lemas begini tapi ada gelinya juga, masih sempat-sempatnya mikirin Raihan. Dua orang perawat datang membawa tandu, Mela dibaringkan ke atas tandu lalu dibawa ke dalam, Nirmala mengekor dan langkahnya berhenti saat Mela sudah dibawa ke dalam ruangan. Nirmala menghubungi ibunya untuk memberi kabar kalau ia pulang terlambat karena masih ada urusan, kejadian yang baru saja ia alami niatnya nanti saja dia beritahu pada ibunya. "Setelah urusan selesai langsung pulang ya Nirmala, Mamak khawatir kalau kau jam segini kau masih berada di luar sana, "ucap Bu Herlina khawatir pada anak perempuanny
Baca selengkapnya
Mempengaruhi Warga Dan Tokoh Masyarakat
Sepasang mata bulat milik Nirmala memanas, ada kalanya dirinya merasa lelah atas semua fitnahan ini. "Pak Amat, kita putar balik dan balik kerumah.""Baik, Nirmala." Lelaki setengah tua itu mencari jalan untuk putar balik, Abdul terlihat bingung. "Kak, kita balik?" "Iya Dul, tolong kabarin Bang Raihan, kalau ke notarisnya ditunda.""Tapi … kenapa Kak?""Bang Roni dan Kak Melda berulah lagi.""Ya Allah, kenapa lagi Kak?""Fitnahan lagi, rasanya Kakak ga sanggup Dul, apakah Kakak harus balik ke Jakarta saja, sepertinya disini banyak sekali masalah." Nirmala memejamkan mata mencari-cari kekuatan untuk bertahan. "Kak, Allah tidak mungkin memberikan masalah diluar batas kemampuan umatnya, Kakak berada di situasi ini semua ada alasanya, Kak Nirmala merupakan wanita yang tangguh, nantinya ada hikmah dari semua ini Kak." Abdul memberi semangat pada kakak sepupunya dan Nirmala hanya mengangguk lemah. Nirmala tetaplah Nirmala yang hanya seorang wanita berusaha untuk kokoh tegak berdiri men
Baca selengkapnya
Tertangkap Basah
Melda berkata seolah-olah ia ingin menjadi pahlawan di dalam hidup Nirmala. Berbanding terbalik dengan fakta yang sebenarnya. Nirmala berdiri dan berjalan ke arah ibunya yang sedari tadi menangis melihat perdebatan antara anak dan menantunya wanita tua itu sudah tidak kuat lagi jantung dan pikirannya melihat situasi seperti ini.Nirmala juga merasa sedih karena seharusnya di usia ibunya yang sudah sepuh hidupnya tenang melihat anaknya hidup rukun dan bahagia. Tetapi sekarang malah sebaliknya, apakah benar harta warisan bisa membawa petaka? Nirmala menggeleng lemah, harta orang tua yang ditinggalkan memang sudah selayaknya untuk anak dan pasangan yang ditinggalkan, pembagian juga sudah sesuai agama, hanya saja di dalam keluarga Nirmala, ada yang mempunyai sifat tamak lagi culas sehingga menyerobot dan mengambil hak orang lain, tidak lain dan tidak bukan adalah iparnya sendiri yaitu Melda. Nirmala mensejajarkan tubuhnya pada ibunya yang sedang duduk di sofa, wanita tua itu mengusap-us
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status