Semua Bab SUAMI PSIKOPAT LULUH KARENA KEHAMILANKU: Bab 51 - Bab 60
157 Bab
Ryuji = Papi Ryu
Dua minggu sudah berlalu, obat yang dipesan Ryu sudah sampai di tangannya, kini saatnya Ryu mengantarkannya ke apartemen Leona sekaligus memberikan bonus untuknya karena baju baju yang dipakai oleh Rayyan dan juga Revan laku keras."Ini tempatnya?" tanya Ryu pada sang sopir."Iya Tuan," jawabnya.Ryu keluar dibantu oleh sang sopir. Dia pun menuju ke lift dan memencet angka 10.TingLift sudah berhenti, Ryu segera keluar kemudian mencari nomor apartemennya. Jantungnya berdegup kencang saat dia akan menemui Leona. Dia takut tak bisa mengendalikan dirinya saat berada di hadapan wanita itu."Selamat Pagii," sapa Ryu."Tuan? Mari silahkan masuk," ujar Leona yang kaget melihat kedatangan Ryuji.Ryu memandangi seluruh ruangan apartemen Leona."Ada perlu apa Tuan datang kemari?" tanya Leona sopan."Aku hanya mampir sekalian memberikan bonus dan sisa pembayaran kemarin," jawabnya."Kenapa tidak ditransfer saja Tuan? Jadi Anda tidak perlu repot kema
Baca selengkapnya
Marahnya Rehan
Rayyan masih terus bermain dengan Ryu. Kini, dia mengajak Ryu bermain lego kesukaannya. Dia sudah yakin, kalau lelaki yang ada di hadapannya adalah Papi Ryu lelaki yang pernah menjadi ayah sambungnya."Boleh tidak Iyan memanggil Om dengan sebutan Papi?" tanya bocah tampan itu."Tentu saja boleh sayang, malah Om senang kamu memanggilku Papi, itu artinya, kamu menyayangiku sama seperti Daddy," jawab Ryu.Senja telah menjelang, Ryu harus pergi karena ada urusan yang penting. Sebenarnya, dia masih senang bermain dengan Rayyan dan Revan hanya saja, ada hal yang tidak bisa dia tinggal saat ini.Rehan baru saja tiba saat malam menjelang. Dia segera menuju ke kamar mandi untuk mandi dan berganti baju karena di rumah sakit tempat berbagai virus, dan dia tidak ingin kedua putranya sampai terkena virus itu."Hai sayang, kamu lagi apa?" tanya Rehan pada putra sulungnya."Lagi baca buku Pa," jawabnya seraya menunjukkan buku yang dia baca."Sayang, sejak kapan kamu sud
Baca selengkapnya
Masih Perang Dingin
Perang dingin antara Rehan dan Leona masih berlangsung. Ini adalah hari ketiga Rehan mendiamkan istrinya. Leona yang sudah tidak tahan mencoba mengajak Rehan bicara."Kenapa kamu terus mendiamkanku? Apakah kesalahanku begitu fatal hingga kamu tidak bisa memaafkannya?" ujar Leona dengan nada lembut tapi penuh penekanan.Dia tidak ingin bertengkar di hadapan putranya, tapi dia tidak sanggup jika harus terus menerus diabaikan.Rehan hanya diam, matanya terus menatap laptop tanpa mengindahkan ucapan sang istri."Rehaan! Jawab aku," Leona mulai meninggikan ucapannya.Lelaki itu hanya diam. Leona yang kesal hanya bisa menghela nafas panjang. "Oke, jika ini mau kamu, akan aku turuti, aku tidak akan lagi menyiapkan semua kebutuhanmu sampai kamu mau mengajakku bicara," batin Leona.Esoknya, Leona sengaja bangun terlambat meski tahu lelaki itu ada operasi pagi itu. Dia sengaja tidak membangunkan sang suami. Hingga dering di gawai suaminya berbunyi kencang."Ada apa
Baca selengkapnya
Kembalinya Sifat Rehan
Rehan langsung menarik Leona dengan kasar ke dalam kamar. Dia memegang erat bahu sang istri kemudian dia hempaskan ke ranjang."Kak, Kakak mau ngapain?" tanya Leona ketakutan saat Rehan mulai melepas sabuknya dengan senyum menyeringai."Menghukummu," jawab Rehan singkat.Lelaki itu pun mulai mencambukkan sabuknya di sekujur tubuh Leona."Aaakhhh, sakit Kak, hentikaaan, sakiit," teriak Leona.Mendengar teriakan sang Mami, Rayyan langsung membuka pintu kamar Maminya. Bocah kecil itu shock bukan main melihat wanita yang paling dia cintai dipukuli secara brutal oleh sang Ayah."Hentikan Dad, kasihan Mami," teriak Rayyan mencoba menarik tubuh Ayah kandungnya."Heh! Kamu anak kecil ikut campur saja, urusan orang dewasa. Pergi!!" bentak Rehan.Lelaki itu pun menggendong tubuh Rayyan, kemudian menaruhnya di luar. Dia lalu mengunci pintu kamarnya, supaya aktifitasnya tidak terganggu."Dad, pkease, jangan pukul Mami Dad, pukul saja Iyan. Mami tidak salah Da
Baca selengkapnya
Dimana Mereka?
"Dok, pasien mengalami pendarahan hebat," teriak perawat itu.Dokter segera berlari menuju ke dalam. Mereka berusaha menyelamatkan nyawa Leona.Ryu langsung meninggalkan semua pekerjaannya mendengar kabar keadaan Leona dari Yujin. Lelaki yang kini duduk di kuris roda itu segera menuju ke rumah sakit tempat Leona dirawat.Ryu langsung menggendong sang putra yang mukanya sudah membiru karena terlalu lama menangis."Kenapa dia?" tanya Ryu pada Yujin."Aku tidak bisa menenangkannya, dia terus saja menangis," jawab Yujin.Ajaibnya, beberapa detik di gendongan Ryu, bayi itu berhenti menangis, meski masih sesegukan."Bagaimana keadaan Leona?" tanya Ryu."Seperti yang aku bilang tadi. Dia mengalami luka di sekujur tubuhnya. Dan sekarang, dia mengalami pendarahan," jawab Yujin."Ya Tuhan, bagaimana bisa lelaki itu tega berbuat seperti itu pada wanita?" gumam Ryu."Entahlah, mungkin, dia memiliki darah psikopat," jawab Yujin asal."Pantas saja Leona
Baca selengkapnya
Kembalinya Leona
"Ya Tuhan, apa yang sudah aku lakukan? Aku telah membunuh anak kandungku sendiri," isak Rehan sambil tergugu di lantai.Ya, surat dari kepolisian tadi memerintahkan Rehan untuk tidak mendekati mantan istri dan juga kedua anaknya selama 2 bulan karena telah melakukan KDRT sehingga menyebabkan mantan istrinya keguguran. Hati Rehan seolah teriris tapi tak berdarah saat mengetahui sang istri hamil kembali."Kenapa aku tidak bisa mengontrol emosiku kemarin? Hingga aku harus melakukan kesalahan yang sama," racaunya sambil memegangi surat dari kepolisian tadi."Sekarang, kemana lagi aku harus mencari mereka? mana aku sudah dihukum tidak boleh mendekat lagi," gumam Rehan.Lelaki itu segera bangkit, dia tidak boleh terlalu lama terpuruk, dia harus segera mencari tahu keberadaan istri dan anaknya. Rehan segera menghubungi anak buahnya."Cari tahu dimana anak dan istriku?" titahnya.Hampir satu jam menunggu, tapi masih belum juga ada kabar dari anak buahnya. Lelaki itu pun menelepon rumah sakit
Baca selengkapnya
Memulai Lembaran Baru
"Hani, kaukah itu?" ulangnya membuat sang suami sadar."Kamu mengingatku?" Ryu kembali bertanya.Leona mengangguk. Ryu pun menggeser bokongnya, supaya dia bisa duduk di ranjang sang istri. Dia pun memeluk tubuh istrinya setelah sekian lama dia rindukan. Tangis haru mewarnai pagi itu."Syukurlah kamu sudah sembuh," ujar Ryu seraya membelai wajah sang istri.Mendengar suara tangisan membuat kedua bocah kecil itu terbangun. Rayyan langsung berhambur memeluk tubuh sang Mami."Mamiii," teriaknya diiringi isak tangis.Leona membelai putra sulungnya."Sudah, laki laki, tidak boleh menangis, nanti tidak ganteng lagi dong. Sekarang, Iyan sama dedek mandi dulu ya sama suster, nanti boleh peluk Mami lagi, oke," ujr Ryu.Rayyan pun mengangguk, mereka pun masuk ke dalam kamar mandi ditemani oleh suster mereka masing masing.Begitu kedua putranya tak terlihat. Wajah Leona kembali murung, bayangan kejadian kemarin terus menghantuinya, dia merasa bersalah telah mengkhianati sang suami. Tanpa dia sad
Baca selengkapnya
Rumitnya Perceraian Mereka
"Ketemu Kau?" gumamnya setelah lelaki itu mengorek keterangan dari perawat yang dia goda tadi."Lalu, bagaimana kita bisa masuk dan menculiknya? Kamu lihat sendiri, penjagaan di depan pintu itu begitu ketat," ujar lelaki berkacamata itu."Kita lihat saja dulu sampai beberapa hari, jangan sampai kita salah informasi, bisa bisa kita di-dor, sama Tuan," ujar lelaki berambut kriwil itu sambil memeragakan kepalanya ditembak dengan tangannya.Ryu bukan tidak tahu kalau sedari tadi ada yang mengintai kamar sang istri, tapi dia membiarkannya saja. Toh istrinya tidak keluar ruangan, jadi tidak mungkin mereka bisa masuk ke dalam karena 2 penjaganya sudah stand by di luar ruangan.Berhari hari mereka menunggu momen yang pas. Namun, tak kunjung menemukannya, bahkan sekarang, ruangan itu telah kosong."Sus, pasien yang ada di ruangan ini kemana ya?" tanya lelaki berambut kriwil itu."Sudah pulang Pak, tadi malam," jawab perawat itu.Kedua lelaki itu saling pandang. Bisa habis dirinya kalau sampai k
Baca selengkapnya
Kedatangan Rehan
Di tengah kegamangannya, Rehan mendapatkan kabar dari anak buahnya, kalau Leona sekarang tinggal di dekat rumah kedua mertuanya. Namun, ada satu hal yang membuat dia berpikir dua kali untuk kembali mendekati Leona yaitu, kembalinya ingatan Leona."Apakah kamu membenciku sayang? Aku hampir membuatmu meregang nyawa, bahkan aku juga membuat anak kedua kita meninggal? Maafkan aku sayang," sesal Rehan diiringi isak tangis.Setelah berpikir panjang lebar, Rehan memutuskan untuk pulang dan meminta maaf pada Leona. Toh, dia dan Leona masih suami istri. Dia akan mencoba untuk mengetuk kembali hati Leona. Meskipun dia tahu, itu sangat sulit.Sementara itu, di Indonesia, Ryu sedang menggoda Leona, supaya wanita itu mau diajak bermesraan."Papi ngapain sih, Mami ngantuk nih," rengek Leona tak ingin diganggu.Saat Ryu akan mendekatkan wajahnya, terdengar ketukan pintu kamarnya. Rupanya Revan menangis mencari dirinya. Leona segera membukakan pintu dan menggendong putra bungsunya."Kenapa dedek menan
Baca selengkapnya
Akhir Kisah Rehan Dan Leona
"Kalau aku tidak mau?" tanya Rehan."Aku tidak akan memaafkanmu seumur hidupku. Meskipun kamu tidak menceraikan aku, aku tidak akan pernah mau bersamamu. Biarlah aku hidup di sini bersama kedua orang tuaku. Silahkan kamu kembali ke Jepang. Karena sampai mati pun aku tidak akan pernah memaafkanmu," tekan Leona.Rehan pun tergugu di lantai. Dia menyesali perbuatannya yang tidak sanggup mengontrol emosinya hingga dia harus kehilangan orang yang dia cintai."Apa tidak ada satu kesempatan lagi untukku?" tanya Rehan."Aku sudah memberimu kesempatan saat aku hilang ingatan. Namun, kamu tidak memanfaatkannya dengan baik. Kamu lagi, dan lagi menyakitiku dengan pukulan-pukulanmu. Maafkan aku Rehan ... Aku lelah dengan keadaan semua ini. Aku ingin hidup normal, tanpa adanya drama pemukulan lagi," pinta Leona dengan deraian air mata.Melihat tangisan orang yang dia cintai membuat hati Rehan seolah teriris. Dia tak ingin Leona trauma jika hidup dengannya. Dengan berat hati, Rehan akhirnya mengambil
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
16
DMCA.com Protection Status