All Chapters of Dewa Dewi Kerajaan Sanggabumi: Chapter 61 - Chapter 70
80 Chapters
Bab 61. Pulang ke Sanggabumi
Kembali lagi ke Karangkitri ternyata belum mampu menenangkan hati Sang Sekar Kedaton Sanggabumi itu. Dia menjalani pembelajaran di padepokan Songgo Langit itu dengan konsentrasi terpecah. Dan Ki Guru Saloka sangat mengetahui dan memahami hal tersebut. "Apakah kiranya yang menjadi beban pikiran panjenengan, Gusti Ratu? Saya melihat Gusti Ratu sering sekali melamun," tanya Ki Guru Saloka pada suatu sore. Saat itu Ki Guru Saloka tengah mengajarkan beberapa ilmu penting terkaitan serangan-serangan telak untuk menghadapi musuh dan cara menghindarinya. Namun, Dewi Rukmini acap kali lalai menghindar dan lalai melakukan serangan balik. "Betul, Ki Guru. Saya tengah resah memikirkan para prajurit Karangkitri yang belum kembali. Sudah lima purnama. Ini masa yang terlalu lama jika hanya urusan menumpas pemberontakan di Sanggabumi. Perjalanan pun hanya menempuh lima hari tanpa jeda. Apa gerangan yang terjadi di Sanggabumi dan para prajurit Karangkitri yang berada di sana?" Dew
Read more
Bab 62. Menapak Rindu di Tanah Sanggabumi
Nafas Dewi tersengal-sengal ketika telah tiba di depan istana Kerajaan Sanggabumi. Menempuh jarak lima hari dengan jeda yang tak terlalu lama, bersama kuda Jalu. Mata Dewi Rukmini berkaca-kaca. Sebagian tembok istana Kerajaan Sanggabumi hampir runtuh. Beberapa pekerja tampak sedang memperbaiki tembok tersebut. Bibir Dewi Rukmini bergetar. Apa yang telah terjadi dengan Sanggabumi? Namun, pintu gerbang istana masih berdiri dengan tegak. Setidaknya kehormatan istana masih terjaga. "Hendak bertemu siapa, Kisanak?" tanya salah satu dari dua pengawal yang bertugas di depan pintu gerbang istana. Dewi Rukmini menatap tajam kedua prajurit penjaga pintu gerbang itu. Tanpa membuka penutup wajahnya, dia berujar pelan. "Lupakah kalian dengan saya?" tanya Dewi Rukmini. Suara yang khas. Suara yang lembut, tapi penuh kewibawaan. Dan suara indah itu tak akan pernah hilang dari setiap warga istana Kerajaan Sanggabumi. "Hatur sembah bekti dalem, Gusti Ratu,
Read more
Bab 63. Pemberontakan Kecil
"Rukmini!" Suara panggilan itu menghentakkan kesenduan Patih dua Dimas Bagus Penggalih dan Dewi Rukmini. Rupanya Sang Prabu tengah berdiri di depan pintu gerbang istana. "Masuklah kalian ke dalam istana. Kita tidak akan pernah tahu bahaya yang bisa datang sewaktu-waktu." "Duli, Romo," jawab Dewi Rukmini yang segera bergegas menghampiri Prabu Arya Pamenang. Disusul oleh Patih dua Dimas Bagus Penggalih. Beruntung rimbunnya pepohonan dan semak belukar menghalangi pandang Prabu Arya Pamenang, hingga tidak mampu seutuhnya melihat kebersamaan Patih dua Dimas Bagus Penggalih dengan Dewi Rukmini. Melihat putri semata wayangnya itu data g mendekat, Prabu Arya Pamenang merentangkan kedua lengannya selebar mungkin. Siap menyambut kedatangan putrinya itu dalam dekapannya yang hangat. "Hampir satu tahun Saka kita tidak bersama, Cah Ayu," ucap Sang Prabu sembari mendekap erat tubuh Dewi Rukmini. "Bukankah saya pergi untuk mencari ilmu, Romo? Bekal saya kelak jika telah me
Read more
Bab 64. Strategi Pertama
Mata indah Dewi Rukmini nanar menyapu setiap punggawa istana yang hadir malam itu. Dan sejurus kemudian dia berdiri dan menyuruh seluruh punggawa untuk mendekat. Dia memaparkan keseluruhan strategi yang dia rencanakan dengan menggambarkannya di atas beberapa daun lontar yang telah disambung menjadi selembar kertas besar. Daun-daun lontar memang telah ada dan dipersiapkan di sebuah meja kecil di samping meja besar ruang balairung. Patih satu Diro Menggolo mengernyitkan dahi setelah mendengar semua paparan rencana Sang Ratu. Dia berpikir keras untuk berusaha memahami. Karena strategi ini tidak pernah dipergunakan dalam sistem peperangan di Kerajaan Sanggabumi. "Apakah ada hal yang ingin kamu sampaikan, Paman Patih satu Diro Menggolo?" Dewi Rukmini menangkap kegelisahan yang tergambsr jelas di raut wajah Patih satu Diro Menggolo. Patih satu Diro Menggolo menarik nafas panjang. Tangannya mengelus jenggot panjang yang telah hampir memutih seluruhnya. Tatapannya m
Read more
Bab 65. Perjanjian Lemah Dhuwur
Sebagai ratu yang dikenal bijaksana dan peduli terhadap rakyatnya, maka ketika mendengar tentang pemberontakan yang sering dilakukan oleh warga desa Lemah Dhuwur, Dewi Rukmini segera merencanakan sebuah strategi baru untuk mengatasi masalah ini. Dewi Rukmini sengaja memilih Patih tiga Rangga Aditya sebagai pendampingnya karena sesuai dengan tugasnya sebagai patih yang menangani pengembangan setiap desa yang ada di wilayah Kerajaan Sanggabumi. "Berikan laporanmu tentang masalah yang terjadi di desa Lemah Dhuwur, Kangmas Patih," perintah Dewi Rukmini pagi hari itu sebelum mereka melakukan perjalanan menuju ke desa Sanggabumi. "Kondisi alam yang kurang baik dalam beberapa bulan ini mengakibatkan warga desa Lemah Dhuwur banyak mengalami kelaparan, Gusti Ratu. Kekeringan, gagal panen, dan kemarau panjang yang ditunjang pula oleh bencana alam berupa gempa bumi dan gunung meletus, mengakibatkan desa Lemah Dhuwur seakan tengah ditimpa kutukan. Mereka menganggap ba
Read more
Bab 66. Tak Ada Pengampunan
Malam itu Dewi Rukmini duduk berbincang dengan Ki Bagas Sakti di bawah suasana malam yang cerah. Saat itu, mereka sedang membicarakan keadaan desa yang akhir-akhir ini mengalami penurunan kesejahteraan. "Ki Bagas Sakti, aku mendengar kabar yang kurang menyenangkan tentang desa ini. Aku harap bisa mendapatkan informasi dari panjenengan. Selama ini setiap bulan, utusan dari desa Lemah Dhuwur selalu rutin mengambil jatah hasil bumi dan sedikit ketip uang untuk pembangunan desa. Tapi mengapa yang saya dengar, kemakmuran di desa Lemah Dhuwur malah makin turun? Siapa saja sebenarnya yang selalu mendapat tugas untuk mengambil jatah bantuan ke istana?" Dewi Rukmini bertanya dengan suara lirih. Hanya mereka berdua yang berbincang di malam itu. Tak ada satu orang pun yang mendampingi. Semua tengah sibuk bercengkerama di pendopo kelurahan sembari menikmati aneka pentas tari dan suguhan yang memabukkan. Ironis. Dewi Rukmini melihat ada ketimpangan dalam kehidupan di desa Lem
Read more
Bab 67. Sepulang dari Desa Lemah Dhuwur
Matahari belum lagi membuka hari di pagi itu. Kabut pun baru mulai turun memekati bumi. Dingin menusuk bahkan hingga ke sumsum tulang. Suara langkah kaki kuda rombongan Dewi Rukmini berderap membawa mereka kembali ke Kerajaan Sanggabumi. Dewi Rukmini menuju pulang kembali ke istana dengan harapan baru bahwa keadaan tanah Sanggabumi akan menjadi lebih baik ke depannya nanti. Perjalanan yang hanya memakan waktu lebih kurang dua jam dari desa Lemah Dhuwur ke istana Sanggabumi,membuat perjalanan Dewi Rukmini dan rombongannya terasa cepat berlalu. Dan tepat saat matahari telah muncul, bersamaan dengan turunnya embun pagi hari, rombongan Dewi Rukmini telah tiba kembali di istana. Prajurit pengawal pintu gerbang segera membuka dan meniup sangkakala, sebagai pertanda bahwa penyambutan harus dilakukan karena pimpinan kerajaan telah tiba. Prabu Arya Pamenang yang tengah menikmati kuntum aneka bunga yang mekar di halaman depan istana, tersenyum lebar melihat putri semata wa
Read more
Bab 68. Purnama di Atas Langit Sanggabumi
Malam selaksa tak bersahabat menemani sang ratu. Dewi Rukmini terpaku dalam kepiluan hati yng teramat dalam. Hatinya yang terbelah seakan menjadi noda bagi setiap harapan dan cita-cita agungnya. Lelaki muda tampan yang sederhana itu masih tetap berdiri mematung di bawah pohon maja. Pohon berbuah besar, hijau, indah, tapi menguarkan aroma dan rasa yang pahit. Dia ingin mendekati sang pujaan hati. Namun, sisi hatinya yang lain menolak. Purnama yang penuh bercak dan tertutup mendung itu tak mampu menerangi tubuh sang patih di bawah kegelapan pohon maja. Hanya menggulirkan sebentuk bayangan yang mengukir panjang hingga tiba di kaki sang ratu. Dewi Rukmini tersenyum. Bayangan panjang itu telah memberitahunya tentang keberadaan sang patih. Kidung sendu yang dilantunkan sang ratu seketika terhenti. Kepala Dewi Rukmini menoleh ke kiri. Melihat ke arah sosok yang terlihat gelap yang ada di bawah pohon maja. Tangannya melambai. Sebuah isyarat perkenan bahwa sang ratu menghendaki kedatangan
Read more
Bab 69. Restu Sang Prabu
"Bagaimana, anakku?" Prabu Arya Pamenang menatap lembut wajah anak gadisnya itu. Berharap dia menemukan jawaban dari sosok yang sangat disayanginya itu.Dewi Rukmini hanya diam menunduk. Tak berani membalas tatapan mata sang ayah. Sambil berucap lirih,"Bagaimana jika aku memilih lelaki selain pilihan Gusti Romo?"Di luar dugaan, Prabu Arya Pamenang tidak menampakkan amarah sama sekali. Dia malah tersenyum seraya mengacak rambut Dewi Rukmini. "Siapa lelaki yang sudah menambat hatimu itu, anakku?""Hanya seorang lelaki biasa, Gusti Romo," ucap sang ratu lirih."Tidak mungkin dia seorang lelaki biasa. Pasti dia adalah seorang lelaki hebat. Karena hanya lelaki hebatlah yang mampu merebut hati anakku." Prabu Arya Pamenang berkata seraya melontarkan sebuah senyuman indah pada Dewi Rukmini. Gadis ayu itu tersipu."Apakah jika saya menolak Pangeran Gagat akan mengakibatkan pertumpahan darah, Gusti Romo? Itu yang saya kuatirkan." Setelah beberapa saat berada dalam pembicaraan bersama, baru saa
Read more
Bab 70. Rencana Sang Prabu
"Ada apa kiranya, Romo? Mengapa Gusto Prabu tiba-tiba memanggil kita?" Dimas Bagus Penggalih nampak sangat gelisah. Berjakan ke sana kemari seperti tengah menginjak bara api."Romo juga tidak tahu, anakku. Mungkin Gusti Prabu memiliki wacana baru tentang kebijakan negri. Hingga perlu memanggil kita." Diro Menggolo berusaha tetap menunjukkan ketenangan di hadapan anak semata wayangnya itu."Kenapa Patih tiga Rangga Aditya tidak dipanggil juga? Apakah kita melakukan kesalahan, Romo?Aku kuatir sekali jika kita ternyata melakukan kesalahan. Selama bertugas menjalankan perintah kerajaan, aku selalu menjaga agar sang prabu tidak pernah merasa kecewa." Kekuatiran sang patih muda itu tidak dapat disembunyikannya.Diro Menggolo, sang ayah, hanya bisa terdiam melihat tingkah polah anaknya yang tak bisa dikendalikan itu. Usianya yang terbilang masih sangat muda, belum sampai pada tahap kematangan jiwa, di mana sikap tenang sangat dibutuhkan dalam situasi apa pun juga."Apakah sekarang saja kita
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status