Semua Bab Pembalasan untuk Suamiku dan Selingkuhannya: Bab 61 - Bab 70
120 Bab
Ibu Aryo Sakit
Sejak pertengkaran antara Tania dan ibunya, Aryo seolah terjepit dalam posisi yang tidak menyenangkan. Di satu sisi, ia tidak ingin menjadi anak durhaka yang menyakiti hati ibu yang melahirkan dirinya. Namun di sisi lain, tak mungkin juga ia menyakiti istrinya. Ia seperti terjebak dalam dilema, bagaikan makan buah simalakama.Aryo belum mengunjungi atau menelepon ibunya lagi. Ia tidak sanggup melihat ekspresi wajah kecewa ibunya, karena uang yang diperlukan belum juga terkumpul.Suasana di rumah Aryo juga masih hambar. Tania masih terlihat kesal dan menjadi lebih pendiam. Di kantor Aryo dan Tania juga jarang berkomunikasi. Mereka seperti dua orang asing yang tidak saling mengenal. Aryo merasa jenuh dengan pertengkaran mereka. Ia merasa kebahagiaan rumah tangganya telah lenyap dalam sekejap mata.Sore itu Aryo duduk di ruang tamu rumah sederhana itu. Di hadapannya ada secangkir kopi yang sudah mulai dingin. Lamunan Aryo seketika buyar ketika ponselnya berdering. Ia melihat nomor ibunya
Baca selengkapnya
Rumah Baru
Sore itu Sandy mengajak Indah berkeliling dengan mobilnya. Mereka masuk ke sebuah komplek perumahan mewah. Ada pos pengaman yang terletak di pintu gerbang perumahan itu. Setiap mobil atau kendaraan asing yang akan masuk harus melapor terlebih dahulu."Kita mau kemana, Mas?" tanya Indah.Indah tidak bisa menutupi rasa kagumnya ketika melihat bangunan rumah yang rata-rata berlantai dua dan berderet dengan rapi.Sandy hanya tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan istrinya itu. Selama satu bulan ini, ia memang sengaja menyiapkan sebuah kejutan manis untuk Indah.Mereka berhenti di sebuah rumah berpagar tinggi dan bercat putih. "Mas ada janji dengan klien?" tanya Indah lagi."Ayo turun!" ajak Sandy.Indah melihat rumah itu sangat bagus dan besar. Pintunya kokoh dan dinding yang putih bersih seperti rumah baru. Namun yang membuat Indah heran adalah ketika Sandy merogoh sesuatu di saku celananya.Sandy mengambil kunci dan membuka pintu rumah itu."Ini rumah siapa, Mas?"Sandy merangkul Inda
Baca selengkapnya
Usaha Aryo mencari pinjaman
Aryo langsung menjual anting milik Tania. Namun uang dalam kartu debit dan hasil penjualan perhiasan Tania belum mencukupi untuk membayar biaya perawatan ibunya.Hati Aryo lebih terasa getir, karena Tania sama sekali tidak peduli pada ibunya. Jangankan untuk merawat sang ibu, untuk menjenguk pun Tania enggan.Aryo harus memutar otak untuk mendapatkan uang secepatnya. Kondisi ibunya belum pulih, menurut dokter, ibunya membutuhkan pengobatan dan perawatan jangka panjang. Sekalipun nanti sudah diijinkan pulang ke rumah, Ibu Aryo harus meminum beberapa jenis obat secara rutin.Mustahil rasanya bagi Aryo, mengharap pinjaman dari istri atau pihak keluarganya. Ia mencoba menghubungi saudara dan teman-teman terdekatnya, tetapi mereka tidak mau memberikan pinjaman. Wajar saja, karena Aryo masih memiliki hutang pada mereka.'Harus bagaimana ini? Kalau sampai besok aku gak bisa mendapatkan uang, ibu terpaksa harus aku bawa pulang. Tapi kondisi ibu belum memungkinkan untuk dirawat di rumah,' guma
Baca selengkapnya
Terpaksa Menggadaikan Rumah Ibu
"Apa ibu saya sudah boleh pulang, Dok?" tanya Aryo saat dokter memeriksa ibunya malam itu."Kondisi ibu anda belum stabil. Ibu anda masih harus dirawat dan belum boleh turun dari tempat tidurnya," jawab dokter itu.Aryo mendesah kecewa, karena itu berarti biaya rumah sakit akan semakin membengkak. Dokter yang masih berusia sekitar empat puluh tahunan itu berlalu dan menuju ke ruangan pasien lain.Aryo kembali duduk di kursi yang ada di sisi tempat tidur ibunya. Ia menatap wajah ibu yang pucat dan mulai menua. Kedua mata ibunya masih terpejam dan terlihat kerutan yang jelas terlihat. Sesekali terdengar rintihan tertahan dari bibir ibu.Tiba-tiba seseorang membuka pintu ruang perawatan itu. Aryo mengangkat wajahnya dan melihat Tania datang. Tania sudah memakai pakaian yang lebih santai. Ia masuk dan mendekati tempat tidur Ibu Aryo."Nia, akhirnya kamu datang juga," kata Aryo."Iya, Mas. Tapi jangan berharap terlalu banyak. Aku cuma menjenguk ibu dan akan pulang ke rumah lagi." Tania me
Baca selengkapnya
Pindah ke rumah baru
Siang itu Indah dan Sandy mengajak ibu, Arinna dan Charles ke rumah baru mereka. "Wah, besar sekali rumah kalian, Nak." Ibu Indah menatap bangunan rumah itu dengan takjub."Ayo kita masuk, Bu! Mas Sandy memilih rumah ini supaya anak-anak punya kamar masing-masing. Kalau Ibu mau menginap di sini, juga ada kamar yang bisa Ibu gunakan," kata Indah. "Ini rumah kita, Ma, Pa?" Arinna dan Charles tak kalah takjub."Iya, apa kalian suka?" tanya Indah."Suka, bagus sekali rumahnya, Ma." Mata Arinna berbinar senang."Ayo kita ke kamar kalian! Kalian sudah besar, jadi harus belajar tidur sendiri," tukas Sandy.Sandy menggandeng tangan Arinna dan Charles. Indah tersenyum melihat kedua anaknya berlari kecil di sisi Sandy. Indah memeluk ibunya yang juga terlihat haru."Ibu ikut senang karena Sandy sangat baik dan menyayangi kalian, Nak. Ibu mendoakan kalian tetap harmonis dan bahagia seperti ini.""Terimakasih, Bu. Aku sangat bahagia dan bersyukur karena Mas Sandy bisa dekat dan memperlakukan Ari
Baca selengkapnya
Restoran Kembali Dibuka
Setelah beberapa bulan direnovasi, bangunan restoran akhirnya telah selesai diperbaiki. Desain bangunan itu diubah sesuai dengan konsep yang diinginkan oleh Indah. Bu Ratna dan Sandy sangat menyetujui usul Indah untuk mengubah konsep restoran itu menjadi tempat makan keluarga yang nyaman dan hangat.Walaupun Indah tidak mengenyam pendidikan tinggi, tetapi ia adalah wanita yang cerdas, teliti, dan punya pertimbangan pemasaran dan manajemen yang baik.Selama menikah dengan Sandy, Indah juga telah mempelajari banyak ilmu manajemen dan meningkatkan kapasitasnya.Pagi itu Indah membantu Sandy merapikan dasinya. Sandy memeluk pinggang Indah yang ramping dan merapatkannya ke tubuhnya. "Sayang, proses pembangunan restoran sudah selesai. Para karyawan lama juga telah dihubungi untuk bekerja kembali. Tapi aku belum membeli meja, kursi, dan perabot lainnya. Aku ingin kamu yang menyiapkannya, agar semua sesuai dengan keinginanmu," kata Sandy."Iya, Mas. Aku akan mengurusnya. Kamu bisa mengandalk
Baca selengkapnya
Gelagat Aneh Tini
Malam itu Indah sedang duduk di sofa ruang tamu sambil menunggu suaminya pulang. Jam di layar ponselnya sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Sandy memang sedang sangat sibuk bekerja, bahkan di akhir pekan terkadang Sandy masih ada pertemuan di luar kantor dengan klien atau rekan bisnisnya.Namun sesibuk apapun, Sandy selalu berusaha memberi waktu untuk Indah, Arinna, dan Charles. Di akhir pekan Sandy akan mengajak keluarganya jalan-jalan atau makan di luar. Sandy juga tidak ragu memperkenalkan Indah dan anak-anaknya pada semua rekan bisnisnya.Mata Indah mulai terasa berat, ia bersandar di sandaran sofa itu."Bu, kalau Ibu mengantuk, tidur saja. Biar aku yang membukakan pintu untuk bapak," kata Tini."Gak apa-apa. Kamu saja yang tidur duluan," jawab Indah. Tini menurut dan masuk ke kamarnya.Tak lama kemudian, Indah mendengar suara mobil Sandy masuk ke halaman rumah. Indah bergegas bangkit dan membuka pintu. Sekalipun sudah lelah dan mengantuk, Indah tetap tersenyum menyambut Sandy
Baca selengkapnya
Mencari Bukti
Sampai esok harinya suasana hati Indah menjadi tidak nyaman karena ulah Tini. Setelah Indah menegurnya, Tini mengurung diri di kamar. Indah bahkan harus mengetuk pintu kamar Tini berulang kali sebelum berangkat bekerja.Tini keluar dari kamar dengan mata sembab dan wajah lesu."Ibu dan bapak mau berangkat kerja. Bereskan rumah, ya!" ucap Indah singkat. Tini hanya mengangguk lemah sambil menutup pintu kamarnya dari luar.Di sepanjang perjalanan Indah hanya duduk diam di samping Sandy yang menyetir mobilnya."Sudahlah, Sayang. Aku yakin Tini gak punya maksud jahat. Dia masih sangat muda, mungkin sikap dan pemikirannya belum dewasa dan masih labil."Indah mengalihkan pandangan ke luar jendela mobil. Mungkin saja ia memang terlalu curiga dan sensitif, tapi Indah merasa tidak ada salahnya untuk mengantisipasi.Indah dan Sandy tiba di restoran. Pagi itu Bu Ratna juga sudah tiba untuk meninjau perkembangan restoran yang baru. "Pagi, Ma," Sandy mencium pipi sang mama.Indah juga memeluk Bu R
Baca selengkapnya
Tini diusir dari rumah
"Apa-apaan kamu, Tin? Jangan lancang!" Sandy melepaskan pegangan tangan Tini."Pak, saya sudah gak tahan lagi. Saya suka dan cinta sama Bapak." Tatapan gadis itu kini bukan seperti gadis lugu."Kamu mabuk? Aku ini majikanmu. Tolong jaga sikap dan ucapanmu!" Sandy terus menghindar dan menjauhkan diri dari gadis itu."Pak, apa kurangnya saya dari Bu Indah? Saya cantik dan lebih muda dari Ibu. Sebelum menikah dengan Bapak dia itu janda, kan? Kalau saya masih perawan, Pak. Saya rela menyerahkan hal yang paling berharga dalam diri saya pada Bapak. Saya yakin kalau Bapak akan bisa menyukai saya." Tini mendekati Sandy kembali."Jangan mendekat! Saya peringatkan kamu!" Sandy berteriak."Pak, jangan pura-pura gak mau begitu! Saya tahu Bapak bosan dengan perempuan galak dan ketus seperti Bu Indah. Apa salahnya Bapak coba dulu mendekati saya? Saya pasti akan bersikap lembut dan lebih baik sama Bapak." Tini semakin gencar menggoda Sandy.Sandy tidak punya jalan lain selain melarikan diri dan kelu
Baca selengkapnya
Kecemasan Indah
Pagi itu Indah sedang memeriksa laporan keuangan restoran di dalam ruang kerjanya. "Pagi, Indah." Bu Ratna masuk ke ruangan dengan gaya anggunnya. "Pagi, Ma. Mama sudah sarapan?" sapa Indah."Sudah. Kenapa wajahmu pucat dan lelah begitu, Nak?""Ah, gak apa-apa, Ma. Indah sehat koq."Beberapa hari ini ia merasa lelah, karena setiap pulang dari restoran, Indah harus mengurus Arinna, Charles, dan mengerjakan pekerjaan rumah. "Kamu gak ada niat untuk mencari pembantu baru, Nak?" tanya Bu Ratna."Belum terpikir, Ma. Setelah kejadian kemarin, Indah masih takut untuk mempercayai orang baru. Indah sudah memperlakukan Tini dengan baik, tapi ternyata dia punya niat buruk. Memang gak mudah mencari orang yang bisa kita percayai, ya Ma," jawab Indah."Nanti Mama coba hubungi Bi Ijah. Dia dulu bekerja di rumah Mama dalam waktu cukup lama. Dia mulai bekerja sejak masih gadis, dan baru keluar setelah hamil dan mempunyai anak. Pekerjaannya rapi dan baik, orangnya juga bisa dipercaya. Mama sudah me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status