Semua Bab Calon Iparku Adalah Ayah Anakku: Bab 21 - Bab 30
51 Bab
Bab 21: Gin
“Jika yang kau peras bukan Raya, maka itu tidak akan ada hubungannya denganku.” Ucap Kal sambil meletakkan piring berisi udang yang sudah dikupas bersih ke hadapan Noval. Kemudian dia melanjutkan mengupas kepiting.“Memangnya dia siapamu?!” todong Juleha.Gerakan Kal meletakkan piring sedikit melambat. Tapi kemudian segera menjadi normal lagi.Raya siapanya? Tentu saja temannya, untuk saat ini. Tapi di masa depan, siapa yang tahu. Yang pasti, apapun statusnya, ketika Kal tidak ingin ada orang yang mengganggunya maka tidak boleh ada yang mengganggunya. Semudah itu.“Oke Leha, makan. Kau bilang kelaparan sejak kemarin. Sekarang kau bisa makan sampai kenyang.” Bujuk Raffa.Diam-diam dia melirik Raya dan putranya. Niat tidak murni Kal pada mereka mungkin lebih serius dari yang dia pikirkan.“Itu karna ayah dengan kejam membekukan semua kartuku. Jika tidak, apa kau pikir aku akan mendatangi orang asing satu persatu hanya demi makanan?!” omel Juleha.“Jika kau tidak menentang keputusan kake
Baca selengkapnya
Bab 22: Anak yang Disembunyikan
Porsche abu metalik memasuki kawasan perumahan elit. Kemudian mobil itu berhenti didepan gerbang rumah dengan papan nama Elshaad. “Ayo masuk.” Ajak Gin. “Tidak perlu. Bukankah ini waktunya reuni keluarga?” kekeh Kenzi. “Omong kosong, kami selalu bertemu setiap tahun. Apanya yang membutuhkan reuni?” “Paling tidak, kalian membutuhkan makan malam bersama. Okelah, sampai ketemu besok.” Kenzi melambaikan tangannya dan melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Elshaad. Gin balas melambai sekilas kemudian memasuki rumah yang telah ditinggalkannya selama lima tahun. “Gin, sayang, kenapa tidak mengabari jika kau kembali hari ini?” Ana tergopoh-gopoh menyambut putranya setelah mendapatkan kabar dari pelayan. Wanita itu memeluk putra sulungnya dengan sayang. Gin balas memeluk ibunya. “Sebenarnya tadi aku tidak begitu merindukan ibu. Tapi sekarang tiba-tiba aku merasa sangat merindukan ibu.” Ucap Gin dengan nada main-main. Refleks Ana memukul punggung Gin kesal, “Anak tidak berbakti! Beran
Baca selengkapnya
Ban 23: Penguntit?
Kal: [Oke, berhenti membahas Noval. Jika dia tersedak saat makan, aku akan memenjarakan kalian] Hilman: [Kau sudah mulai tak masuk akal. Tidak ada bukti kami membuat Noval tersedak] Kal: [Baiklah, jika begitu maka aku hanya bisa meminta bantuan Seno] Raffa: [Apa ini bawa-bawa Seno? Apa kau pikir dia budakmu?] Kal: [Dia karyawanku] Raffa: [Sial, aku juga ingin memiliki karyawan seperti Seno] Kenzo: [Apakah kalian sedang bersama?] Raffa: [Ya. Aku sedang menumpang mobilnya] Kal: [Ayo berhenti mengobrol, aku akan sampai dihotel] Raffa: [Bukankah kau seharusnya mengantarkan aku dan Juleha pulang?] Kal: [Aku tidak ingin mengantarmu pulang. Penghasut] Hilman: [Ha ha baiklah. Aku akan tidur] Kenzo: [Jika salah satu dari kalian mati, hubungi aku] Raffa: [Tidak punya hati nurani! Ayo jauhi Kenzo!] Setelah menunggu beberapa menit tanpa ada yang membalas, Raffa menoleh pada Kal yang menutup laptopnya. “Ayo jauhi Kenzo mulai sekarang!” Ajak Raffa. Kal menoleh, menatap temannya yang
Baca selengkapnya
Bab 24: Hal Menarik Milik Kal
Kal mengakhiri perekaman iklan di malam hari. Dia masuk ke mobil diikuti Tiwi. Ekspresinya masih terlihat tenang, namun untuk orang yang sehari-hari bersamanya, pasti akan tahu jika Kal tidak dalam suasana hati yang baik. Ketika Doni menginjak pedal gas, dia mendengar suara bosnya berkata, “Urus orang-orang yang menjaga keamanan Raya dan Noval agar lebih berhati-hati. Jangan membuat Raya ketakutan karena merasa seperti dikuntit.” Itu bukan 'seperti' bos! Dia memang dikuntit! Menjadi penjaga dalam kegelapan benar-benar sengsara. Terlalu dekat salah, terlalu jauh juga salah. Doni diam-diam bersimpati untuk teman-temannya yang malang. Tapi suaranya tenang ketika menjawab, “jangan khawatir bos, aku akan menanganinya.” “Apakah ada tanda-tanda gosip Raya muncul lagi di forum manapun?” Pertanyaan ini Kal tujukan pada Tiwi. Wanita itu segera menegakkan punggungnya dan menjawab dengan mantap, “Saat ini bersih.” Beraninya mereka tidak membuat internet bersih dari berita tentang Raya setel
Baca selengkapnya
Bab 25: Jangan Terpaku Pada Kesan Pertama
“Bagaimana?” Tanya Hani ketika Raya baru saja datang ke toko. Raya memandang temannya agak bingung, “Bagaimana apanya?” “Adnan bilang kau diikuti seorang penguntit. Apakah benar?” Ucap Hani setengah berbisik. Raya menggeleng dan berkata pelan, “Sepertinya itu hanya salah paham. Hari ini aku dengan hati-hati dan teliti mengamati sekitar, tapi tidak ada tanda-tanda penguntit.” “Mungkin karena penguntit itu bersembunyi dengan baik?” Duga Hani. Raya menggeleng, “Aku tidak tahu. Mungkin saja begitu. Tapi apa untungnya menguntitku yang miskin?” “Mungkin dia punya pikiran mesum tentangmu?” gumam Hani ragu. Raya meluruskan bibirnya. Tidak tahu harus berkata apa pada imajinasi menakjubkan Hani. “Tidak. Aku tidak merasakan apapun. Aku pikir mungkin itu benar-benar kesalahpahaman.” Hani menghela nafas lega, “itu bagus jika hanya salah paham. Mungkin Adnan hanya terlalu curiga.” Raya mengangguk. Bagus jika seperti itu. Meskipun dia merasa semuanya mungkin tidak seperti yang dia pikirkan.
Baca selengkapnya
Bab 26: Di Ikuti
Melihat Juleha, Noval segera menghampiri Raya dan bersembunyi dibelakangnya. Ingatannya cukup bagus untuk mengenali Juleha sebagai orang yang menakutkan.“Apakah dia takut padaku? Ku pikir aku cantik.” Juleha memegang dagunya bingung.Raya memutar matanya. Sepertinya wanita ini mudah lupa ingatan. “Di mata anak hanya ada baik atau buruk. Cantik tidak masuk kategori.” Raya menggendong Noval dan berjalan ke sebuah pintu lalu membukanya. “Kami tidak pernah menggunakannya. Jadi kau bisa membersihkannya sendiri.”Juleha melongokkan kepalanya melihat ke dalam ruangan. Dia mengerutkan hidungnya dan menatap Raya tak senang.“Aku tamu. Adakah tamu yang membersihkan sendiri? Kau tidak pernah mendengar pribahasa tamu harus dimuliakan?” Protes Juleha.Raya menatap Juleha malas, “jangan meninggikan dirimu, kau bukan tamu disini. Tapi pengungsi.” Ucap Raya tanpa ampun.“Apa kau bilang?! Dari atas ke bawah, bagian mana dariku yang mirip pengungsi?” Tandas Juleha tak terima.Raya lelah. Berdebat den
Baca selengkapnya
Bab 27: Hal Sia-Sia
“Kal, aku belum tahu bagaimana membuat ekspresi untuk beberapa dialog. Ayo berlatih bersama. Kau bisa memberiku petunjuk.” Ucap Niana dengan sikap polos dan antusias.Kal yang saat ini sedang dirias hanya melirik Niana sekilas tanpa mengucapkan satu kata tanggapanpun.Kemarin, Niana datang menggantikan posisi pemeran wanita ke dua yang tiba-tiba mengundurkan diri. Tentu saja Kal tahu bahwa itu semua adalah rancangan Niana. Jika Niana bisa, dia pasti akan menggantikan pemeran utama wanita. Hanya karna pendukung pemeran utama wanita tidak mudah diganggu sehingga dia mundur selangkah dan memainkan peran wanita kedua.Kal tidak bisa mengerti apa yang dipikirkan Niana sampai rela terjun ke dunia yang sama sekali tidak dikenalnya seperti dunia akting.Bukankah penolakannya jelas? Apakah pengabainya tidak cukup? Bagaimana dia masih keras kepala selama bertahun-tahun? Apa dia tidak merasa bosan?Niana yang diabaikan merasa kesal dan malu. Terutama ketika penata rias dan asistennya dengan hat
Baca selengkapnya
Bab 28: Menyanjung
Raya terdiam melihat kata 'kita' pada pesan Kal. Hanya kata sederhana itu membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Mengalirkan terlalu banyak darah ke kepalanya hingga membuat wajahnya memerah dan terasa panas.“Apakah bintang besar ini salah ketik?” Gerutu Raya kesal. Tapi senyuman kecil jelas ditahan olehnya agar tidak merekah. Dia tidak menyangka jika kata sederhana itu memiliki pengaruh yang cukup besar pada hatiny.Raya berkedip beberapa kali. Menatap lama pesan itu. Memikirkan kata untuk membalasnya.[Ya, lain kali kita akan meluangkan waktu. Semangat syutingnya, lakukan yang terbaik.]Setelah mengirimkan kalimat itu, Raya berjongkok dan menutup wajahnya. Aneh. Terlalu aneh buatnya untuk menyemangati orang lain dengan cara seperti itu. Memalukan. Dia jelas bukan lagi gadis muda tapi mengirimkan kata-kata genit seperti itu.Dia tidak ingin memberikan kesan terlalu antusias, tapi juga tidak ingin dipandang terlalu dingin. Pembatasan ini membuatnya kebingungan. Dia tidsk yakin ba
Baca selengkapnya
Bab 29: Sumber Rasa Sakit
“Apa yang kak Gin lakukan disini?” Tanya Juleha. Kota F tidak terlalu jauh dari ibukota. Tapi ini hanya kota kecil. Tidak memiliki daerah cantik yang memukau atau hal menarik layaknya kota pariwisata.Bagi Juleha, sangat aneh bisa bertemu Gin disini. Pria yang sangat mencintai kehidupan gemerlap ini, untuk apa pergi ke tempat yang bisa dikatakan didominasi oleh perkebunan ini?“Mengikuti ajakan teman.” Sahut Gin asal sambil mengangkat bahunya. Lalu dia tertawa ketika menatap Juleha dari atas ke bawah, “apa Raffa tahu kalau kau kabur ke sini hanya untuk mandi lumpur?”“Meskipun dia tahu lalu kenapa? Mandi lumpur bukan termasuk bagian dari dosa seperti yang biasa kakak lakukan?” Juleha mengangkat wajahnya dengan sombong.Gin tertawa hingga bahunya gemetar hebat. Gadis ini masih sangat lucu seperti terakhir kali bertemu. Sebenarnya dia ingin mencoba melihat seperti apa reaksinya jika berada dibawah paksaan tubuhnya. Apakah masih akan memiliki mulut tajam dan beracun? Atau justru menangi
Baca selengkapnya
Bab 30: Mengadu
Keheningan diseberang sana membuat Kal gugup. Bagaimana jika Raya bertanya kenapa dia tahu keberadaannya? Apakah dia harus berkata jujur tentang menempatkan bodyguard disekitar wanita itu? Tapi bagaimana jika Raya marah? Atau... dia berbohong saja?Kal yang selalu tegas tanpa banyak kebimbangan baru merasakan apa yang disebut dengan dilema. Meski dia kesal pada dirinya yang seperti ini, pada akhirnya dia hanya bisa menghela nafas tak berdaya.Dia memutukan untuk melihat bagaimana sikap Raya terlebih dahulu.“Baiklah, aku akan pulang.” Terdengar suara Raya. Lembut dan terkesan lelah.Kal tidak yakin psikologi seperti apa yang dimiliki Raya saat ini, kekhawatirannya hanyalah omong kosong. Wanita itu bahkan tidak bertanya bagaimana dia tau tentangnya. Tapi seperti ini juga bagus.“Tunggu ditepi jalan, aku sudah memesankan taksi untukmu.” Ucap Kal. Kemudian dia menambahkan dengan lembut, “jangan khawatir, kau aman bahkan ketika menunggu ditepi jalan.”Hening lagi diseberang sana. Mungkin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status