All Chapters of Istri Pengganti Tuan Muda: Chapter 71 - Chapter 80
104 Chapters
Bab 71 : Permintaan Maaf Juwita
Mata Delisha tak henti memandang jalan. Matanya berbinar-binar. Pikirannya masih bercabang ke mana-mana, ia memikirkan tentang apa keputusan dari mertuanya, Emran, yang akan memberi tahu kepada setiap orang tentang siapa dirinya.Tak terbayangkan baginya bahwa mertuanya, Emran, akan mengubah pendiriannya begitu cepat. Kini, ia dapat bernapas lega karena Emran dan Arumi telah menerimanya sepenuh hati.Delisha begitu bahagia mendengar semua itu, ia tak menyangka bila mertuanya itu akan berubah secepat itu, wanita yang berambut panjang sebahu itu begitu bersyukur, akhirnya, mertuanya, Emran dan Arumi sudah mau menerimanya.Lamunan Delisha terhenti, ketika Rey menyentuh tangannya. Delisha terkesiap seketika. Wanita itu membalas tatapan Rey dengan senyuman yang begitu manis terukir di wajahnya."Kamu kenapa? Dari tadi melamun terus?" tanya Rey seraya menyelipkan anak rambut ke belakang daun telinga Delisha."Aku masih kepikiran tentang perkataan Papa, Rey.""Kamu jangan terlalu banyak berp
Read more
Bab 72 : Kebenaran yang Terungkap
"Siapa, Bi?" tanya Jonathan, mengangkat alisnya dengan rasa ingin tahu."Ada den Daffa, Tuan," ujar Asisten tersebut dengan ramah."Selamat sore, Tante, Om," sapa Daffa dengan senyuman hangat yang sudah terukir di wajahnya.Semua orang di ruangan itu memutar kepala mereka ke arah datangnya Daffa, termasuk Rey dan Delisha. Seketika kedua bola mata Rey melebar, ia terperangah melihat sosok lelaki tersebut. Ia benar-benar shock, ketika ia mengetahui siapa yang ada di hadapannya kini.Namun, tidak dengan Bella, wanita itu tersenyum melihat Daffa dan begitu sangat bahagia ketika melihat kekasihnya itu yang datang."Daffa," gumam Bella.Daffa tersenyum, mata dan senyumnya penuh dengan kehangatan ketika melihat ke arah yang lainnya. Namun, ketika ia baru menyadari ada Rey juga di sana, seketika jantungnya berhenti berdetak. Napasnya terasa sesak, dan ia merasa sulit menelan air liurnya. Lelaki itu tak menyangka bahwa ia akan bertemu dengan Rey di sini.Rey, yang melihat Daffa, merasa amarahn
Read more
Bab 73 : Penyesalan Bella
"Kenapa kamu diam saja?" Bella menarik erat kerah baju Daffa dengan tangan yang sudah bergetar. Matanya memancarkan rasa putus asa. "Ayo katakan! Semua yang dikatakan Rey itu tidak benar, kan? Ayo jawab?!" desak Bella dengan nada yang memaksa, mencoba untuk mendapatkan jawaban dari Daffa yang terdiam. Ia ingin mendengar klarifikasi dari kekasihnya, berharap bahwa semua tuduhan itu hanyalah kesalahpahaman saja.Daffa menundukan pandangannya, tak mampu memandang mata Bella. "Maafkan aku," ucap Daffa dengan suara terdengar serak. Lelaki itu merasa sangat malu dan menyesal. Ia tidak mampu memandang mata Bella, karena ia merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi.Kata-kata itu terlontar dari bibirnya dengan penuh penyesalan yang mendalam atas perbuatannya. Ia menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan besar dan merasa sangat menyesalinya."Kenapa kamu minta maaf?" Bella bertanya dengan suara penuh kecewa, tatapannya memancarkan rasa sakit dan kekecewaan yang mendalam."Semua yang dik
Read more
Bab 74 : Meyakinkan Delisha
"Ma, Bella menyesal. Andai saja dulu Bella tidak kabur di hari pernikahan Bella dengan Rey, mungkin Bella tidak akan sesakit ini, mungkin juga sekarang Bella sudah bahagia dengan Rey," gumam Bella lirih.Deg!Mendengar kata-kata Bella, Delisha merasa dadanya sesak. Ia tidak mengerti mengapa Bella bisa berpikir seperti itu.Kenapa Bella berkata seperti itu?Senyum tipis melintas di wajah Delisha, meskipun hatinya hancur mendengar perkataan Bella. Ia mencoba mengumpulkan kekuatan untuk menjawab dengan bijak. "Bella, tidak ada salahnya merasa menyesal atau memikirkan bagaimana jika segala hal terjadi dengan cara yang berbeda. Tetapi kamu harus ingat, apa yang terjadi padamu sudah berlalu. Kini, kamu harus fokus pada masa depanmu dan mencari kebahagiaanmu sendiri."Bella mengangkat kepalanya dan bertatap langsung dengan mata Delisha. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan betapa dalam rasa sesalnya. "Delisha, aku benar-benar menyesal. Aku menginginkan kebahagiaan yang seharusnya menj
Read more
Bab 75 : Kembalinya Erlangga
"Maafkan aku, Rey. Aku hanya takut bila kamu masih mencintai Erlin," gumam Delisha dengan suara lirihnya.Rey melihat lekat ke arah Delisha, lelaki itu berusaha meyakinkan istrinya, bahwa dihatinya kini sudah tidak ada Erlin, hanya ada Delisha seorang. "Apa yang harus aku buktikan agar kamu bisa percaya sama aku, kalau di dalam hatiku cuma ada kamu seorang Delisha?" tanya Rey.Delisha mengangkat lemah pandangannya, melihat pada suaminya, Rey, yang tengah berdiri di depannya. Ia menatap mata Rey dengan cermat, mencari tanda-tanda kejujuran di balik kata-katanya. "Rey, bukan soal bukti fisik, tapi tentang keyakinan dan perasaan," ucapnya pelan. "Aku butuh waktu untuk mempercayaimu sepenuhnya. Tapi, tolong pahami, rasa takutku."Rey merasa getaran emosi dalam suara Delisha, dan dia menyadari bahwa membangun kembali kepercayaan membutuhkan kesabaran dan pengertian. "Aku mengerti, Delisha. Aku akan selalu berusaha membuktikan cintaku padamu dengan tindakan dan kesetiaan," janji Rey, matan
Read more
Bab 76 : Keputusan Rey
Eugh!"Brengsek!"Erlin memegang surai panjangnya, hawa dingin mengepul di sekitarnya, raut wajahnya mencerminkan amarah yang tak terbendung. Ia menyesali lelaki yang seharusnya menjadi pelindung dan penyayangnya. Namun, justru meninggalkannya tanpa alasan yang jelas. Sekarang, lelaki itu kembali, membawa wanita yang ia katakan sebagai istrinya. Perasaan Erlin tercampak, perasaan kecewa dan terpukul oleh ayahnya yang telah merusak dan mengacaukan hidupnya.Erlin duduk di tepi ranjang, tatapannya kosong memandang ke dalam jauh. Dia merenungkan segala yang telah terjadi, membiarkan emosi-emosi yang berkecamuk dalam dirinya menemukan jalan keluar."Ayah," gumamnya pelan, suaranya penuh dengan kesedihan dan kekecewaan. "Apa yang kau lakukan padaku? Mengapa kau memilih untuk menghancurkan segalanya?"Dia menatap benda-benda di atas meja dengan tatapan kosong. Setiap sudut apartemen ini, setiap benda, semuanya menyiratkan kenangan yang pernah indah. Namun sekarang, semuanya terasa hambar, d
Read more
Bab 77 : Kegigihan Erlin
Suara langkah sepatu memasuki MD Corporation. Dengan langkah tegaknya, Rey memasuki kantor megahnya, bangunan tinggi yang mencerminkan kejayaan perusahaannya.Tak lupa pula, Rey memakai setelan jas abu-abu terang yang pas dengan sempurna pada tubuhnya yang atletis. Jas tersebut disempurnakan dengan dasi sutra warna biru muda yang dibuat sedemikian rapi, mencerminkan kecermatannya dalam segala hal. Di pergelangan tangannya, ia mengenakan jam tangan mewah yang mengkilap, menjadi sentuhan akhir dari penampilannya yang serba rapi.Rey melangkah dengan percaya diri melalui lorong kantor yang ramai, tatapannya tetap fokus pada tujuannya. Setiap orang yang melihatnya tak bisa menghindari untuk tertunduk patuh di hadapan kehadiran sang CEO. Beberapa di antaranya mengucapkan selamat pagi dengan suara lembut yang penuh penghormatan. Tak bisa dipungkiri, kehadiran Rey sungguh mengesankan. Raut wajahnya yang tegas, postur tubuhnya yang tegap, semuanya memancarkan aura kepemimpinan yang kuat. Set
Read more
Bab 78 : Pembalasan Delisha
Erlin melangkah maju mendekati Rey dengan hati yang berdebar. Ketika ia sudah berada di depan Rey, ia berbicara dengan suara lembut yang dipenuhi penyesalan, "Rey, aku menyesal, aku tidak punya siapa-siapa lagi selain kamu, Rey."Tiba-tiba, emosi Erlin tak terkendali, Erlin memeluk Rey dengan erat. Isakan tangisnya memenuhi ruangan, menggambarkan rasa sakit yang begitu mendalam. Setelah beberapa saat, dengan suara yang serak karena emosi, ia berkata, "Aku mencintaimu, Rey. Sampai kapan pun aku selalu mencintaimu."Di pintu, Delisha memandang pemandangan itu dengan hati yang berdegup tak teratur. Wajahnya merona merah, dipenuhi oleh rasa marah dan kecewa yang tak terukur. Ia seakan terdorong untuk masuk dan mengakhiri momen ini. Namun, hatinya memberinya peringatan untuk tetap di tempatnya.Ketika Rey merasa bila ada seseorang di depan pintu. Tatapannya beralih cepat ke arah pintu, ternyata ia melihat keberadaan istrinya yang berada di ambang pintu."Delisha," gumam Rey lirih.Rey deng
Read more
Bab 79 : Perhatian Arumi
Delisha menatap Rey dengan tatapan tulus. "Wanita mana yang tidak marah bila melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain, Rey," ujar Delisha dengan suara yang jujur. Namun, juga penuh dengan kekesalan. Ia ingin Rey mengerti betapa pentingnya kepercayaan dan komitmen dalam sebuah hubungan.Rey merasakan kehangatan dari kata-kata Delisha. Ia meraih tangan istrinya dengan lembut. "Aku minta maaf, Sayang. Aku akan memastikan bahwa hal seperti ini tidak terjadi lagi. Aku juga tidak tahu mengapa Erlin memeluk aku dengan tiba-tiba."Delisha menghembuskan napas kasarnya, entah bagaimana ia harus bersikap. Erlin selalu saja mengganggu Rey, itu yang membuatnya tak suka.Rey dengan lembut menyelipkan sehelai anak rambut Delisha ke belakang daun telinga istrinya. "Sayang, besok kita akan pergi ke butik," ujarnya dengan suara lembut.Delisha menatap Rey dengan rasa ingin tahu. "Untuk apa, Rey?"Rey tersenyum penuh semangat. "Kita akan fitting baju, karena besok lusa acara ulang tahun perusahaan
Read more
Bab 80 : Boxer Sincan
"Morning, Sayang," sapa Delisha dengan suara lembut, tersenyum hangat ketika melihat Rey yang baru terbangun di sampingnya.Rey membalas sapaan itu dengan senyum manis. Ia meraih tangan Delisha dan menciumnya dengan penuh kasih sayang. "Morning," ujarnya dengan suara hangat, mengisi kamar dengan kehangatan cinta di antara mereka."Ayo bangun, kamu mandi dulu, aku akan buatkan sarapan untuk kamu," ujar Delisha dengan pelan, menyingkap selimut untuk mengajak Rey bangun. Namun, ketika ia hendak turun dari tempat tidurnya, Rey segera menahan tangannya."Tidak perlu, kan ada Bi Yanti. Biar dia saja yang menyiapkan sarapan," sela Rey, mencoba untuk mengurangi kerepotan Delisha.Delisha memandang Rey dengan penuh kehangatan. "Tapi aku ingin memanjakan suamiku hari ini. Biar aku yang menyiapkan sarapan untukmu."Rey tersenyum, merasa beruntung memiliki Delisha di sisinya. "Baiklah, Sayang. Aku akan menunggu sarapan spesial dari istriku tercinta." Mereka berdua tersenyum satu sama lain, merasa
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status