All Chapters of Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam: Chapter 141 - Chapter 150
186 Chapters
Bab 141. Apa Maksudmu?
Zayden lalu menyendoki makanan yang sudah dia siapkan untuk Aara dan menyuapkannya padanya. “Enak?” tanyanya. Aara terdiam, mencoba mengunyah makanan itu. Satu kunyah, dua kunyah. Wajahnya sudah memucat setelah melakukan dua kali kunyahan pada makanan itu. Dan tanpa bisa dia tahan lagi, Aara pun menyemburkan makanannya. Bbbrrrrrhh! Dia mengeluarkan semua makanan yang tadi berada di mulutnya, dia lalu mengelap mulutnya dan melihat kembali kepada Zayden. Namun ... “Hah!” Aara terkejut, dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya saat matanya itu melihat hal yang seharusnya tidak terjadi. Ya, makanan yang dia semburkan tadi, mengenai wajah Zayden yang memang berada di depannya. Aara terkejut bukan main, dia melihat Zayden yang menutup matanya karena semburan makanannya. “Ma-maafkan aku, aku ... aku tidak sengaja. Aku akan bersihkan.” Aara mengambil tisu yang ada di sampingnya dan membersihkan wajah Zayden dengan sebersih mungkin. Namun, tangannya yang tengah membersihkan wajah Zayden
Read more
Bab 142. Mengantar Aara
Aara menatap jauh pada bola mata cokelat milik Zayden, mencari alasan yang tepat kenapa dia bisa sampai seperti ini bahkan sampai mengeluarkan air matanya.“Jawab Aara! Setakut itukah kau padaku, dan sebenci itukah kau padaku. Aku benar kan, tidak ada niat sama sekali dalam dirimu untuk mempertemukanku dengan anakku?!”“Kau bertanya kenapa aku ada di sana, dan kau pikir aku sedang mengantarkan wanita lain memeriksa kandungan! Aku hanya bisa memberikanmu satu jawaban, aku tidak pernah mengantarkan siapa pun. Tidak pernah!” tegasnya.Zayden berbalik, kenapa hatinya terasa sakit. Dia tahu Aara seperti itu karena sikapnya dulu yang sekejam iblis, dia bahkan telah menghabisi ayahnya dan secara tidak langsung membuat ibunya juga meninggal. Dia juga sudah menghancurkan hidupnya. Sikap bencinya ini, memang pantas dia dapatkan. ‘Tapi, kenapa hatiku sesakit ini,’ batinnya.Zayden menyeka air matanya, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Aara yang masih diam mematung di tempatnya.Clakkk!
Read more
Bab 143. Rasa Bahagia Zayden
Saat masuk ke dalam rumah sakit, Aara mengedarkan pandangannya. ‘Ini bukan rumah sakit yang waktu itu. Ini rumah sakit milik dokter David, tapi ....’ Aara menoleh ke arah Zayden yang berjalan di sampingnya, dia memperhatikan tangannya yang digenggam erat oleh Zayden, juga ekspresi Zayden yang begitu tenang, seakan tidak terjadi apa pun. Padahal, baru saja dia mengeluarkan air mata di hadapannya dan seperti melampiaskan semua isi hatinya.'Kenapa waktu itu dia datang ke rumah sakit City? Kenapa dia berada di depan ruang pemeriksaan kandungan dan berdampingan dengan Serira, dan waktu itu bukankah dia berbicara dengan dokter, aku memang tidak tahu apakah yang berbicara dengannya waktu dokter kandungan atau bukan. Tapi melihatnya berbicara di depan ruang pemeriksaan kandungan, bukankah seharusnya dokter itu adalah seorang dokter kandungan? Tapi, kenapa dia bilang dia tidak pernah mengantarkan Serira memeriksakan kandungan, apa maksudnya itu. Aku sungguh tidak mengerti,' batinnya.“Aku s
Read more
Bab 144. Sesuatu yang Harus Diselesaikan
Glek!Aara menelan salivanya berkali-kali, dia juga terus menatap Zayden yang saat ini tengah menyetir mobil. Aara masih memikirkan ucapan Zayden pada dokter tadi. Dia masih tidak mengerti, kenapa Zayden menanyakan hal itu, apa sungguh karena dia ingin meminta jatah padanya. Apa dia akan memaksanya lagi seperti dulu? Pikirnya.Kedua tangan Aara sudah terpaut satu sama lain saat ini, terlihat juga remasan-remasan pada kedua tangannya itu. 'Aku harus bagaimana, jika dia nanti meminta haknya? Dan juga, bagaimana jika dia memaksaku untuk tetap melakukan hal itu. Tapi, dia tidak akan memaksa dan bertindak kasar, kan. Karena saat ini aku sedang mengandung calon anaknya, bukankah ucapan dokter tadi juga sudah jelas. Bahwa hal itu tidak boleh dilakukan dengan berlebihan atau bahkan terlalu kuat. Karena ini semua demi keselamatan bayi di dalam kandunganku,’ batinnya.Zayden yang mengetahui bahwa Aara dari tadi terus menatap padanya pun, hanya tersenyum diam-diam. Dia juga tahu bahwa sebenar
Read more
Bab 145. Apakah Seperti Itu?
Zion mengepalkan tangannya, apakah saat ini dia tidak salah lihat. Wanita itu, dia sungguh Fara.“Tuan, apa Anda ingin masuk?”Zion tersadar, kala suara direktur Hadi terdengar olehnya.“Tidak, ini sudah cukup,” jawabnya. Dia lalu berbalik, melangkah pergi dari sana.Di sela-sela langkah kakinya itu, dia masih merasa tidak percaya jika keadaan Fara akan menjadi seperti ini.“Anda akan pulang sekarang, Tuan?”Zion mengangguk.Ken pun mengerti, dia lalu mengikuti tuannya itu dari belakang.Zion lalu masuk ke dalam mobilnya, tampak Ken yang menutup pintu mobilnya setelah memastikan Zion sudah masuk ke dalam. Dia kemudian membuka pintu bagian kemudi dan juga masuk.Mesin mobil pun sudah terdengar menyala, dan mulai bergerak maju meninggalkan area rumah sakit.Di perjalanan pulang, Zion tampak hanya terdiam menatap keluar kaca jendela mobilnya.Dia kembali mengingat keadaan Fara yang tidak pernah dia duga sebelumnya. Fara, sahabat sekaligus istri dari mendiang sahabatnya itu. Di
Read more
Bab 146. Tidak Seperti yang Dipikirkan dan Dendam yang Besar
Zayden tampak berjalan masuk ke dalam mansionnya sembari berbicara dengan seseorang melalui seberang telepon.“Kau sudah mengaturnya?”“Sudah Tuan, besok Anda bisa langsung ke sana,” jawab orang dari seberang telepon yang tak lain adalah Sam.“Bagus.” Setelah itu sambungan pun terputus, Zayden tampak begitu puas dengan hasil pekerjaan dari Sam. Dia memperlebar langkahnya untuk segera sampai ke tempat tujuannya saat ini.Ceklek!Zayden membuka pintu berwarna putih itu, matanya langsung tertuju pada sosok Aara yang saat ini tengah duduk di sofa.Aara juga tampak menoleh kala dia mendengar suara pintu kamarnya yang terbuka itu.Dia langsung hendak berdiri, namun Zayden langsung menahannya.“Tidak usah, duduk saja. Kenapa kau harus membuat dirimu sendiri sulit,” ucapnya yang berhasil membuat Aara hanya menatapnya sambil kembali duduk di sofa.Zayden juga terlihat duduk di sana, dia melihat Aara dan berniat menyampaikan sesuatu.“Apa aku terlalu lama?” tanyanya yang mencoba untuk
Read more
Bab 147. Kelas Ibu Hamil
“Kau sudah siap?” tanya Zayden yang masuk ke dalam kamar Aara.Dia terdiam, kala melihat Aara yang sepertinya memang telah menyelesaikan persiapannya.Tanpa sadar, netranya itu bergerak dari bawah ke atas menatap penuh kagum pada Aara saat ini.Bagaimana Aara bisa begitu cantik, dress selutut berwarna biru langit itu sangat cocok dengan kulitnya yang putih.“Aku sudah siap,” ucap Aara menjawab Zayden.Namun, Zayden tidak menggubris. Tatapan dan pikirannya itu masih tetap tertuju pada Aara.Aara mengerutkan alisnya, dia tidak tahu kenapa Zayden hanya diam.“Tuan Zayden,” ujarnya. Dan akhirnya sukses menyadarkan Zayden. Dia terkejut karena Aara tiba-tiba sudah berada begitu dekat dengannya.“Saya sudah siap,” ucap Aara lagi.“Oh, ka-kalau begitu kita berangkat sekarang,” ucap Zayden.Aara pun mengangguk, tampak Zayden yang berjalan lebih dulu, lalu disusul Aara di belakangnya.Dalam perjalanan mereka menuju lantai satu, Aara tampak terus menatap Zayden yang berjalan di depann
Read more
Bab 148. Bagaimana Kau Bisa Ada Di Sini?
Zayden dan Aara tampak berjalan bersama masuk ke dalam mansion, mereka lalu menaiki anak tangga dan terus melanjutkan langkah mereka untuk menuju kamar.Sesekali Zayden menoleh ke arah Aara yang ada di sampingnya, dia tersenyum karena merasa begitu senang. Dia belum pernah merasakan perasaan ini sebelumnya, jadi. Apakah seperti ini rasanya akan menjadi seorang ayah. Rasanya hatinya berdetak dengan sangat cepat.Dia mengingat bagaimana di kelas ibu hamil tadi, saat dia menggendong sebuah boneka bayi. Tanpa sadar, dia hampir saja meneteskan air mata karena perasaan yang tidak bisa dia ucapkan dengan kata-kata. Tangan dan kakinya juga tiba-tiba bergetar, rasanya begitu aneh. Tapi dia tidak membencinya, sebaliknya dia justru sangat menyukainya.Drrrtt drrtt!Zayden terkejut sendiri saat merasakan ponselnya itu yang bergetar, dia pun mengambilnya dan melihat ada sebuah pesan dari papanya.[Zay, ada masalah besar. Mamamu bilang dia akan ke rumahmu.]Deg!Mata Zayden membesar kala mem
Read more
Bab 149. Rahasia yang Akhirnya Diketahui
Sebuah mobil mewah berwarna hitam tampak melaju di sebuah jalanan raya yang terbilang cukup sepi.Di dalam mobil itu tampak Aara dan Aland yang duduk di saling berdampingan.Aland yang sedang menyetir itu terlihat melirik pada Aara yang saat ini hanya diam menunduk dengan jari-jari tangannya yang saling terpaut satu sama lain.“Kenapa? Apa kau menyesal ikut denganku, atau kau sedang memikirkan orang-orang di mansion Zayden?”Aara tidak menjawab, karena sebenarnya dia cukup menyesal ikut dengan Aland. Dia tidak tahu, apa yang Aland rencanakan. Tapi, dia juga penasaran dengan kebenaran yang Aland coba tunjukkan padanya. Terlebih, ini mengenai Zayden.“Jika kau menyesal, itu tidak ada gunanya. Karena kita sudah berada di tengah jalan. Dan jika kau khawatir dengan kebakaran itu. Kau tenang saja, aku tidak sejahat Zayden yang akan menghilangkan nyawa orang begitu saja. Itu hanya kebakaran tipuan untuk memecah konsentrasi mereka. Agar aku bisa masuk ke sana dan menemuimu,” jelasnya.M
Read more
Bab 150. Aku Tidak Akan Pernah Membiarkanmu Meninggalkanku!
Melihat Aara yang berhadapan dengan mamanya itu membuat pikiran Zayden langsung tertuju pada sesuatu yang sudah dia sembunyikan dari Aara. Apakah, Aara sudah mengetahuinya. Apakah mamanya tanpa sengaja mengatakan hal yang selama ini dia takutkan. Menyadari itu, Zayden pun kembali melangkahkan kakinya menghampiri tempat dimana Aara dan mamanya berada. Dia harus memastikan, apakah benar Aara sudah mengetahuinya atau belum. “Aara,” panggilnya. “Kau, ada di sini? Kenapa kau tidak memberitahuku?” Aara tidak menjawab, dia hanya menunduk. Entah kenapa setelah mendengar suara Zayden, membuatnya tersadar dan rasa sakit di dalam hatinya ini semakin terasa. “Aara?” panggil Zayden lagi, entah kenapa diamnya Aara saat ini membuat perasaan takut itu menjadi semakin besar. Sementara Alya terlihat menunjukkan raut kebingungan. Dia tidak tahu, tapi kenapa suasana saat ini menjadi begitu tegang. Secara perlahan, Aara terlihat mulai mengangkat wajahnya. Dia menatap Zayden dengan bola mata hitamnya
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
19
DMCA.com Protection Status