Все главы Takdir Yang Membawamu: Глава 11 - Глава 20
94
11. Lelah Diri Lelah Hati
Perlahan, aku pun menoleh ke arah suara yang kurasa sedang memanggil namaku tadi. Ternyata Bu Fatimah saat ini sudah berdiri di belakangku. Wanita yang terlihat sangat anggun dan berwibawa itu mengenakan setelan baju kebaya berwarna coklat susu yang dihiasi manik-manik emas di sekelilingnya. Wanita yang merupakan istri dari seorang Perwira polisi itu selalu saja tampil mempesona di setiap acara apapun. Karena memang wajahnya masih begitu ayu di usianya yang sudah menginjak kepala empat."Maafkan saya ya, Ra. Maaf kalau saya merepotkan kamu dn juga Ibumu. Terimakasih yo, Nduk. Kamu sudah mau membantu disini. Ini tadi kok yang tadinya mau bantu-bantu tiba-tiba aja telepon kalau nggak bisa datang," ucap Bu Fatimah dengan senyum yang menghiasi wajahnya."Iya, Bu. Tidak apa-apa," jawabku.Setelah menyapaku sebentar, Bu Fatimah pun berlalu untuk menyambut tamu-tamu nya yang akan datang. Sedangkan aku kembali melanjutkan pekerjaan untuk menyusun makanan pada meja prasmanan.Para tamu mulai b
Читайте больше
12. Siapakah Dia?
"Oh ... iya, Mbak. Tolong sampaikan rasa terimakasih saya kepada Bu Fatimah ya, Mbak. Karena memang hari sudah siang, tolong sampaikan juga permintaan maaf saya kepada beliau karena tidak sempat berpamitan," ucapku ramah. Bukan karena tidak sempat, namun aslinya Bu Fatimah dan Bu Ratna pada saat ini masih berbincang berdua di sana. Nggak mungkin kan aku mendekat kalau hanya untuk dijadikan bahan hinaan."Kinara!" Kutoleh ke samping ke arah suara yang memanggil namaku. Dia yang di sana berjalan mendekat ke arahku."Ra, biar aku antar kamu pulang, ya," pinta Deva. pada saat ini tentu saja aku merasa sangat terkejut mendengar Deva menawarkan diri untuk mengantarkan ku pulang. Edan ini, bener-bener udah nggak waras."Nggak usah! Aku dianter sama Pak Karto pulangnya. Tolong Kamu menyingkir lah, dan jangan deket-deket aku lagi, Va," tolak ku."Kenapa, Ra? Apa karena kamu takut sama ibu dan juga Vanya?" tanya Deva padaku."Takut? Aku itu bukannya takut sama ibu atau calon istrimu itu, Va. Aku
Читайте больше
13. Dialah Sang Penyelamat
"Setelah Pak Budi menyelamatkan nyawa Papa dari tindakan bodohnya itu. Papa merasa sangat berhutang nyawa pada beliau, terlebih lagi keluarga kami. Bagaimana jadinya hidup kami jika pimpinan keluarga kami pergi dengan meninggalkan hutang yang begitu besar.""Pak Budi datang ke dalam keluarga kami sebagai sang dewa penyelamat. Tanpa pikir panjang, beliau langsung menawarkan bantuan kepada Papa. Beliau rela memberikan tabungannya untuk membantu Papa saya membayar hutang-hutangnya. Dengan ditemani oleh beliau, Papa melunasi hutangnya satu persatu.Beliau juga memberikan sedikit bantuan modal kepada Papa saya untuk menjalankan kembali usahanya dari sisa tabungan yang dimilikinya pada saat itu, Bu. Hingga pada akhirnya usaha ayah bisa kembali bangkit kembali dan terus berjalan sampai sekarang saya yang meneruskannya, Bu." Terang Arjuna panjang lebar.BRUGGH!!Arjuna langsung jatuh dan bersimpuh di kaki ibu sebagai tanda permintaan maaf dan juga rasa penyesalannya. Aku yang sedari tadi mende
Читайте больше
14. Rahasiaku terbongkar!
"Bu, Nara pamit dulu ya," ucapku pada ibu yang masih berada di ruang tamu."Iya, hati-hati di jalan ya, Nduk," jawab ibu.Lalu Arjuna berdiri dari duduknya dan mencium tangan ibuku dengan takzim. Dia lantas mengekor di belakangku. Di depan sana kulihat ternyata Reni sudah menunggu di depan, tepat di samping mobil Arjuna."Budhe, Reni ikut Nara jalan-jalan Nara, ya," pamit Reni kepada ibu. memang gadis ceria itu sudah menganggap ibuku seperti ibunya sendiri. Aku yang melihat kekonyolannya hanya bisa menepuk jidat dan menggelengkan kepala.Ceklak!Arjuna kemudian membukakan pintu mobil untukku. Dia lalu mempersilahkan aku untuk duduk di kursi depan tepat di sampingnya. Sedangkan Reni duduk di kursi belakang. Mobil itu pun mulai melaju perlahan meninggalkan debu yang berterbangan."Ra, ya Allah aku lupa semalam mimpi apa. aku bener-bener nggak ngira kalau sekarang bisa merasakan jadi orang kaya, Ra. Aku bisa naik mobil mengkilat kayak gini, Ra. Kamu juga merasa kayak gitu nggak, Ra?" ta
Читайте больше
15. Sebuah Keajaiban
"Kenapa?" Tanyaku kemudian menoleh ke arahnya setelah Arjuna mengatakan akan bahwa dirinya akan tinggal cukup lama di desa kami.Eem ... Akhirnya ada yang menyahut juga nih," sindir Reni sembari melirik ke arahku."Ah ... tobaaaat tobat. Lama lama aku bisa menjadi diabetes jika dia selalu tersenyum manis saat menatapku," batinku sesaat ketika melihat Arjuna tersenyum menatapku."Itu karena kebetulan saya sedang ada proyek kerja yang harus saya selesaikan di daerah sini. Pada saat ini, saya sedang mengerjakan proyek pengerjaan resort dan restoran yang akan berdiri di dekat batas kota," jawab Arjuna dengan mengusuk pucuk kepalaku."Lah, meleleh nanti dia Om kalau di usuk-usuk kayak gitu," ucap Reni. Refleks ku injak ujung kakinya dengan sepatu yang aku kenakan."Aaww, sakit dong, Ra," Pekiknya tertahan dengan bibir yang sedikit meringis."Ternyata kamu menyimak juga apa yang kami bicarakan, Ra." ucap laki-laki disebelahku ini.Iya, memang diam-diam aku mendengarkan obrolan mereka berdua
Читайте больше
16. Menjadi Buah Bibir
Aku masih saja terus terdiam dan berdiri di tempat ini seperti orang yang linglung, tersentak kaget saat Reni tiba-tiba saja menarik tanganku. Aku yakin sekali kalau sebenarnya dia sudah tidak sabar saat Arjuna mengatakan jika akan mentraktirnya makan masakan padang kesukaannya.Aku yang pada saat ini masih terbengong bengong hanya menurut saja saat Reni mengajakku berjalan memasuki mobil Arjuna yang sudah terparkir."Ah akhirnya makan juga," ucap Reni saat piring makanan yang penuh dengan lauk itu sudah tersaji di hadapannya.Pada akhirnya kami pun makan bersama di sebuah restoran Padang tak jauh dari Bank berada.***Saat Kinara dan juga Bu Wati sedang merasa seperti habis kejatuhan durian runtuh, karena kedatangan Arjuna yang tiba-tiba saja untuk membayar semua hutang-hutang orang tuanya. Hal yang sebaliknya justru sedang menimpa kepada keluarga Bu Ratna sekarang.Pada awalnya, Bu Ratna berusaha untuk mengabaikan cerita dan aduan dari Bi Inah tentang apa yang terjadi pada Bu Ratna d
Читайте больше
17. Rejeki yang Tak Terduga
Setelah Selesai dengan urusan perutnya, Arjuna mengantarkan ku dan juga Reni untuk segera pulang. Setelah menjelaskan beberapa hal kepada ibu, Arjuna kemudian berpamitan untuk pulang.[Eh, ya enggak pulang ding, karena dia hanya akan kembali ke hotel yang ada di pusat kota ini. Perlu jarak tempuh sekitar satu jam dari resort yang sekarang sedang dikelolanya]."Lah, Nak Juna mau balik ke Jakarta ini? tanya ibu."Eh, mungkin besok, Bu. Untuk sekarang saya akan pulang ke hotel terlebih dahulu, hehe," jawabnya dengan tawa renyah di akhir kalimatnya. Setelah itu, Arjuna mengatakan kepada ibu jika ia akan segera mencari rumah di daerah sini untuk mengurus project pembangunan resort dan restorannya.Setelah mobil Arjuna terlihat berlalu dari halaman rumah, laksana Gundala si manusia petir Reni langsung melesat cepat berlari dari rumahnya. Dengan sangat cekatan ia melompati tembok pembatas rumahnya yang biasa untuk kamu duduk bersama itu hanya dengan sekali lompatan saja. Tanpa toleh kiri kana
Читайте больше
18. Kalang Kabut
"Bagaimana ya Bu ...""Umur Nara juga sudah tua ini, mau melanjutkan kuliah juga udah nanggung, Bu. Mendingan Nara cari kerja aja," jawabku."Lah, belum genap dua puluh tiga kok yo sudah bilang tua to, Nduk. Belum tua itu. Nggak ada istilah terlambat untuk belajar. Banyak juga yang sudah berusia tiga puluh atau empat puluh tahun yang masih berkuliah. Selalu ada kesempatan jika kamu mau mengejar cita-cita," papar ibuku yang super super sabar ini. Aku kembali bungkam dan tak berani lagi berkata-kata.Sebenarnya di dlm hatiku ini, aku juga masih ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sedari aku kecil, aku selalu berkeinginan untuk menjadi seorang dokter. Bagiku, di usia yang masih begitu kecil profesi seorang dokter adalah profesi yang keren dan ku anggap bisa menghasilkan banyak uang. Karena sekali suntik pasien saja pasti kantong langsung berbunyi klunting.Namun semua itu hanya menjadi angan semata. Karena memang keterbatasan ekonomi, aku harus memupus semua angan ku untuk bi
Читайте больше
19. Pasangan Demit
Pagi ini mentari mentari masih malu-malu untuk menyapa. Pagi hari masih terlihat sedikit gelap. Dengan dinginnya hembusan embun pagi Ibu mengajakku untuk berangkat lebih awal ke pasar. Itu karena nanti akan ada pemasok sayur untuk dagangan baru."Nduk, nanti kamu antar ibu saja, terus habis itu coba kamu mulai cari-cari ruko dipinggir jalan seperti yang kamu mau kemarin. Jemputnya ibu nanti agak siangan saja nggak apa-apa kalau kamu sudah selesai," ujar Ibu."Siap Bu komandan!" Ku posisikan tanganku layaknya prajurit yang sedang memberi hormat kepada seniornya. Eh, malah kena toyor ibu ini kepalaku.Pagi-pagi sekali tepat setelah sholat subuh aku langsung mengantarkan ibu pergi ke pasar, sesuai dengan apa yang Ibu minta. Pemasok sayur datang saat aku baru memulai menata beberapa sayur di lapak kecil yang telah tersedia. Aku benar-benar menunggu sampai pemasok sayur tersebut selesai dengan kegiatannya. Baru setelah semuanya beres, aku berpamitan pada ibu untuk melakukan perintahnya. Aku
Читайте больше
20. Sebuah Tragedi
"Dug dug dug," hatiku berdebar kencang, terdengar semakin kacau seperti balon hijau yang akan meletus."Hah," mataku terbelalak, rasa hatiku serasa tak percaya dengan apa yang kulihat saat ini. Kukira Bu Ratna akan mendatangi dan melabrak kami seperti sebelum-sebelumnya. Tapi ternyata apa yang ku pikirkan itu salah, wanita itu hanya melemparkan pandangan ke arahku dan juga Reni tanpa melakukan apapun."Kamu lihat kan, Ra. Bu Ratna itu nggak akan berani bertindak yang anarkis lagi di tempat umum. Dia pasti sedang menjaga image nya di depan masyarakat sekarang ini, dia tidak akan mempermalukan dirinya sendiri karena dia sedang membutuhkan suara mereka," ujar Reni yang kubenarkan.Akhirnya tanpa harus menunggu lebih lama lagi, aku segera mengajak Reni untuk segera pergi meninggalkan tempat ini.***"Kita pulang sekarang atau mau cari tempat lain dulu nih?" tanyaku pada Reni."Masih jam segini, kita lihat-lihat tempat yang lain dulu aja gimana, Ra? Tapi, beli es dulu ya," pintanya.Kami pu
Читайте больше
Предыдущий
123456
...
10
DMCA.com Protection Status