All Chapters of Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu: Chapter 191 - Chapter 200
268 Chapters
Bab 191. Kakak Beradik Wijaya
"Kakak harus jaga kesehatan dong. Sudah aku bilang kan jangan forsir diri pada pekerjaan saja." Rara mengomel saat menjenguk Satria yang memang sedang sakit di rumah.Satria malah terkekeh melihat adiknya yang sejak datang tadi memang terus berbicara tanpa putus. "Kenapa setelah menikah dengan Arjuna, kamu jadi bawel ya?" ucap Satria yang memang merasa pusing.Sejak kemarin Satria memang merasa drop, memang benar dia kecapekan karena terus bekerja seperti tak kenal lelah. Sehingga akhirnya tubuhnya tak bisa menerima hal itu. Sedangkan Rara tahu karena mendapat telepon dari salah satu asisten rumah tangga di kediaman keluarga Wijaya.Rara mendengus dan malah memelototi sang kakak. "Ya ampun, Kak. Aku ini kan nggak bawel. Semua hanya demi kebaikan Kak Satria saja." Rara terus menyiapkan semangkuk bubur ayam pada kakaknya. "Kalau bukan aku, lalu siapa lagi? Toh kakak juga sampai sekarang nggak mau nikah, nggak punya juga malah," ucap Rara sambil sedikit bercanda.Satria menghela nafas pa
Read more
Bab 192. Hanya Wejangan
Bab 192"Ah iya, Kak Sarah, kakaknya Nizam, akan dipersunting oleh salah satu karyawan Jaya Corp.," ucap Rara memberikan kabar.Kening Satria langsung berkerut mendengar hal itu. "Ra ... Seharunya kamu tak berhubungan lagi dengan keluarga itu. Kakak tak suka."Wajah Satria yang tadi nampak bersahabat, saat ini malah mulai mengeras.Degh'kenapa kakak masih berkeras hati seperti itu?' Sesaat Rara bergumam dalam hati."Kenapa Kak? Itu kah sudah masa lalu, mereka juga sudah meminta maaf." Rara bertanya dengan suara lirih. "Dan lagi pula, Kak Sarah saat ini juga bekerja di Jaya Corp."Rara memang belum membicarakan tentang hal ini pada Satria dulu, bukan karena apa apa, tetapi karena memang dia lupa. Saat memberikan pekerjaan untuk Sarah itu, saat itu memang sedang riweh untuk acara persiapan pernikahan Rara dan Arjuna. Jadi rasanya tak ada waktu untuk membicarakan hal itu. Ditambah lagi Rara berpikir jika hal yang dia ambil juga tidak salah.Satria nyatanya malah membuka mulutnya lebar-
Read more
Bab 193. Terlalu Cepat
"Apa kamu benar benar sudah siap menikah dengan Ardi?" Bu Endang bertanya pada Sarah yang sedang menunggu kedatangan keluarga Ardi saat itu. "Apa nggak lebih baik hanya tunangan saja dulu, Sarah?" Wanita paruh baya itu nampak khawatir.Sejak tadi dia memegang telapak tangan sang anak sembari berharap cemas menatap ke arah luar rumah kontrakan."Siap, Bu. Doakan saja ya." Sarah tersenyum penuh arti. "Sepertinya Mas Ardi memang jodoh Sarah. lagian usia Sarah kan juga semakin bertambah, Bu. Rasanya tak enak kalau masih tetap sendiri."Sarah yang memakai kebaya warna putih dengan make up sederhana polesan sendiri, nampak ayu saat ini. Karena memang dasarnya dia sudah cantik. Sengaja juga dia tak memakai jasa salon demi mengirit uang. Karena memang Andi pun tak memberikan padanya uang sama sekali.Bu Endang menghela nafas dalam, menyadari jika usia sang putri saat ini memang sudah hampir tiga puluh tahun. Untuk ukuran gadis apa lagi orang tak punya seperti mereka, termasuk dipanggil perawa
Read more
Bab 194. Takut Karma
"Menikah itu tak hanya melihat enaknya aja Sarah. Semua butuh perimbangan matang. Tahu tentang keluarganya satu sama lain harus menjadi yang utama. Ini bukan untuk sementara, tetapi untuk selamanya," ucap Bu Endang terus berusaha untuk mengingatkan. "Jangan seperti membeli kucing dalam karung. Agar tak menyesal di kemudian hari." Bu Endang pun tak lupa berkaca pada kejadian pernikahan Rara dan Nizam dulu. Bukan karena dia kaget jika tenyata tiba tiba Rara yang dianggap miskin malah ternyata seorang anak dari pemilik kerajaan bisnis paling tersohor di Nusantara ini. Bukan itu.Tetapi lebih karena perlakuan buruknya dan juga anak anaknya dulu pada Rara. Dia yang sekarang sudah banyak berubah, pun menjadi sangat takut dengan yang dinamakan karma. Takut jika ada kejadian buruk yang nanti akan berimbas pada kehidupan anak anaknya Ketika menikah.Meski hal itu terus membayangi pikirannya, tetapi dia tak mau mengatakan hal ini pada Nizam dan juga Sarah. Takut jika hanya membuat mereka kepik
Read more
Bab 195. Karma Di Depan Mata
Bu Endang hatinya makin merasa tak enak, hanya saja melihat Sarah yang nampak bahagia, dia tak bisa lagi protes. 'Semoga kamu benar benar bahagia dengan Ardi, Sarah.'Bu Endang meremas tangan Sarah yang duduk tepat berada di sampingnya, ada rasa yang tak bisa diungkapkan saat ini. Air mata sudah menggantung di pelupuk mata. Wanita paruh baya itu dengan sekuat tenaga agar bulir bening hangat itu jangan sampai menetes di pipi."Ibu tenang ya," ucap Sarah sambil berbisik di telinga ibunya. "Meski sudah menikah, Sarah akan sering datang kesini Bu."Dalam pikiran Sarah, sang ibu menangis dan sejak tadi terus menangguhkan pernikahannya karena tak ingin Sarah pergi dari rumah saja. Itu lah kenapa dia pun menenangkan hati sang ibu."Benar begitu kan Mas? Jika nanti kita sudah menikah, maka aku masih boleh mengunjungi ibu?" Sarah pun bertanya pada Ardi, demi untuk menenangkan pikiran Bu Endang."Tentu saja." Tanpa menunggu sepersekian detik, Ardi pun memberikan jawaban disertai dengan senyuman
Read more
Bab 196. Tantangan Berikutnya
"Yang ini bagus nggak sih buat aku?" tanya Stella pada Raja, sembari menunjukkan sebuah dress berwarna hitam di tangannya."Bagus sepertinya." Raja menjawab sambil tersenyum sesaat dan kemudian kembali fokus pada ponselnya.Stella mendengus dan mengerucutkan bibirnya. "Niat nggak sih?!" Raja yang sedang fokus pada ponselnya langsung menoleh. "Ah maaf, ada chat dari asisten pribadiku tadi. Sedikit kendala di lokasi proyek yang baru."Tanpa disuruh oleh Stella, pria tampan itu pun langsung memasukkan ponselnya pada saku. "Sudah Tuan Putri," ucap Raja lagi sambil tersenyum.Stella menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman yang teramat manis. "Gitu dong." Stella merasa begitu senang.Setelahnya dia pun menggandeng tangan Raja menuju ke depan kamar pas. "Kamu tunggu sebentar di sini ya, aku ingin mencoba. Nah, baru nanti kasih komentar," ucap Stella dengan suara yang manja."Siap!" Dengan cepat Raja menjawab sambil sedikit membungkukkan badannya ke depan.Rona kebahagiaan beg
Read more
Bab 197. Makin Membingungkan
"Kamu kan seharusnya kerja, Raja. Bukan keluyuran seperti ini." Nada bicara ibunda Raja yang sewot dan tatapan mata yang tak enak, membuat Stella merasa nyeri di hati. 'ya Tuhan, apa ini ujianku selajutnya?'Stella yang tadi sumringah, sontak saja langsung menunduk, ada rasa nyeri dalam hatinya.Ini adalah pertemuan kedua dengan Sinta, ibunda Raja. Pada pertemuan pertama, saat akan menghadiri pesta Vino, Stella sudah bisa merasakan sikap dingin ibunda Raja. Saat itu Stella berpikiran positif, mungkin Karena saat itu Thea sedang tidur. Sehingga saat di pertemuan kedua ini, Stella berharap lebih. Tetapi nyatanya dia dibuat kecewa lagi, ternyata Sinta masih bersikap begitu dingin. Dan, malah berbicara dengan nada menyindir.Raja tampak tersenyum tipis. menghadapi sang mama. "Ini juga kan lagi kerja Ma. Kerja bareng artis cantik." Sepertinya pria itu ingin mengurai suasana yang beberapa saat tadi sempat tegang. "Kerja kan nggak harus di kantor Ma."Raja menoleh pada Stella yang kini m
Read more
Bab 198. Jangan Menyerah
"Dari mana kamu bisa menyimpulkan hal itu? Raja saat ini juga seorang pemeran sandiwara yang bagus aktingnya. Sampai bisa membuat semua orang percaya jika kami saling mencintai."Perih hati Stella mengatakan kalimat itu. Entahlah, beberapa bulan terakhir Stella memang merasa dirinya menjadi begitu labil. Kadang dia seperti memiliki semangat juang yang tinggi, pantang menyerah untuk mendapatkan Raja. Tetapi kadang dia seperti orang yang rapuh, gampang sakit hatinya jika mengingat cintanya yang bertepuk sebelah tangan pada Raja."Kak ... Mungkin memang yang kakak rasakan seperti itu. Tetapi aku melihatnya sangat berbeda." Jeny pun mulai mengomentari ucapan Stella. "Kak Raja sudah banyak berubah dan aku bisa merasakan itu. Jika dia tak memiliki rasa cinta pada Kak Stella, dia pasti tak se khawatir tadi."Stella menghela nafas panjang, dia menelaah perkataan Jeny. Bisa jadi seperti Itu, atau tetap semua itu hanya sebuah kebohongan belaka."Semoga saja apa yang kamu pikirkan itu benar. Ten
Read more
Bab 199. Jangan Menikah Dengan Artis
"Ma, kenapa sih bersikap seperti itu pada Stella tadi?" Ketika telah sampai di rumah, Raja langsung protes pada Sinta.Sinta memutar bola matanya malas. "Memangnya mama tadi bersikap gimana sih, Raja?" jawabnya sambil menaruh barang belanjaannya di meja ruang tamu.Raja mendengus dan menghela nafas panjang. "Ma ... Semua orang yang melihat pasti tahu bagiamana arti dari tatapan mata dan cara bicara mama yang begitu sinis."Sinta tersenyum kecut dan meminta sang putra untuk duduk di sampingnya. "Mama kan begitu sama dia, bukan sama kamu. Kenapa kamu protes?" tanya Sinta sambil menatap lekat wajah Raja dari samping.Saat itu Jeny sedang berada di kamar Thea, jadi dia tak tahu jika kakak dan ibunya itu telah sampai di rumah.Raja sedikit bingung ingin menjawab seperti apa, ketika dia baru membuka mulut, Sinta lebih dulu menyambar."Oh iya mama lupa. Kamu kan bucin sekali ya sama dia. Artis terkenal yang begitu cantik dan sudah membantu produk dari perusahaan kita booming?" Pertanyaan yan
Read more
Bab 200. Sok Care
"Apa pun alasannya, mama tetap tak suka akan hal itu. Untuk apa punya istri jika bisa dijamah oleh pria lain?" Tatapan mata Sinta nampak begitu tak bersahabat. "Katakan, jika kamu melihat Stella berciuman dengan lawan mainnya, apa kamu nggak cemburu?"*Kalimat panjang yang diucapkan oleh sang ibu itu, seolah terus saja tergiang di pikiran Raja. Selama ini,dia bahkan sama sekali tak pernah berpikiran sampai sejauh itu. 'mama benar juga. Ketika seorang artis sedang bermain peran romantis dengan lawan mainnya di sebuah film. Apa pasangan yang sesungguhnya tidak cemburu ya?' Raja yang saat ini tengah duduk bersila di sofa dalam kamarnya, nampak seperti sedang berpikir dengan keras. Pria itu memegang dagunya sambil mengerutkan bibir."Ah ... Tentu saja rasa cemburu itu ada," lirih Raja sambil menghempaskan tubuhnya ke belakang, pada sandaran sofa yang empuk itu. "Tapi ... Itu juga hanyalah sebuah bentuk dari profesional kerja saja."Perbincangan dengan sang mama itu, benar benar membuat
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
27
DMCA.com Protection Status