All Chapters of (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan: Chapter 11 - Chapter 20
107 Chapters
Kepemilikan
Ares melirik ke arah Eric yang sedang tertidur disampingnya. Film How To Train Your Dragon masih terputar di layar laptop, tapi fokus Ares bukan ke sana.Memanfaatkan kesempatan, Ares mengambil alih laptop dengan was-was. Ia ingin melanjutkan hal tadi siang yang sempat tertunda. Tangannya lihai mencari satu persatu artikel yang memuat Lucas Smith hingga menemukan sebuah nomor perusahaan yang ia cari-cari dan langsung mencatatnya. "Akhirnya dapat." Ares kembali meletakkan laptop ke tempat semula dan bertingkah seolah tidak terjadi apapun saat Eric mulai menggeliat dan terbangun dari tidurnya. "Oh, astaga. Paman ketiduran. Sudah jam berapa ini?""Jam 11 malam, Paman.""Baiklah, kita lanjut menontonnya besok saja. Ini sudah larut malam kau harus tidur."Ares mengangguk dan bersiap ke kamarnya."Oh ya, Paman. Aku ingin bertanya sesuatu." Eric menguap, "Ada apa?""Apa Ibu pernah bercerita mengenai Ayahku?"Eric terdiam, menatap Ares yang kini menunggu jawabannya."Tidak, seingat Pama
Read more
Tak Bisa Disembunyikan Lagi
Lucas keluar dari walk in closet dengan setelan jas hitamnya lalu berjalan menuju ruang tamu. Di sana sudah ada beberapa dokumen yang diberikan asistennya. "Ambilkan aku teh yang Ibuku bawa dari China," perintah Lucas pada Henry. Sembari menunggu teh siap, Lucas mengambil tablet yang memang selalu berada di ruang tamu, gunanya agar ia tidak perlu mencari susah-susah.Di sana ia melihat perkembangan saham yang ia punya. Seperti tidak ada masalah, pria itu menutupnya kembali dan meletakkannya di tempat asal. Ia menghela nafas sebentar dan menatap dokumen di hadapannya."Aku akan mengurusnya nanti." gumam Lucas kecil."Ini teh Anda." Henry meletakkan gelas di hadapan Lucas. Henry itu perlahan pergi dari ruang tamu dan melanjutkan pekerjaan lain. Sebelum Henry pergi semakin jauh, Lucas kembali memanggilnya, ia perlu menanyai sesuatu."Kau masih ingat anak laki-laki yang aku beritahu terakhir kali?"Henry mengangguk. "Ingat. Ada apa?""Aku ingin kau mencari tahu tentangnya.""Tapi, kau
Read more
Apa mungkin?
Ares menutup panggilan telepon dengan seulas senyum diwajahnya. Menghubungi pria bernama Lucas Smith membuat rasa penasarannya sedikit terjawab."Kau sudah menghubungi Ibumu? Bagaimana kabarnya?"Ares mengangguk, "Baik."Tentu saja, ia harus berbohong. Mengandalkan alasan merindukan Elle membuatnya leluasa meminjam ponsel Eric."Astaga, kenapa kau selalu senyum seperti itu? Sini, kita makan siang. Paman sudah belikan pasta dan pizza." Eric menyiapkan bingkisan yang ia bawa di atas meja makan, Ares mengikuti."Setelah ini, Paman harus kembali ke bar. Tak lama, hanya sekitar satu sampai dua jam. Kau bisa sendiri dulu dirumah?""Tak apa, Paman. Aku bisa.""Baiklah."Mereka lanjut dengan makan siang diselingi obrolan ringan."Oh ya, Paman. Aku ingin menanyakan sesuatu."Eric hanya berdeham dengan mulut penuh makanan."Sebelum ada di New York, apa Ibu pernah tinggal di suatu tempat?""Setahu Paman, Ibumu pernah tinggal di Chicago bersama nenekmu sebelum wafat.""Chicago?""Ya. Dulu, nene
Read more
Beludru Merah
Esok paginya.Ares sedang sarapan di depan televisi saat Eric baru saja kembali."Paman! Aku ingin menonton film How To Train Your Dragon lagi!"Eric berjalan mendekat."Maaf, Ares. Paman sedang tidak membawa laptop. Tertinggal di bar. Paman lupa membawanya lagi."Pipi Ares mengembung lucu. Memutar otak agar ia bisa menghubungi Lucas. Ada satu pertanyaan lagi yang ingin ia ketahui."Kalau begitu, boleh aku meminjam ponsel Paman saja?"Eric terdiam. Tentu saja, ia mengingat ucapan Elle kemarin. "Ponsel, ya? Sepertinya, tidak bisa, Ares.""Kenapa? Aku hanya ingin melanjutkan film How To Train Your Dragon saja.""Lebih baik kau segera sarapan lalu berangkat ke preschool. Paman akan mengantarmu."Ares tidak bodoh. Ia tentu menyadari keanehan ini. Elle atau Eric pasti telah mengetahui jika ia berbohong."Baiklah, Paman."Setelahnya, Ares memilih pasrah. Jika, tidak ada ponsel Eric, semuanya akan sulit.Sementara di sisi lain, Elle sedang mengemas barang-barangnya. 5 menit yang lalu, ia me
Read more
Masalah tadi?
Elle melemparkan dirinya ke atas kursi dan menyandarkan punggung di sana sambil merilekskan diri.Wanita itu merasa kakinya gemetar. Ia mengingat kembali apa yang sudah dilakukan tadi dan merasa sesak. Lagi-lagi, ia berulah di hadapan Lucas, atasannya, dengan menolakpemberian pria itu.Sambil menopang kepala dengankedua tangan di atas meja, Elle memijat keningnya yang terasa pening. Mungkin seharusnya dia menerima saja, anting itu paling sedikit bernilai ratusan dolar, uangnya bisa ia pakai untuk kehidupan sehari-hari.Tidak!Elle menggelengkan kepala. Ia tidak suka tatapan Lucas yang terkesan merendahkannya, merasa yakin bahwa tidak ada wanita yang sanggup menolak pesona CEO tampan itu. Tubuh Mysha meremang. Lucas memang memiliki aura yang membuat siapa pun wanita ingin melemparkan diri dalam pelukan kokohnya, menyerahkan tubuh seutuhnya pada pria itu. Tidak terkecuali dirinya, Elle mengingat dalam hati.Mati-matian dia harus menahan hasratnya agar tidak terlihat lemah dan mudah d
Read more
Ketakutan
Ares terduduk di salah satu kursi taman sambil menghabiskan susu kotaknya. Sekolahnya sudah usai.Wajahnya murung. Ia memikirkan bagaimana harus menghubungi Lucas lagi. Hingga tidak sengaja matanya menemukan telepon umum yang berada di sisi jalan.Senyumnya langsung merekah. "Aku rasa, aku bisa menghubungi Paman Lucas menggunakan telepon itu."Ares berjalan menghampiri dan langsung men-dial nomor yang ia tuju. Ia harus segera sebelum Eric mencarinya."Halo?"***Elle menghela napas sebelum membuka pintu. Semua tatapan sontak beralih ke arahnya, termasuk Lucas yang kini berada di paling ujung. Elle duduk disalah satu kursi kosong dengan canggung. Jujur saja, ia tidak mengerti mengapa ia diundang di meeting besar ini. Pekerjaannya sama sekali tidak menyangkut dengan bisnis."Elle, aku mengundangmu hadir di sini sebagai ahli gizi. Kami sedang membahas mengenai pusat kesehatan terkait gizi seimbang dan fokus pada layanan kesehatan turis asing. Jika, kau memiliki pendapat, kami akan teri
Read more
Egois
"Jika, sampai terbukti Ares adalah anakku. Aku tidak akan pernah melepaskannya."Perkataan Lucas masih terngiang ditelinga Elle bahkan kini sudah berada di pesawat. Lucas dan sifat arogannya adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan. Elle ingin menghentikan ini semua, tapi ia bisa apa?"Sudah memikirkan apa yang akan kau lakukan setelah ini?"Elle tahu betul apa maksud Lucas dan ia memilih terdiam saja. "Kenapa kau mengacuhkanku? Beginikah sikap bawahan pada atasannya? Bukankah kau sendiri yang menyuruhku untuk bersikap seperti itu?"Elle muak. Muak dengan perkataan Lucas padanya. "Kau seharusnya berterimakasih padaku karena setelah ini Ares mungkin saja mendapatkan seorang Ayah.""Hentikan ucapan Anda, Sir."Lucas terkekeh meremehkan. "Kau yang terlalu ambisius juga tidak baik, Emy." Tangan Lucas mendekat pada pipi Elle lalu diusapnya lembut. Elle hanya terdiam."Aku mungkin tidak akan sekeras ini padamu jika kau tidak lebih dulu yang melakukannya."Elle meremat ujung roknya sa
Read more
Gelisah
Sudah pukul 7 malam, namun Ares belum juga kembali.Elle mulai gelisah, pasalnya ini sudah melewati waktu dimana Ares harus meminum obatnya. "Aku harus mencarinya!"Tak bisa menunggu lebih lama lagi, wanita itu bersiap keluar rumah dengan mantel tebalnya. Udara malam ini cukup dingin, mendung.Elle mulai mencari di setiap sudut lingkungan apartemen namun tidak membuahkan hasil. Hingga pilihannya jatuh pada beberapa teman Ares yang tinggal tak jauh."Ares, kau ada dimana, Nak?" gumam Elle dalam hati. Berharap cemas pada anaknya. Sudah 3 orang teman Ares yang Elle temui, tapi tetap saja tidak melihat anak itu. "Astaga, kemana kau pergi, Ares? Kenapa jauh sekali? Ibu khawatir, Nak."Elle terus merapal doa sambil mengamati sekitar. Siapa tahu Ares ada di kerumunan orang lalu lalang. Hingga matanya menangkap segerombol orang yang tengah mengerubungi sesuatu.Dengan degup jantung yang menggila, Elle berjalan mendekat untuk melihat."Ares! Astaga!"Elle berteriak saat ia melihat Ares seda
Read more
Peduli
Pukul 11 siang. Elle belum juga mendapat pinjaman uang. Biasanya, Eric yang akan ia mintai tolong, tapi pria itu juga sedang mengalami kesulitan. Elle tidak mungkin membebaninya. Dengan langkah gontai, Elle berjalan menuju bagian administrasi, ingin meminta keringanan waktu. "Maaf, apa aku bisa meminta perpanjangan waktu? Untuk sekarang, aku belum mendapatkan uangnya. Namun, aku pasti akan segera melunasinya.""Tagihan rumah sakit Ares sudah lunas, Ms. Carl."Elle sontak terkejut. Lunas? "Lunas? Bagaimana bisa?"Perawat itu mengangguk, "Benar, sudah ada seseorang yang menanggung semua biayanya.""Siapa?" "Anda bisa menemuinya di ruang rawat inap nomor 3 di lantai 5. Ares sudah dipindahkan ke sana."Elle yang masih terkejut hanya bisa terdiam. Otaknya mulai menduga kemungkinan siapa yang membantunya."Ah ya, jangan lupa untuk menebus obat Ares sore hari nanti karena ada beberapa obat yang sedang habis persediaannya.""Baiklah."Elle bertanya-tanya. Siapa sosok dermawan yang telah
Read more
Drama baru
"Wah burrito!" Ares berteriak senang melihat makanan kesukaannya.Elle hanya tersenyum lalu mengusap kepala anaknya. Tadi, saat Elle kembali ke rumah sakit, Ares sudah bangun dan ditemani oleh salah seorang perawat yang Elle yakin Lucas telah menyuruhnya. "Terima kasih, Ibu!"Elle mengangguk, "Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?"Ares mengangguk dengan mulut yang mengembung lucu. "Sudah, Ibu. Aku hanya masih merasa lemas saja.""Baiklah. Setelah ini, kau harus istirahat, ya." Ares mengangguk."Ibu ingin meminta maaf. Mungkin, jika Ibu tidak keterlaluan padamu, kau tidak berada di sini, Ares.""Tidak apa-apa, Bu. Aku juga yang salah pergi begitu saja. Lagipula, yang diucapkan Ibu ada benar ya, kok. Aku tidak perlu lagi mencaritahu siapa Ayahku. Adanya Ibu di sini, sudah cukup bagiku. Buktinya, kita bisa bertahan hidup sampai sekarang."Senyuman yang ditampilkan Ares kali ini tidak membuat Elle juga ikut bahagia. Namun, dari sorot matanya saja Elle tahu jika Ares sedang menutupi k
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status