Semua Bab Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan: Bab 41 - Bab 50
107 Bab
Gagal Belah Duren
Alin tersenyum penuh arti pada wanita itu. Keadaan semakin menegangkan karena wanita itu tidak terima dengan berbagai ucapan yang diucapkan Alin.“Di mana letak kalimat yang menunjukkan jika aku menyindirmu? Aku bahkan tidak menyebut namamu lho tadi. Kalau kamu tersindir, berarti itulah sikap yang kamu miliki saat ini,” sanggah Alin dengan tenang.“Van, ajari istrimu ini untuk menghormatiku. Kau tahu kan aku ini siapa bagi keluargamu?” ucap wanita itu sambil menuding Alin.“Harusnya kau sendiri bisa bersikap bijak dalam hal ini, jangan meminta di hormati jika kau sendiri tidak tahu caranya menghormati orang lain. Kalau kau memang tidak menyukai istriku, jangan pernah datang ke sini lagi!” “Kau berani mengancamku, Van?”“Memangnya kau ini siapa hingga harus kutakuti?” ujar Devan mengintimidasi.Wanita itu mengepalkan tangannya dengan kuat, “Baiklah kalau itu maumu, aku akan mengadukannya pada Tante!” ancam wanita itu.“Adukan saja kalau kau berani, aku akan menunggu aduanmu dengan sen
Baca selengkapnya
Pengkhianat di Rumah
Malam harinya saat mereka berdua sedang menikmati makan malam, tiba-tiba Devan dan Alin merasakan pusing dan ingin muntah secara bersamaan. Mereka berdua segera menyudahi makan malam karena makin lama perut mereka juga ikut konslet. Devan terus menerus keluar masuk kamar mandi sedangkan Alin tak sadarkan diri akibat pusing yang tak kunjung reda. “Sialan, seperti ada yang sengaja menaruh racun di masakan tadi,” gumamnya.Devan segera mengambil kotak obat dan meminum obat diare. Dia lalu memindahkan Alin ke ranjang dan memanggil dokter untuk datang ke rumah. Setelah itu, dia bergegas menyalakan laptop dan melihat rekaman CCTV di area dapur. Dia memperhatikan dengan saksama mulai dari sebelum Alin masuk dapur hingga kedatangan Devan.‘Tidak ada yang mencurigakan, tapi kenapa bisa seperti ini? Tidak mungkin Alin sengaja ingin meracuni kami,’ gumamnya dalam hati.TokTokTokDokter
Baca selengkapnya
Milikku Seutuhnya
Beberapa hari setelah kejadian hari itu, rumah Devan sudah mulai kondusif. Mereka menjalankan aktivitas seperti biasa tanpa ada gangguan. Keadaan Alin dan Devan juga sudah membaik pasca keracunan. Dan Alin juga sudah menyelesaikan bulanannya.Hari ini Alin sangat sibuk mempersiapkan barang yang akan dibawa karena Devan akan mengajaknya berangkat ke Vila sore ini. Mereka akan mengadakan resepsi kedua mereka di vila.“Bawa apa saja, ya?” gumamnya.Gadis itu teringat jika sang suami baru saja membelikannya baju dan menyuruhnya untuk membawa baju itu.“Seperti apa ya baju yang dibelikan oleh Mas Devan? Aku harusnya membukanya,” namun Alin mengurungkan niatnya, “tapi kan aku dilarang membukanya sebelum sampai di vila,” gumamnya lagi. Akhirnya Alin tidak jadi membuka bungkusan berisi baju itu dan langsung memasukkan ke dalam koper. Setelah selesai mengemasi pakaian, gadis itu bergegas membersihkan diri dan beristirahat sejenak.***Sore harinya, Devan mengajak Alin untuk berangkat menuju
Baca selengkapnya
Penguntit
Keduanya saling memandang dan menerka siapa pengirim paket ini. Devan segera menelepon seseorang untuk mencari kurir tersebut. Dan tak berselang lama, Devan mendapat informasi jika ternyata kurir itu juga tidak tahu menahu siapa pengirim paket itu karena menolak menyebutkan namanya. “Mas, apa yang harus kita lakukan sekarang? Sepertinya orang itu mengikuti kita sampai ke sini,” ujar Alin cemas. “Kamu jangan cemas, aku pastikan kita aman di sini,” kata Devan menenangkan. *** Dua hari berlalu, kini Devan dan Alin kembali melaksanakan pesta yang kedua. Sesuai rencana Devan, pesta kali ini hanya dihadiri oleh kalangan keluarga kedua mempelai saja. Saat Devan dan Alin baru saja berfoto dengan salah satu saudara, sepupu Devan tiba-tiba datang dan menumpahkan minuman tepat ke tubuh Alin. “Upss, maaf aku tidak sengaja!” ucapnya enteng. “Alea, apa yang telah kamu lakukan?” ujar Devan mendesis. “Oh maaf sepupu, aku tidak sengaja melakukannya.” “Kau memang sengaja menumpahkan minumanmu di
Baca selengkapnya
Dalang Terungkap
Alin tersenyum misterius. Diam-diam sudah banyak rencana yang mengepung di kepalanya.“Lebih baik kita nikmati saja masa pengantin baru kita, Mas. Karena setelah ini, kita akan berjuang menghempas para musuh,” ujarnya– tersenyum smirk.Akhirnya mereka meneruskan kembali aktivitas mereka yang tertunda. Devan kembali mengajak Alin mereguk indahnya masa pengantin baru di kamar yang dingin itu.***Keesokan harinya saat mereka tengah sarapan pagi berdua, Alin teringat akan para pelayan mereka.“Mas, para pelayan kita kemarin bagaimana? Apakah kamu sudah mengecek CCTV?” “Aku sudah mengeceknya, dan aku sudah tahu siapa pengkhianat di rumah kita. Tunggu saja waktunya tiba, kita akan segera menangkapnya!” tutur Devan penuh misteri.“Syukurlah. Semoga setelah ini kita bisa hidup dengan tenang,” ucap Alin.Devan mengangguk, mereka kembali melanjutkan sarapan mereka sebelum berangkat ke perkebunan. Hari ini rencananya Devan akan mengajak Alin mengelilingi perkebunan lagi sebelum mereka kembal
Baca selengkapnya
Honey Moon
Tiba-tiba bibi Devan datang membawa nampan berisi air dan camilan. Dia heran melihat ketegangan yang tercetak di wajah ketiganya.“Alea, kenapa kamu membiarkan tamu kita berdiri? Mari silakan duduk, Nak. Ini Tante buatkan minuman,” ujarnya.“Ma, Devan dan istrinya tega menuduh aku ingin meracuninya, Ma!” adu sang anak.Wanita paruh baya itu terperangah dengan aduan anaknya, “benarkan itu, Van?” tanya Tante memandang Devan.Devan langsung memutar kembali rekaman milik Alin. Tante mendengar rekaman itu dengan saksama hingga rekaman berakhir.Plakk!“Mama tidak mengira kau akan melakukan segala cara demi mencapai tujuanmu, Alea!” “Ma, kenapa Mama malah menamparku? Harusnya Mama membelaku!”“Kamu memang pantas ditampar, Alea. Devan, Alin maafkan perbuatan anak Tante ya, Nak!” ucap tante pada keduanya.“Maaf Tante, biarkan hukum yang akan memprosesnya karena ini sudah termasuk dalam kriminalitas. Kami permisi dulu, Tante. Mohon maaf telah mengganggu waktunya. Ayo, Lin kita pergi!” Devan
Baca selengkapnya
Bermain Salju
Alin mengerutkan keningnya kala melihat interaksi berlebihan yang dilakukan wanita di depannya terhadap sang suami.“Dia siapa, Mas?” tanya Alin.Wanita itu menengok ke arah Alin yang tengah menatap suaminya.“Perkenalkan, saya teman kuliah Devan dulu. Kami sering menghabiskan waktu bersama sebelum akhirnya Devan menyelesaikan kuliahnya dan tidak pernah kembali kesini lagi. Anda siapa? Apakah Anda adiknya Devan?” tanyanya lagi.“Saya istrinya!” ujar Alin ketus.Wanita itu terkesiap karena pengakuan Alin. “Benarkah itu, Van?” tanyanya sambil menatap Devan.Devan hanya mengangguk saja. Dia sedikit malas menanggapi wanita yang ada di depannya ini.“Kau tidak sedang bercanda kan, Van? Sejak kapan kau menyukai anak kecil?” Devan sedikit tersinggung saat wanita itu menyebut istrinya sebagai anak kecil.“Alin bukan anak kecil, dan aku tidak mempermasalahkan siapa dia. Jika kau tidak ada kepentingan, silakan tinggalkan meja kami karena kami akan segera makan!” titah Devan dingin.Wan
Baca selengkapnya
Siuman
Alin membekap mulutnya kala mendengar percakapan sang suami dengan asistennya. Pandangan Alin mulai mengabur dan perlahan kesadarannya mulai hilang. Tanpa pikir panjang, Devan segera membaui Alin dengan aromatherapy yang dia bawa.“Mas, bagaimana keadaan Mami dan Papi sekarang? Kita harus pulang Mas, aku mau pulang sekarang!” ujar Alin setelah tersadar dari pingsan.“Iya kita pulang sekarang Sayang, tapi tenangkan dulu dirimu!” jawab Devan.Mereka berdua segera mengemasi barang yang mereka bawa dan check out malam itu juga. Selama perjalanan, tak hentinya Alin mengalirkan doa untuk kedua orang tuanya.“Mas, bagaimana bisa mereka mengalami kecelakaan?” tanyanya bergetar.“Aku juga tidak tahu pasti bagaimana kejadiannya, Sayang. Yang jelas, saat ini Mami dan Papi sedang di fase kritis,” jawab Devan.Air mata membanjiri pipi Alin, dia menangis sesenggukan memikirkan kedua orang tuanya. Berbagai macam pikiran buruk mulai hinggap di kepala Alin.“Mas, bagaimana jika mereka-““Sssttt su
Baca selengkapnya
Sebuah Permintaan
Devan menatap Alin dengan tatapan penuh tanya. Lelaki itu merasa sepertinya sang istri mengetahui wanita yang baru saja disebutkannya. “Memangnya, menurutmu siapa orang itu?” tanya Devan lagi.“Sepertinya dia Indri sepupu Rendra. Dan aku yakin jika karyawanmu sangat mengenal Indri karena dulu Indri sempat bekerja di perusahaanmu, kan?” ujar Alin.Devan berusaha mengingat orang yang disebutkan Alin tadi.“Ya, aku ingat. Kurang ajar! Berani sekali dia hendak membuat ulah!” ujarnya geram.“Tapi tunggu Mas, apa kamu tidak curiga kalau dia hanya merencanakan ini sendirian saja?” tanya Alin lagi.“Iya, aku merasa sepertinya dia masih bekerja sama dengan seseorang untuk menghancurkan perusahaan. Dia tidak sadar sedang berhadapan dengan siapa,” ujar Devan sinis.“Mas, aku heran sebenarnya apa yang mereka inginkan? Indri juga, kenapa dia mengusik perusahaanmu, Mas?” “Aku juga tidak tahu, Sayang. Yang pasti ini tentang bisnis. Besok aku akan memerintahkan Niko untuk mencari tahunya. Se
Baca selengkapnya
Menutup Aurat
Alin dan Devan sontak langsung menoleh ke arah sumber suara berasal. Wajah Devan tertekuk kala melihat wajah orang yang sudah masuk tanpa izin dan mengganggu jam istirahatnya. “Untuk apa kau datang kemari? Apa kau tidak tahu jika sekarang jam untuk beristirahat?” sembur Devan. “Santai dong, Van. Jangan marah-marah gitu, dong. Rencananya, gue tadi mampir kesini tuh karena mau ngajakin lo buat makan siang di luar sekalian. Eh nggak tahunya ternyata sudah dibawakan makanan sama istri tercinta,” jawab lelaki itu santai. Teman Devan itu juga melirik ke arah bekal yang sedang disusun oleh Alin. “Berhubung istri lo bawa bekal banyak, gue sekalian gabung makan di sini aja, ya? Nanggung kalau harus jalan lagi,” tawar lelaki itu sambil cengengesan. “Eh nggak bisa, pergi sana makan siang di luar. Gangguin pengantin baru aja. CEO kok nebeng makan!” tolak Devan bersungut. Teman Devan memutar bola matanya, “Ya ampun Van, jangan pelit kenapa sih sama teman sendiri? Mubadzir Van makanan segitu b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status