Semua Bab Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan: Bab 21 - Bab 30
107 Bab
Lamaran
Alin seketika menoleh ke sumber suara begitu pun dengan Devan. Alin langsung mendapat ide untuk memberi wanita tua ini sedikit pelajaran. “Memangnya Anda ini siapa sampai berani mengusir saya? Apa Anda pemilik butik ini?” tanya Alin penuh ketenangan. “Aku memang bukan pemilik butik tapi ini adalah butik langgananku. Dan aku tidak suka jika kau berada di butik langgananku. Mengotori pemandangan saja!” jawab orang itu pedas. “Kenapa Anda terlihat kesal dengan kedatangan saya, Nyonya? Padahal sedari tadi Anda yang lebih dahulu mendekati dan menyerang saya,” balas Alin. “Karena kau itu hanya orang miskin yang tidak sepantasnya berada di sini. Untung saja cucuku segera memutuskan hubungan kalian,” ucap orang itu dengan angkuh. “Anda ini sombong sekali, Nyonya. Baru menjadi orang kaya sebentar saja sudah bersikap seperti itu. Seharusnya Anda malu dengan rambut Anda yang sudah memutih itu!” ucap Devan tiba-tiba. Alin tak mengira Devan akan berkata tajam pada wanita tua di sebelahnya ini
Baca selengkapnya
Undangan Pernikahan
Alin terdiam saat ibunya mempertanyakan batinnya. Tidak mungkin dia mengatakan yang sesungguhnya pada sang ibu.“Aku sedang berusaha merangkai kebahagiaan, Mi. Doakan aku agar bisa meraihnya,” ujar Alin pada sang ibunda.“Selalu, Nak. Mami akan selalu mendoakan yang terbaik untuk putri cantik Mami,” jawab mami.***Hari beranjak siang, Alin yang sedang bersantai di kamarnya sambil mengerjakan pekerjaannya di depan laptop mendadak menghentikan aktivitasnya kala Devan terus menerus melakukan spam chat dan meneleponnya berkali-kali.“Orang ini kenapa sih selalu menelepon?” gerutu Alin sambil mengangkat panggilan.TutttAlin menekan tombol dan menjawab panggilan dari Devan.Alin : “Halo, ada apa Mas? Aku tidak kemana pun seharian ini.”Devan : “Aku tidak bertanya. Segera ke sini dan bawakan aku makan siang. Jangan lupa itu tugasmu!” Alin : “Jadi kamu memberondongku dengan banyak pesan dan panggilan hanya karena itu?”Devan : “Ya. Sudah jangan banyak bicara, segeralah berangkat. Ingatlah
Baca selengkapnya
Menghadiri Pesta Pernikahan
Alin memutar bola matanya saat mengetahui sang lawan bicara ternyata kerabat mantan kekasihnya. “Mas ayo kita cari gaun lain saja, aku sudah tidak tertarik dengan gaun ini,” ajak Alin pada Devan. Dia lalu menarik tangan Devan meninggalkan orang itu sendirian di sana. Devan memilih menunggu Alin di sofa sambil bekerja. Tanpa di sadarinya, wanita itu kembali mengikuti Alin. Saat Alin kembali memilih gaun yang disukainya, wanita tersebut kembali menyerobot apa yang Alin pilih.“Nyonya, aku tidak jadi memilih mode tadi. Aku menginginkan gaun yang dipilih oleh wanita ini saja,” tuturnya.Alin menatap tajam wanita yang selalu mengambil gaun-gaun pilihannya. Dia merasa perlu memberi pelajaran pada wanita yang tidak punya rasa malu ini.“Sebenarnya apa yang kau inginkan? Kenapa kau terus saja merebut gaun yang sudah kupilih?” tanya Alin jengkel.“Karena aku merasa seleramu cukup bagus, jadi aku berpikir sebaiknya aku akan mengambil semua baju pilihanmu,” jawab wanita itu santai.“Berarti se
Baca selengkapnya
Pesta Yang Kacau
Gigi Rendra bergemelatuk mendengar ejekan Alin. Niat hati ingin memanasi mantan dengan di hari bahagianya, ternyata malah dia sendiri yang terbakar. “Jaga mulutmu Lin!” desis Rendra. “Jangan pernah mengancam calon istriku, dasar penjilat!” ujar Devan penuh sarkas. Mereka juga menyalami kedua orang tua Rendra secara bergantian. Namun kata-kata pedas kembali didapat Alin dari kedua orang tua Rendra. “Berani juga kau datang ke acara ini, Nak?” tanya ayah Rendra. “Apa Anda berharap saya akan menangis darah ketika menyaksikan Rendra menikah dengan orang lain? Jangan mimpi!” jawab Alin angkuh. “Sombong sekali kau sekarang, Lin. Baru juga bisa digandeng pengusaha sukses saja sudah sombong. Ingat kau itu hanya orang miskin, bisa saja Tuan Devan membuangnya setelah kebutuhannya terpenuhi. Malang sekali nasibmu,” ujar ibu Rendra pedas. “Aku yang sombong tapi kenapa kalian yang panas? Bukankah tidak ada masalahnya dengan kalian? Atau kalian sebenarnya iri karena aku mendapatkan yang jauh l
Baca selengkapnya
Hadiah Yang Sesungguhnya
Mertua Rendra terkejut dengan ucapan kasar yang dilayangkan Rendra terhadap Alin. Dia tidak menyangka menantunya sekasar itu dalam memperlakukan wanita. “Rendra, jaga ucapanmu! Jangan berlaku kasar dengan wanita!” tegur mertuanya. “Wanita tidak tahu diri seperti dia memang pantas mendapatkannya, Pa!” jawab Rendra. “Bagaimanapun sifat wanita, kamu tidak boleh berlaku kasar. Apa jangan-jangan memang seperti ini karaktermu sesungguhnya? Aku jadi ragu jika kau tidak akan bisa bersikap lembut pada putriku,” ujar mertua Rendra was-was. “Ti-tidak, Pa. Mana mungkin aku berani menyakiti dan berlaku kasar pada istriku. Aku akan memperlakukannya dengan lembut dan akan selalu meratukannya, Pa. Aku berjanji tidak akan memberinya penderitaan secuil pun," ujar Rendra merayu. Ali memutar bola matanya saat mendengar alasan Rendra. Dia yang sudah sangat hafal dengan karakter Rendra merasa jengah dengan berbagai drama yang diperlihatkan Rendra agar terlihat baik di depan orang lain. "Yang benar saj
Baca selengkapnya
Menginap Di Vila
Seluruh keluarga terkejut dengan permintaan mertua Rendra. Lelaki itu langsung bersujud di kaki mertuanya untuk meminta pengampunan.“Tidak, Pa jangan memaksaku menceraikan Fara. Aku sangat mencintainya dan aku tidak mau kehilangan Fara, Pa. Aku mohon jangan pisahkan kami,” jawab Rendra sambil terus memegang kaki mertuanya.“Tapi aku tidak mau lagi denganmu, Mas. Alin saja bisa dengan mudah kau bodohi, kau bohongi, apa lagi aku. Aku tidak mau hidup dengan lelaki pendusta dan gila selangkangan!""Tutup mulutmu, Fara. Kau sendiri juga dari awal juga sama saja dengan Rendra. Harusnya kau sendiri berkaca sebelum menyebut orang lain sebagai pendusta!" ujar paman Rendra."Hentikan perdebatan kalian. Apa kalian pikir dengan adu mulut bisa menyelesaikan masalah yang sudah terlanjur terjadi?" tanya ayah Rendra–dia melihat satu per satu orang yang ada di ruangan itu. Dia lalu memandang menantunya dengan tatapan permohonan, "tolong, Nak demi menyelamatkan nama baik keluarga jangan meminta cerai
Baca selengkapnya
Kecurangan
Alin langsung melihat sekeliling halaman belakang. Dia memindai setiap sudut halaman sebelum memberi jawaban pada Devan. “Idemu bagus juga, Mas. Tapi aku tidak yakin jika tempat ini akan cukup menampung banyaknya tamu undangan yang datang, Mas. Belum lagi akses jalan menuju ke sini sulit dijangkau atau tidak?” tanya Alin. “Kita tidak akan mengundang banyak orang. Cukup seluruh keluarga kita saja!” jawab Devan. “Lho, kenapa begitu?” tanya Alin membeo. “Aku ingin pernikahan kita menjadi sebuah privasi. Dan hanya orang-orang terdekat saja yang menyaksikan momen sakral kita,” ungkap Devan. ‘Kau tidak boleh terlalu terlena hanya karena perlakuannya yang terkadang manis padamu, Lin!’ batin Alin. Alin hanya mengangguk saja, dia pun meyakinkan dirinya untuk tidak terlalu berharap banyak pada pernikahan mereka. Karena tujuannya hanya untuk membalas dendam pada Rendra dan keluarganya. Saat mereka sedang duduk di kursi yang tersedia di halaman belakang, ponsel Devan berdering. Dia mengangk
Baca selengkapnya
Tak Sempat Menghubungi
Ayah Rendra terdiam tak berani melawan. Dia mengepalkan tangannya karena apa yang diinginkannya tidak sesuai harapan. Merasa tidak akan mendapatkan toleransi dari Devan, akhirnya ayah Rendra berinisiatif meminta ganti rugi. “Kalau begitu, Anda harus memberikan uang penalti pada kami sebagai pengganti kerugian kerja sama kita!” ujar ayah Rendra dengan lantang. “Maaf, tapi perusahaan kami tidak bisa memberikan uang penalti karena Anda sudah melanggar perjanjian yang kita buat!” ujar Devan dingin. “Memangnya apa yang sudah saya lakukan, Tuan?” tanya ayah Rendra lagi."Saya tidak tertarik bekerja sama dengan Anda," jawab Devan sekenanya. "Kurang ajar!" desis ayah Rendra.Mertua Rendra pun tidak tinggal diam, dia juga hendak mencari kejelasan tentang saham Devan yang ditarik dan kerja sama yang juga turut dibatalkan."Lalu bagaimana dengan kerja sama kita dan juga saham yang Anda tarik, Tuan? Mengapa Anda juga melakukan hal yang sama dengan perusahaan saya?" tanya mertua Devan.“Karen
Baca selengkapnya
Masa Lalu bukan Masa Depan
Alin heran dengan tingkah ibunya yang terlihat aneh hari ini. Gadis itu sampai menggelengkan kepalanya.“Ini lho Nak, Mami menemukan beberapa pasang baju bayi yang bagus banget. Kamu suka nggak? Biar Mami order ya?” ujarnya antusias.“Mi, tapi kan Alin belum menikah, Ma. Mami gimana sih? Bukannya pamali ya Mi?” tanya Alin balik.Mami menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Iya juga ya, Lin. Kamu kan belum menikah. Ya begini nih efek ingin punya cucu, sampai lupa kalau anaknya belum menikah,” ujar mami.Mereka lalu tertawa bersama. Tak berselang lama, papi pulang ke rumah. Mami menyambutnya lalu bergegas menyiapkan peralatan mandi papinya.“Kamu kapan pulangnya, Lin?” tanya papi.“Tadi pagi, Pi!” jawab Alin.Papi hanya mengangguk kemudian bergegas ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian.Setelah papinya berlalu, Alin bergegas ke kamarnya untuk memeriksa ponselnya karena sepulang dari vila dia sama sekali belum menyentuh ponselnya. Dia membuka pesan dan menemukan ada pesan dari Devan.
Baca selengkapnya
Mengakuisisi Perusahaan
Wanita itu menganga dengan jawaban Devan yang terkesan kejam untuknya. Dia merasa sangat malu karena beberapa pengunjung yang berniat makan di restoran itu kini memperhatikannya. “Van, kenapa kamu tega sekali berbicara seperti itu padaku? Bukankah dulu kita pernah saling mencintai?” ujar wanita itu sesedih mungkin.“Bukankah kenyataannya memang seperti itu? Dalam hal ini, bukankah kau jauh lebih tega membiarkanku berkubang dalam sakitnya sayatan luka yang sengaja kau torehkan di hatiku? Dengarkan aku baik-baik, aku tidak akan pernah membiarkanmu menyakiti hati calon istriku secuil pun. Dan jangan pernah berpikir jika aku akan sudi kembali padamu. Karena aku tidak akan pernah mau mengulang kesalahan yang sama seperti dulu!” tegas Devan.Wanita itu tersentak, “apa bagimu aku ini adalah kesalahan, Van?” “Kau bukan hanya sekedar kesalahan, tapi kau adalah orang yang tidak pernah aku harapkan hadir di hidupku.”Wanita itu menatap Devan dengan nanar. Dia tidak menyangka jika seorang Devan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status