Semua Bab Sentuhan Panas Suami Dingin : Bab 51 - Bab 60
337 Bab
Serena VS Ziea
Ziea duduk menyendiri di bawah sebuah pohon, merenung di sana dan diam-diam menangis. Kakinya menekuk, memeluk lututnya sendiri sembari menatap tanah– menulis-nulis tanah dengan sebuah ranting kayu. 'Karena kamu sudah melepas cincin pernikahan kita dari jariku, maka kuanggap kita selesai.' Ucapan yang Ziea lontarkan pada Reigha entah kenapa mengiyang dalam kepalanya, membuat dadanya semakin sesak dan air matanya kembali jatuh. 'Meskipun aku marah, harusnya aku tidak melontarkan kalimat itu pada Mas Rei.' batin Ziea, mengusap air matanya dengan tangan. Setelah itu, kembali menulis tanah dengan kayu dan terus hanyut dalam pikirannya. 'Enak banget yah jadi Kak Serena. Bukan cuma dicintai oleh suaminya, tetapi dicintai oleh suami orang juga. Hehehe … sedangkan aku? Tai kucing di sambal mata, bangsat lah.' batin Ziea. "Lagi bertengkar dengan Pak Reigha yah?" Sebuah suara pelan dan halus terdengar mengalun. Ziea menoleh cepat, menatap makhluk tersebut dengan raut muka kaget. "Aaa-- kunt
Baca selengkapnya
Menghilang Tanpa Jejak
Setelah mendengar penuturan Serena, Ziea langsung mencari Reigha. Entah ini salahnya, salah Reigha atau ini hanya salah paham, tetapi Ziea ingin menyelesaikannya serta menyudahinya. Kata Nanda, Reigha ke pantai untuk mengantar Fauzan dan Camille pulang. Dan Ziea menyusul ke sana, sendirian! Ziea berlari sekencang mungkin menuju pantai. Jika memang dia yang harus meminta maaf, maka Ziea akan meminta maaf pada Reigha. Tak'Langkah kaki Ziea yang melaju cepat seketika berhenti, kakinya me-rem mendadak– hampir terjatuh akibat kehilangan ke seimbangan. Untungnya dia masih bisa menahan diri. Ziea terdiam, menatap ke arah Reigha yang terlihat berjalan ke arahnya sembari menggendong Camille secara bridal style. Wajah Reigha terlihat flat dan dingin, tak mengatakan apa-apa dan hanya melewati Ziea begitu saja. Sejenak Camille menoleh ke arah Ziea, tersenyum sinis dengan sengaja mengalungkan tangan di leher Reigha. Tangan Ziea terkepal kuat, terdiam di tempat dengan tubuh membeku dan mema
Baca selengkapnya
Terjebak di Pohon
"Tolongggg …." Terdengar suara meminta tolong, teriakannya begitu halus dan sangat pelan– seperti halusinasi otak. Namun, Reigha merasa jika dia memang mendengarnya. Itu suara Ziea! Pendengaran Reigha sangat tajam dan-- dia tidak mungkin salah. Reigha buru-buru keluar dari air, berlari cepat mengikuti asal suara tersebut– arah angin bertiup. "Reigha, kau mau kemana?" teriak Haiden, spontan keluar dari air untuk menyusul Reigha yang berlari kencang. Sedangkan Rafael dan Serena, mereka hanya mengikuti dari belakang. Tak mungkin mereka berlari karena Serena tengah hamil. Jadi, mereka hanya menyusul dengan langkah biasa. Reigha berhenti melangkah, dia sudah jauh dari tempat semula dan sialnya dia tidak mendengar suara itu lagi. Rahang Reigha mengatup kuat, tatapan matanya menajam dan penuh kekesalan. Damn it! Tak ada siapapun di sini dan-- suara itu menghilang. 'Aku tidak berhalusinasi.' batinnya, mengepalkan tangan. Wajahnya kaku, berbalut perasaan kesal yang bercampur kekecewaan a
Baca selengkapnya
Main di Semak-Semak
"Masih belum mau melepasnya?" ucap Reigha dingin dan rendah, setelah mereka dalam kamar. Ziea menggigit semakin kuat leher Reigha. "Asss." Reigha meringis pelan, menatap ke arah istrinya yang masih mengigit lehernya. Namun, kali ini gigitannya lebih kuat dari sebelumnya. Setelah itu Ziea melepas gigitannya, mengusap bibirnya kasar sembari menatap tajam ke arah Reigha yang juga tengah menatap Ziea datar. Kemudian merasa punya kesempatan melompat dari gendongan Reigha. Reigha mengusap pelan lehernya, terus menatap Ziea intens– tak melepas sedikitpun tatapannya dari istrinya tersebut. Reigha menghela napas dengan pelan, merogok saku celana lalu meraih tangan Ziea– menyematkan cincin pernikahan mereka di jari manis Ziea. "Maaf …," ucap Reigha pelan dan rendah, setelah memasang cincin tersebut kembali ke jari manis istrinya. "Hanya itu yang mau kamu bicarakan?" Ziea berkata remeh, berdecis sinis sembari melepas cincin tersebut dari jari manisnya. "Nah." Ziea meraih tangan Reigha ke
Baca selengkapnya
Kalian Berdamailah
"Perusahaan Mas bangkrut yah, makanya ngajak ke semak-semak begini?""Syuut!" peringat Reigha, membekap mulut Ziea kemudian memaksa istrinya untuk berjongkok– bersembunyi dalam semak-semak. 'Aduhh … jantung aku deg deg kan. Nggak mungkin kan se kelas Mas Reigha mau di semak-semak begini? Aku takut!!' batin Ziea, meneguk saliva dengan kasar– mendongak dan menatap suaminya yang masih membekap mulutnya. Tiba-tiba saja terdengar suara perbincangan, membuat pikiran kotor Ziea pada Reigha seketika lenyap. Ziea melotot horor dan syok kala mendengar percakapan orang-orang tersebut. "Ahahaha … mereka tidak tahu saja jika game ini sudah diatur sedemikian rupa oleh kita," tawa Nanda menggema. "Jangan keras. Pendengaran Rei tajam. Bagaimana jika dia mendengar?" dengkus Haiden. "Hais." Nanda berhenti tertawa. Team kedua terdiri dari empat orang; Haiden, Melodi, Nanda dan Lea. Keempat orang itu terus mengobrol dan bercanda. Lebih tepatnya, Nanda dan Lea yang saling melontarkan kalimat lucu-lu
Baca selengkapnya
Suka Padamu
"Sial. Bukannya Reigha dan Ziea yang terjebak di hutan, tetapi malah kalian semua yang terjebak di sana," ucap Rafael yang saat ini sudah berkumpul dengan para sepupunya, setelah semuanya pulang dari hutan– dalam keadaan wajah kusam dan kusut. Sekarang mereka akan lanjut ke permainan berikutnya. Ular tangga! Kali ini ide datang dari si Tupai Aayara. Biasanya ide Aayara selalu berhasil, dan semoga kali ini game pemersatu Reigha dan Ziea berhasil. "Cik, sudah kukatakan! Rencana menjelajah hutan hanya akan merugikan kita semua. Reigha itu cerdik dan licik," ucap Haiden, mendapat dengkusan dari Rafael. "Mereka sudah datang. Jangan berisik," ucap Nanda. Benar saja, Ziea dan Reigha datang. Mereka mengenakan baju seragam baru. Kali ini berwarna putih dengan bergambar ulat hijau di tengah baju serta sebuah tangga– pertanda jika mereka akan melakukan permainan ular tangga. Seperti biasa, lagi-lagi Ziea dan menjadi team. Permainan ini sudah mereka setting sedemikian rupa. Di mana team yang
Baca selengkapnya
Kata Cie yang Ada dimana-mana
"Mas Rei kan tidak suka keramaian. Serius ingin mengajakku ke sana?""Tapi aku suka padamu," ucap Reigha singkat. Nadanya tenang dan teduh, menoleh sekilas pada Ziea lalu memilih menatap lurus ke depan. "Tidak nyambung," gumam Ziea pelan. Diam-diam dan tanpa ia tahu jika Reigha tersenyum tipis, senyuman yang mampu membuat pria itu terlihat semakin tampan dan mempesona. Sayang Ziea tidak bisa melihat senyuman itu. ***"Taraaa …." Ziea menyeru senang dan riang, memutar tubuhnya di depan Reigha– membuat dress putih yang dia kenakan ikut berputar dan mengembang. Setelah di pasar, Ziea menemukan satu toko yang menjual banyak baju yang cocok dikenakan atau bernuansa pantai. Dan Ziea membeli satu dress model kurti dan vintage berwarna putih, di mana terdapat motif bunga di bagian dada dress, bawah dress serta lengan dress yang berbentuk balon. Ada guntingan 'V pada bagian dada dress namun bisa diikat jika tidak ingin tampil terbuka atau seksi. Yang paling menggemaskan bagi Ziea adalah pa
Baca selengkapnya
Rahasia Reigha yang Kelam
"Maaf, saya hanya ingin tahu kondisi Tuan. Anda keluar cukup lama dan mungkin berada di keramaian. Apa Tuan baik-baik saja?" tanya Camille dengan nada tegas tetapi tersirat kekhawatiran di mata perempuan itu. 'Apaah sih makhluk satu ini? Biar apa coba dia nanya begitu ke suami aku?' batin Ziea, diam-diam mengepalkan tangan karena merasa dongkol pada Camille. Kenapa perempuan ini harus datang?"Seperti yang kau lihat," jawab Reigha datar, membuka pintu kamar– mempersilahkan Ziea untuk masuk lebih dahulu. Ziea menurut dan segera masuk ke dalam. Sedangkan Reigha, dia menoleh ke arah Camille. "Tujuanmu masih sama bukan? Masih ingin bekerja denganku?" Camille menganggukkan kepala, setelah itu lebih memilih menunduk. "Saya paham, Tuan. Maaf jika kesannya saya berlebihan," ucapnya. Reigha sedang tidak bertanya padanya, tetapi itu kalimat peringatan dan ancaman sekaligus. Camille sangat mengenal tuannya dan memahaminya dengan jelas. "Bagus." Reigha berkata dingin. "Sejujurnya aku menyuka
Baca selengkapnya
Aku yang Salah
"Apa saja yang Aesya katakan padamu?" tanya Reigha dingin. Sejujurnya dia khawatir pada Ziea, karena semenjak menemui Aesya, istrinya ini lebih banyak diam– seperti banyak hal yang dipikirkan oleh istrinya ini. Mereka telah sampai di Paris-- lebih tepatnya di mansion mewah miliknya-- sejak tadi sore hingga sekarang Ziea hanya dalam kamar, mengurung. Awalnya Reigha membiarkan, karena kebiasaan istrinya ini ketika lelah perjalanan adalah langsung tidur. Namun, aneh saja rasanya jika makhluk yang banyak bicara ini tiba-tiba menjadi lebih pendiam. Ketika makan malam tadi, Ziea hanya diam. Reigha curiga jika diamnya Ziea itu disebabkan oleh pertemuannya dengan Aesya. "Umm … tidak ada, Mas. Kami hanya mengobrol masalah perempuan. Itu saja," jawab Ziea, tersenyum tipis untuk meyakinkan Reigha. 'Selama ini aku mengeluh karena sikap Mas Reigha yang terlalu dingin padaku, tidak banyak bicara dan suka mengurung denganku dalam kamar. Ternyata Mas begitu karena dia nyaman denganku. Nyaman sehi
Baca selengkapnya
Nyonya Reigha
"Dan itu kesalahanku. Membuatmu merasa tidak nyaman, marah, salah paham, cemburu dan menyakitimu. Itu semua karena kesalahanku," ucap Reigha lembut dan pelan, berkata dengan nada rendah serta serak– menggenggam tangan Ziea sembari menatap penuh ketulusan dan cinta pada istrinya tersebut. Ziea menggigit bibir bawah, mendongak dan menatap Reigha dengan perasaan campur aduk. Tatapan mata pria ini menghipnotis dan menghanyutkan Ziea, ingin sekali dia berpaling karena tidak sanggup dengan perasaan terlalu senang dalam sana. Namun tidak bisa! Mata Reigha seakan mengikat dan membawa Ziea lebih dalam. Pipi Ziea memerah– bersemu seperti kepiting rebus dan terasa panas. Jantungnya berdebar kencang serta hatinya bergetar. Namun, benarkah ini suaminya? Tidak! Ini terlalu manis. Reigha tidak pernah manis seperti ini. Ziea melepas tangannya dari genggaman Reigha, tiba-tiba dia menghadap lurus ke depan– menatap kosong ke arah tembok dengan raut muka gugup serta mata membulat sempurna. Lalu tiba-t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
34
DMCA.com Protection Status