All Chapters of Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar: Chapter 121 - Chapter 130
198 Chapters
121. Karena Minuman
Srrrtt… Rendi menghentikan laju mobil di seberang jalan sebuah rumah mewah bercat putih. Namun, baik Leo maupun Rendi, keduanya tak langsung turun dari kendaraan. ‘’Delia ada di sana. Juga Valerie,’’ ucap Rendi sambil menurunkan jendela. ‘’Ini rumahmu?’’ ‘’Bukan. Ini rumah yang dihadiahkan papi atas kelahiran Ryan,’’ papar Rendi. Ia tau karena ia lah yang merekomendasikannya pada Arka. Dalam hati begitu lega, karena akhirnya Leo telah mengetahui di mana Valerie. ‘’Mas, aku sangat berterimakasih padamu,’
Read more
122. Masuk Diam-Diam
‘’Pak, tolong berhenti. Itu sepertinya teman saya.’’ Tidak sengaja Valerie melihat Nathan di jalan. Sedang berkutat dengan ban dan dongkrak sendirian. ‘’Nathan,’’ Valerie mengeluarkan kepalanya saat mobil berhenti tepat di sebelah laki-laki berkemeja putih itu. ‘’Val,’’ Nathan lekas berdiri. ‘’Mobilku tadi bannya kempes. Dan aku langsung menggantinya. Tapi sekarang sudah selesai.’’ ‘’Oh, aku kira kamu butuh bantuan.’’  ‘’Kok kamu lewat sini, Val? Rumahmu di sini memangnya?’’ 
Read more
123. Ada Aku Di Sini
‘’Sampah?’’ ‘’Lalu apa kalau bukan sampah? Tak hanya sebutan itu, tapi juga caramu memperlakukanku!’’ Separah itukah aku menyakitinya? Hingga kata semanis itu saja dianggap bagai untaian kata tak bermakna? ‘’Untuk apa masih di sini? Keluar sekarang!’’ seruan Valerie membangunkan Leo dari lamunan. ‘’Apa tidak boleh kalau mas di sini meski untuk sebentar?’’ ‘’Untuk apa lagi? Selain kamu yang berstatus sebagai ayah Ryan, kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi. Kembali saja ke istrimu yang sangat kamu cintai itu, Mas.’’
Read more
124. Pilar Rapuh
Tapi kalimat Vania tak memadamkan sakit hati Leo sekarang. Alih-alih bertahan dan membalas pelukan Vania selepas kepergian Nathan, Leo memilih untuk keluar hingga membuat Vania merasa tak dianggap. Vira dan Valerie kaget, karena tiba-tiba Leo muncul dari sisi halaman yang memang cukup gelap dan baru sadar jika ada mobil Leo di sana. Mengambil Ryan dan langsung menghapus bekas bibir Nathan menggunakan tangannya. ‘’Leo, apa yang kamu lakukan, Nak?’’ Vira merasa aneh dengan sikap Leo. Begitupun Valerie. ‘’Anakku tidak boleh dicium sembarangan orang, Ma.’’ 
Read more
125. Pemicu Keretakan
Di dekat jendela dengan tirai terbuka, Vania memandang rembulan sambil mengusap perutnya yang membuncit.  Malam ini, benda angkasa itu sangat cantik. Putih dan terang, menyinari bumi seperti biasa, ketika malam. Alasannya tidak pernah menutup penghalang cahaya itu ialah, pemandangan tersebut selalu berhasil menghibur kegundahan Vania. Juga berbagai macam perasaan, di mana Vania merasa sedang tidak baik-baik saja. ‘’Mas, jangan ditutup!’’ pekik Vania, karena Leo ingin menggeser gorden dan menutupnya. ‘’Sayang, tidak baik tidur dengan tirai terbuka seperti ini.’’ ‘’Tapi jen
Read more
126. Istrimu Nyariin
Panjang umur sekali. Kebetulan gawai pipih itu berada di atas meja, pesan masuk di ponsel Nathan tak sengaja dilihat Delia. ‘’Tuh, istrimu nyariin,’’ celetuk Delia lalu kembali melihat televisi. Mas, kamu di rumah Valerie? Aku sudah di perjalanan mau ke sana. Namun Nathan malah memasukkan ponsel ke saku tanpa membalas pesan tersebut. Menganggap pemberitahuan Lili hanyalah pesan biasa. ‘’Apa menurutmu Valerie sudah tidak punya perasaan terhadapku, Del?’’ ‘’Seratus persen sudah gak ada!’’ ucap Delia penuh percaya diri. ‘’Kamu ngapain sih nanya-nanya kayak gitu? Eh, Na
Read more
127. Rapuh dan Kosong
‘’Tentu saja kamu, Li. Lalu siapa lagi?’’  Tapi Lili tetap tidak percaya semudah itu. Kilat maniknya kian menunjukkan kesedihan. ‘’Tapi aku tidak merasa seperti itu. Insting seorang istri itu tajam, Mas. Kamu tidak bisa membodohiku.’’ Nathan langsung menepikan mobil saat melihat Lili menyeka air mata.  ‘’Apa hanya karena kita tidur bersama sejak lama?’’ ‘’Itu salah satunya. Tapi yang membuatku kian yakin, bahwa rasa cintamu tidak pernah ada, adalah caramu menatap Valerie tidak sama dengan caramu menatapku.’’ 
Read more
128. Berterus Terang
Telah Rendi putuskan, bahwa hari ini akan menemui Valerie. Ditambah, sudah cukup lama Rendi pisah ranjang dengan Delia, tanpa kepastian akan dibawa kemana rumah tangga mereka. Jadi, sekalian saja Rendi menuntaskan masalah yang telah menjadi buah pikirannya selama ini. ‘’Mas, hari ini temani aku periksa. Soalnya sudah mau masuk bulannya aku mau lahiran.’’ ‘’Minta Kak Alin saja, ya.’’ Rendi memasang telinga lebar-lebar dari meja makan.  ‘’Memangnya sesibuk apa sih, Mas? Aku yakin, kalau kerjaan kamu itu bisa digantikan oleh Mas Rendi.’’  ‘’Aku tidak mau lagi merepotk
Read more
129. Tak Punya Muka
‘’Sekarang, Leo tidak bahagia hidupnya. Vania juga. Dan Kamu yang menjanda seperti ini, semua itu dikarenakan, Mas, Val. Bukan Leo.’’ Menganggap bahwa Rendi tidak pernah ikut campur dalam masalahnya, ternyata Rendi adalah sumber dari kegelapan yang mengisi hidupnya. Valerie berdiri, menyeka air mata yang tumpah. Lagi-lagi masih tak percaya bila Rendi adalah penyebab hidupnya yang menyedihkan. ‘’Maukah kamu memaafkan, Mas, Valerie?’’ Nada Rendi merendah. Matanya memelas meminta pengampunan.  ‘’Mas benar-benar menyesal, Val. Tolong maafkan, Mas.’’ ‘’Mau bagaimanapun menye
Read more
130. Mengharapkan Pengertian
‘’Maafin aku, Val.’’ ‘’Tidak ada yang perlu dimaafkan.’’ Delia selalu dibuat kagum dengan kebaikan Valerie. Sahabatnya itu, tidak pernah berlama-lama menyimpan dendam. Keduanya saling melepas pelukan. Menyeka air mata masing-masing hingga Delia tetap memutuskan berada di rumah itu dan tidak meninggalkan Valerie. ‘’Del, sekarang hubungi Mas Rendi. Katakan kalau kamu tidak mau bercerai.’’ ‘’Gak bisa, Val. Aku sudah terlanjur jatuh kata. Lagi pula, aku harus menepati janji, kalau tidak bisa hamil, aku harus berpisah dengannya.’’ 
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status