Semua Bab Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar: Bab 191 - Bab 198
198 Bab
191. Pernikahan
Gavi berdiri menghampiri Vania. Baginya keputusan itu sangat gila.‘’Kamu bicara apa? Aku tidak mau.’’ Gavi berdesis di telinga Vania.Namun siapapun tahu, dari ekspresi saja sudah menjelaskan apa yang Gavi bisikkan.‘’Kita harus bicara berdua.’’ Gavi menarik lengan Vania untuk menjauhi brankar. Tetapi langkah baru saja sesenti, Vania menyentak pegangan tersebut hingga terlepas.‘’Tidak. Semua harus dibicarakan di sini.’’Gavi melotot memberi isyarat. Tapi Vania berkeras dengan keputusannya.Berada di posisi yang tidak tahu menahu itu seperti kambing bodoh. Ada dalam situasi tapi tidak mengerti karena orang-orang di sekeliling menutupi.Apapun yang ingin Gavi sampaikan, Sandra juga berhak tahu.‘’Tidak ada tempat untuk lari, Gavi. Menghindar ataupun menolak, tidak merubah kalau kamu sudah membuat Sandra hamil,’’ seru Vania pada sang suami.Gavi terhenyak. Vania seakan tahu yang dipikirkannya.‘’Kamu harus menikahi dia, Gavi. Kamu harus menikah dengannya.’’Mental Sandra saat ini sanga
Baca selengkapnya
192. Pingsan
Vania menahan napas sejenak, perlahan masuk ke kamarnya dan menatap sekitar.Menyadari tempat itu adalah tempatnya dan Gavi, kini merasa sudah tak sama lagi.Foto pernikahan yang menggantung, tak hanya Gavi dengannya tapi juga dengan Sandra.Apa ini?Aku di mana?‘’Tidak, tidak!’’ gumam Vania. Kedua tangan meremas rambut di kepala. Adakah mimpi buruk yang seperti ini? Mimpi namun terasa nyata? ‘’Tidak. Aku tidak mau ada wanita itu!’’ ‘’Tidak… tidaaaakkk!’’ teriaknya. Hingga membuat Vania membuka mata. Berikut nafas memburu takut.Astaga!‘’Aku mimpi?’’ Vania bergumam bersama rasa lega. Melihat figura masih menggantung tunggal tanpa ada figura lain di kedua sisi.Mimpi buruk yang baru saja dialami seperti nyata. Perlahan Vania mendudukkan tubuh dengan kepala yang sedikit sakit.‘’Apa sungguhan? Apa sekarang aku sudah punya madu?’’ Vania masih linglung menyimpulkannya.‘’Mama! Mama sudah sadar?’’Suara mungil itu menyentak Vania dari kebingungan. Pusing seakan hilang. Seketika mencar
Baca selengkapnya
193. Menyemangati
‘’Maaf mama jadi menangis.’’ Yura menghapus air matanya. Terlalu larut dalam suasana hingga lupa tujuan ke kamar Vania.‘’Nggak apa-apa, kok, Ma.’’‘’Kamu gimana? Apa sudah enakan? Apa yang dirasa, Nak?’’Vania menggeleng. Hanya sedikit pusing tapi sudah membaik. ‘’Vania malah mengkhawtirkan mama. Vania takut sakit jantung mama kambuh.’’‘’Akhirnya ada kemajuan juga, Van. Ini semua karena San… ah, sudahlah kita jangan bahas dia.’’ Yura tak ingin membuat Vania sedih. Dan juga, sekarang dirinya sudah sembuh. Takutnya bila membahas Sandra, jantungnya malah jadi kambuh.‘’Kamu makan, ya. Mama sudah suruh Lia bawain bubur.’’‘’Iya, Ma.’’Bertepatan dengan itu, Lia datang membawa mangkuk putih di atas nampan. Asapnya mengepul pertanda masih panas.‘’Cepat sini, Lia. Nanti buburnya dingin.’’‘’Baik, Nyonya.’’Tertatih namun waspada sang ART menyodorkannya.‘’Buka mulutnya, Nak.’’ Yura bersiap ingin menyuapi.‘’Ma, Vania bisa sendiri,’’ Vania berseru ingin meraih mangkuk dari tangan Yura.‘’
Baca selengkapnya
194. Ingin Diperlakukan Adil
‘’Papa!’’Gia berseru dan berlari menghampiri Gavi.Gavi sendiri terkejut karena Gia menyadari keberadaannya. ‘’Anak papa sudah pulang sekolah.’’ Walau lelah, Gavi tetap menggendong putrinya. Tangan Gia segera melingkar kuat di leher sang ayah.Tak ingin melepaskan karena cukup lama tidak bermanja-manja seperti ini.‘’Sudah, Papa. Papa Gia mau makan,’’ pintanya.‘’Ayo.’’ Gavi segera berbalik, namun Gia membuat langkahnya berhenti.‘’Tapi sama mama sama oma, Papa. Ayo, ayo. Kita makan.’’ Tangan mungil itu berayun mengajak dua wanita yang sedang terpaku memandang satu sama lain.‘’Loh, kok diam. Ayo oma. Ayo mama. Perut Gia sudah bunyi kukuruyuk.’’ ‘’Suara perut itu kriuk, Gia. kalau kukuruyuk itu ayam,’’ jelas Gavi. Namun Gia mengangkat bahu tak peduli. Gia lebih peduli pada dua orang di hadapannya.‘’Papa, kok oma sama mama nggak bergerak, ya?’’ tanyanya penasaran. Gavi sendiri paham mengapa keduanya belum beranjak. Setelah menyakiti Vania, Gavi tak bisa berharap banyak keduany
Baca selengkapnya
195. Sulit Tersenyum
Melihat Sandra sekarang, Gavi berkacak pinggang sembari menghela nafas berat. Rasanya begitu letih menghadapi dua wanita yang sedang tantrum. Sesal pun tiada guna. Garam sudah ditabur dan kini baru terasa asinnya.‘’Sandra.’’ Gavi jongkok menyetarakan posisi. Tetapi Sandra tetap menunduk tak menggubris.‘’Mau kamu apa? Jangan pakai sikap gadis-gadis muda yang ingin dimengerti. Cukup katakan saja,’’ serunya berharap tak ada drama lagi.Entahlah. Mungkin karena sadar, tak ada satupun orang di rumah ini yang peduli, Sandra merasa sangat kesepian. Mereka hanya memikirkan agar dirinya tidak mengambil jalan pintas. Namun begitu, Gavi sebagai sosok suami tidak membantunya untuk melalui penderitaan hingga membuatnya marah.‘’Tidur di sini,’’ seru Sandra dengan pandangan memelas. ‘’Tidur di sini?’’ Vania rasanya tak rela mendengar permintaan itu.Sebelumnya Gavi mendatanginya memohon agar Vania mengizinkannya tidur di kamar mereka. Mungkin itu cara Gavi untuk mencairkan suasana. Gavi memo
Baca selengkapnya
196. Melampiaskan
‘’Dari mana kamu?’’ serang Gavi begitu Sandra akan naik ke ranjang.Padahal sudah memastikan bahwa Gavi sudah tidur pulas. Ternyata Sandra salah.‘’Aku habis dari dapur.’’Gavi memicing mencari kebohongan. Tetapi rasa kantuk membuatnya tak ingin ambil pusing. Selagi bukan Vania yang ditemui Sandra, maka tidak ada masalah.‘’Ya sudah tidur cepat. Jangan keluyuran kemana-mana lagi. Kamu sedang hamil.’’ Gavi tak mau Sandra lepas dari pantauannya. Wanita itu bisa saja nekat.‘’Iya, Gav,’’ serunya buru-buru berbaring.‘’Kamu mengkhawatirkan aku?’’ Sandra menatap wajah tampan yang sedang memejam itu.Tapi bukannya jawaban yang didapat, melainkan sikap acuh Gavi. Pria itu merubah posisi tidurnya agar tak berhadapan. Sehingga kini malah membelakangi.Sampai kapan kamu mau seperti ini, Gavi? Batin Sandra menjerit. Lagi-lagi dirinya menangis. Jangankan madu, suaminya pun tak menganggapnya ada.***Langit-langit putih bercorak jelas, menjadi pemandangan pertama ketika Gavi terbangun dari tidurn
Baca selengkapnya
197. Dua Mama
Bagaimana agar Vania mau memaafkannya. Hanya itu yang Gavi pikirkan. Apapun dan bagaimanapun caranya, Gavi harus mencairkan sikap dingin sang istri.Tidak bisa hidup tanpa Vania. Semua kesalahan ini membawanya ke lubang nestapa tak berujung. ‘’Aku tidak ingin ada jarak di antara kita, Sayang. Aku tersiksa melihatmu begitu acuh,’’ lirihnya memeluk Vania erat. ‘’Karena itu, izinkan aku menceraikannya. Kalau dia memang mau mati, biarkan saja. Kita tidak bisa menghalangi takdir seseorang, bukan?’’Vania menjauhkan Gavi dan lekas menutupi tubuhnya dengan selimut.Vania seperti tidak mengenal Gavi lagi.‘’Jangan pernah lakukan itu. Hidupnya sudah hancur. Jangan membuatnya semakin kesulitan, Gavi. Apa kamu tidak berpikir kalau kita punya anak perempuan? Bagaimana jika dia bernasib buruk seperti Sandra?’’ Walau mengharapkan mereka berpisah, tetapi Vania masih punya hati.‘’Pikirkan anak kita. Karma itu ada Gavi.’’ Vania tak mau anaknya menjadi korban. Cukup dirinya yang mendapat karma karena
Baca selengkapnya
198. Terus Disalahkan
Dengan cepat Gia berlari memeluk Vania, begitu juga dengan Vania yang langsung menggendongnya.‘’Mama, Tante Sandra bilang, Vania harus panggil tante dengan sebutan mama. Karena, papa sudah menikah dengan tante, Ma,’’ ungkap Gia sembari sesegukan. ‘’Gia nggak mau, Ma. Gia nggak mau punya mama lagi. Gia nggak mau.’’‘’Maaf, Vania. Aku hanya menjelaskan apa adanya,’’ ujar Sandra membela diri. Berdiri dari duduknya.‘’Bicara dengan anak-anak bukan seperti itu, Sandra!’’ seru Vania dengan bola mata sebesar kemarahannya. ‘’Namun sampai kapan harus disembunyikan? Gia pasti akan bertanya mengapa aku masih di sini.’’Dada Vania benar-benar bergemuruh. Vania palingkan wajahnya pada Gia dan mengusap air matanya. Anak kecil itu tidak terima ayahnya punya istri dua.‘’Tidak perlu terburu-buru. Apa jangan-jangan kamu memang sengaja ingin diakui di rumah ini?’’‘’Bukankah seharusnya memang begitu? Apa aku tidak berhak mendapat penerimaan? Bahkan ART di rumah ini pun tidak melakukannya.’’ Telunjuk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status