Semua Bab Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar: Bab 151 - Bab 160
198 Bab
151. Sudahi Perselisihan Kita
Berulang kali Nathan ingin membuka mulut namun urung ia lakukan. Arka juga tak menyangka bila Ryan, sang pewaris kekayaan batu bara miliknya, bukanlah darah daging Leo sebenarnya. ‘’Ryan anakmu?’’ Kini ditambah dengan Vania, yang entah sejak kapan mendengar perbincangan mereka. Juga Gavi dan Vira, yang membawa Ryan dalam dekapan. Saat itu semua mata langsung tertuju pada bayi tampan tersebut. Kemiripan Ryan dengan Valerie. Menjadi keberuntungan bagi sang ibu karena tak sia-sia berjuang mengandung selama sembilan bulan. Sekaligus memanipulasi mata, serta mencetak fakta akan tidak terpikirnya orang-orang bahwa tak ada sedikitpun kemiripan Leo dengan Ryan. 
Baca selengkapnya
152. Rahasia Yang Terkuak
Seketika Valerie saling pandang dengan Vania, hingga keduanya saling menatap begitu dalam. ‘’Tapi…’’ ‘’Apa kamu membenci, Mas?’’ Valerie menggeleng sekaligus merasa ketidakadilan bagi Vania. Wanita itu pun juga diperkosa, mengandung bukan anak Leo dan berakhir berpisah. Namun dirinya? Leo tetap mempertahankan, tak mempermasalahkan Ryan layaknya bukan sebuah batu sandungan.  Melihat cinta Leo yang besar, Vania tersadar tak akan pernah mendapat hati Leo kembali. Perasaannya yang tersisa, tetaplah menjadi perasaan yang terabaikan. ‘’Kamu memikirkan apakah Ryan akan tetap mas anggap anak bi
Baca selengkapnya
153. Persiapan Pernikahan
Semua yang terpendam memang harus diutarakan. Menyimpan rahasia juga tak akan membuat keadaan jauh lebih baik.   Memang akan membuat banyak orang tidak siap, terhina dan terkejut. Tapi buku yang yang terbuka lebih baik dari pada buku yang tertutup.   Valerie menitikkan air mata suka cita. Namun Leo menghapusnya hingga Valerie menatap penuh tanya.   Perlahan tangan yang bergerak di pipi turun ke satu tangan Valerie. Leo tersenyum dalam balutan perban dan rembesan darah masih terlihat basah.   ‘’Sebenarnya mas pergi keluar karena ingin melamar kamu hari ini. Mas juga telah membeli sebuah cincin tapi cincin itu hilang saat kecelakaan. Mungkin ada yang mencuri.’’ Leo tampak kecewa.
Baca selengkapnya
154. Pasangan Tak Terpisahkan
Hal yang tak pernah Valerie bayangkan. Yaitu bergema suara dari para saksi, mengatakan ‘sah’ bersamaan, tepat di tengah-tengah keluarga inti. Pernikahan impian Valerie, dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat telah terwujud di hari ini. Laki-laki yang dulunya membuatnya menikah hanya dihadiri oleh beberapa orang itu tersenyum padanya. Lalu mengecup kening Valerie yang masih dilanda perasaan haru. Benarkah ini semua? Benarkah Leo telah menjadi suaminya? Lagi? ‘’Sayang, ayo kita beri selamat pada Gavi dan Vania.’’ Valerie baru teringat bila ijab kabul Gavi dan Vania dilakukan lebih dulu, setelah itu barulah mereka. ‘’Ya, Mas.’’ Vania tampak cantik dengan balutan kebaya biru sementara Valerie berkebaya merah muda. ‘’Mas Leo, kamu gak mau peluk aku di hari bahagia k
Baca selengkapnya
155. Berita Bahagia
Satu tahun kemudian… Valerie menerima kabar. Seorang anak perempuan baru saja lahir dari rahim Vania. Hela nafas lega berikut ekspresi bahagia disertai hembusan angin dingin, membuat senyum Valerie mengembang bak layar perahu di tengah samudera tak berombak. Pikiran menerawang, menembus ruang dan waktu, membayangkan Vania sedang bersama seorang bayi lucu.  Akhirnya, kesempatan untuk jua memiliki anak menghampiri sang kakak. Valerie terharu. Sebab, prahara anak sangat mendominasi hidup Vania. Bangkit dari kursi seraya meletakkan gagang telepon, Valerie lantas mencari Leo, tak sabar ingin
Baca selengkapnya
156. Seperti Orang Asing
Sementara Rendi, akhirnya memutuskan untuk mengadopsi anak, sebanyak dua sekaligus. Bayi laki-laki, yang diambil dari panti asuhan. Keputusan besar itu dibuat, berdasarkan saran dari Leo. Dulu pernah memiliki ide, mengambil anak untuk mengelabui kehamilan Vania. Tak disangka, malah kakaknya lah yang melakukan itu namun dengan tujuan berbeda.  Alin dan Delia membutuhkan tawa anak-anak di rumah megah mereka. Karena, terus merasa kesepian, bila di rumah hanya ada mereka berdua di saat Rendi berangkat bekerja.  ‘’Aku kasih nama Rico, Lin.’’  ‘’Yang ini aku kasih nama Raffi.’’ 
Baca selengkapnya
157. Menantu Emas Kini Tak Berharga
‘’Mbak Van, bisa kan nanti datang ke ulang tahun Rico dan Raffi?’’ ucap Valerie dari seberang telepon.   ‘’Tumben gak dirayain di Kalimantan, Val?’’    Meski tak pernah datang walau kerap kali diundang, Vania sadar diri akan posisinya di keluarga Arka. Apalagi perayaan si kembar selalu diadakan di tempat Naya dan Arka, yang artinya hanya untuk keluarga terdekat saja.   Dan sekarang, Vania bukan siapa-siapa keluarga tersebut.   ‘’Valerie nggak tau, Mbak. Mungkin Mas Rendi, Delia dan Alin ingin suasana baru.’’   Mungkin kali ini Vania harus datang, sebab dirayakan di Jakarta. Sehingga tak memiliki alasan untuk tidak hadir.  
Baca selengkapnya
158. Mengutarakan Keinginan Terpendam
‘’Oma. Oma, Papa!’’   Gavi menggendong Gia, namun setelahnya menatap Vania meminta penjelasan.    Vania benar-benar serba salah.   Sulit memberitahu, di saat Vania berada dalam intimidasi tatapan sang mertua. Buru-buru Vania memasang senyum palsu, seolah tidak terjadi hal serius yang perlu dikhawatirkan.   ‘’Biasa. Alia sudah berteriak cepat-cepat namun Gia masih belum memakai sepatu.’’   ‘’Hanya itu?’’ Kini Gavi bertanya pada Gia, tapi dengan tegas gadis cilik itu menggeleng. Lalu kembali terisak.    ‘’Gestur anak kita berkata tidak. Sebenarnya ada apa?’’   
Baca selengkapnya
159. Tempat Berlindung
‘’Raffi dan Rico? Gia mau datang, Pa. Gia mau, Ma. Boleh ya, Papa?’’ Gia melompat-lompat dalam pelukan Gavi. Memohon antusias dengan bibir mencebik. Seolah melupakan tangisan akibat ulah Yura beberapa waktu lalu. Tidak heran reaksi Gia seperti itu. Sebab, di sekolah, si kembar memang sangat akrab dengan Gia dan Alia. Bisa dikatakan, keempatnya merupakan teman sepermainan. ‘’Tentu saja boleh.’’ ‘’Hore!’’  Peluk cium diterima Gavi, dari putri semata wayang hasil buah cintanya dengan Vania. ‘’Terimakasih papa. Papa memang yang terbaik.’’ 
Baca selengkapnya
160. Perbedaan
Rumah orang tua mana yang akan menutup, bila ada anaknya yang ingin masuk? Begitu pula dengan Vira, tak sampai hati meski tidak langsung mengizinkan. Vira memilih mencari tahu terlebih dulu, mengapa Vania sampai ingin kembali ke tempat di mana dirinya dibesarkan. Di umur yang sudah lanjut usia, Vira berpikir bahwa kedua anaknya sudah bahagia.  Dulu pernah berselisih memperebutkan satu suami. Tapi kini, keduanya sudah memiliki pasangan sendiri-sendiri.  Selain itu, baik Valerie dan Vania, tidak pernah menunjukkan lagi adanya kesulitan dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Tak ada perce
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
20
DMCA.com Protection Status