All Chapters of Terbelenggu Cinta CEO Kaya: Chapter 81 - Chapter 90
108 Chapters
BAB 81 Penuh Penyesalan
Cakra hanya termenung di ranjang. Sejak Arshaka pergi dari kamar perawatannya. Cakra terus diam dan tidak mau diajak bicara, bahkan kepada dokter dan perawat yang memeriksa kondisinya. Anindya merasa sedih melihat keadaan suaminya. Tatapan mata Cakra begitu kosong dan hampa seolah sesuatu telah merenggut cahaya dan sinar matanya. “Apa yang sudah Arshaka katakan, Mas. Kenapa kamu jadi seperti ini?” tuntut Anindya dengan kesal saat suaminya itu hanya diam saja.“Saya akan menemuinya. Anak itu sudah keterlaluan, saya akan menyeretnya dan menyuruhnya meminta maaf,” lanjut Anindya dengan geram. Arshaka sudah sangat keterlaluan, pikir Anindya. Cakra hanya menggeleng sambil meletakkan tangannya di atas punggung tangan istrinya.Anindya menjadi semakin frustrasi, entah apa yang sudah Arshaka katakan pada Cakra. Kali ini, Anindya tidak akan memaafkannya dengan begitu mudah. “Kalau begitu katakan, Mas. Apa yang sudah Arshaka lakukan?”Cakra tidak meresponnya, membuat Anindya semakin putus a
Read more
BAB 82 Pesan Terakhir
Kondisi Cakra semakin menurun beberapa hari kemudian. Semua orang sudah berkumpul di dalam kamarnya. “Maafkan Papa ya, Rin. Maaf kalau selama ini Papa belum bisa menjadi ayah yang baik untuk kamu,” kata Cakra sambil mengusap kepala Arini.“Arini juga minta maaf, Pa. Maafkan semua kesalahan Rini,” bala Arini dengan air mata berlinang. “Tolong jaga putri Papa ya, No.” Cakra menyatukan tangan Arini dan juga Arseno yang kini menganggukan kepalanya seolah mengatakan jika Cakra tidak perlu khawatir.Setelah berbicara dengan Arini dan Arseno. Cakra menatap ke arah Varisha dan Sebastian. “Terima kasih, Pa. Terima kasih sudah hadir dalam hidup Varisha dan memberikan kasih sayang yang tidak pernah Varisha bayangkan. Varisha sayang Papa,” ucap Varisha sebelum Cakra sempat berbicara. Ia mendekat beberapa langkah lalu mencium kening ayahnya. Cakra tersenyum sambil mengusap sisa-sisa air mata di wajah putrinya. “Jangan menangis lagi, Varisha. Nikmatilah hidupmu. Mulai sekarang, apa pun pilihan
Read more
BAB 83 Seperti kutukan
Arshaka memasuki ruang kerja ayahnya dengan langkah-langkah berat. Udara yang terasa pengap dan harum kertas bergelayutan di sekitarnya, menyapa Arshaka dengan kenangan lama yang sudah hampir terlupakan. Delapan tahun tak melangkah ke sini, namun ruangan ini seolah membawa kembali alur masa lalu.Ruangan itu masih seperti yang ia kenal, meski terlihat sedikit berbeda. Lukisan-lukisan megah yang menghiasi dinding memberikan aura kesan klasik pada ruangan tersebut. Arshaka melihat lukisan favorit ayahnya, sebuah karya seni yang selalu mencuri perhatiannya. Di antara gambar-gambar itu, ada tambahan beberapa karya lain yang tak terlalu diperhatikan oleh Arshaka.Lalu, pandangannya beralih ke meja kayu yang sudah menjadi saksi bisu pertemuan pertama mereka dalam beberapa tahun terakhir. Di antara tumpukan kertas, pena, dan alat tulis, terdapat bingkai foto yang membawa Arshaka kembali ke masa kecilnya. Di situ, senyumnya bersanding dengan senyum bahagia sang ayah. Saat itu, dunia terasa be
Read more
BAB 84 Duka yang Pekat
Dua tahun kemudian, segalanya berubah total. Kata-kata Arshaka yang seperti kutukan itu seolah berhasil meluluhlantahkan kehidupan Varisha yang bahagia. Varisha kembali merasakan duka mendalam karena Sebastian telah meninggalkannya untuk selamanya dalam kecelakaan pesawat yang menimpanya. Varisha merasa sangat terpukul. Masih terbayang jerit tangis dan sesak di dadanya ketika mendengar kabar mengejutkan itu. Varisha tidak bisa merasakan apa pun kecuali rasa sakit yang teramat dalam. Mereka baru saja merayakan anniversary yang ke sepuluh. Namun, takdir seolah kembali merenggut semuanya. Seolah Varisha masih bertahan hanya demi anak-anaknya yang masih membutuhkannya. Varisha harus berjuang seorang diri setelah kepergian suaminya. Ia mengambil alih perusahaan Sebastian dan terus menyibukkan waktunya. Hubungannya dengan anak-anaknya menjadi sedikit terganggu karena kesibukan Varisha yang tidak ada habisnya. Bahkan, ia hampir tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. “Rissa mau pergi
Read more
BAB 85 Mimpi Buruk yang Terulang
Varisha membelai kepala putrinya dengan lembut. Perhatiannya tercurahkan ke wajah damai Marissa yang sedang tertidur pulas. Napasnya yang teratur membuat Varisha bersyukur karena beberapa waktu lalu hampir saja napas itu berhenti berdetak.Air mata Varisha kembali mengalir, ketakutan dan kegelisahan menyelimuti hatinya ketika mengingat pertemuannya dengan Arshaka tadi. Pria itu masih tidak banyak berubah dalam dua tahun, masih tampan, tubuhnya tegap, dan pandangannya selalu dingin dan tajam. Namun, kali ini, Arshaka bersikap seolah tidak mengenalnya. Mungkin memang itulah jalan yang terbaik. Tapi entah mengapa Varisha merasakan rasa sakit di hatinya melihat keasingan yang ditunjukkan oleh pria itu.Pria itu kembali menghilang saat Varisha mencarinya untuk berterima kasih. Arshaka seolah kembali menghilang ditelan bumi. Begitu pun ketika Varisha mencari pria itu keesokan harinya di hotel yang masih menjadi tempat bersejarah bagi keduanya, Arshaka tidak ada di sana. Varisha menyerah da
Read more
BAB 86 Kalian Memang Bodoh
Varisha tidak mau menyia-nyiakan waktunya yang tidak banyak. Setelah turun dari pesawat, ia segera memesan taksi yang mengantarnya ke alamat yang sudah ia tunjukkan pada sang supir. Butuh waktu satu jam, hingga akhirnya Varisha sampai di sebuah apartemen mewah di kota tersebut. Kemegahan apartemen itu segera mencuri perhatian Varisha begitu ia tiba. Penjagaan yang ketat menambah aura eksklusif di sekitarnya. Setelah beberapa menit, Varisha diberi izin untuk masuk. Tanpa banyak menunggu, ia naik ke lantai apartemen tempat Arshaka berada. Ia melangkah keluar dengan harap-harap cemas. Semoga harapannya untuk bertemu dengan pria itu bisa terjadi tanpa banyak drama lagi.Merasa tegang, Varisha menghela napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengetuk pintu dengan tegas. Detak jantungnya berdegup kencang ketika pintu terbuka, mengungkap seorang wanita berambut pirang dengan postur tubuh yang memikat, melengkung indah dengan pesona yang tak terbantahkan. Wanita tersebut jauh lebih tinggi dari Va
Read more
BAB 87 Tak Terkendali
“Adikmu datang untuk mencarimu,” kata Sophia yang kini sudah kembali ke meja makan bersama dengan Varisha. Arshaka terdiam dengan wajah yang dingin dan pandangan tajamnya. Ada amarah yang cukup besar dalam sorot matanya ketika melihat Varisha dan wanita itu sangat menyadarinya.“Aku akan keluar sebentar. Kalian bisa mengobrol dengan nyaman.” Sophia segera meninggalkan ruangan dan pergi keluar. “Siapa yang menyuruhmu masuk?” Arshaka melontarkan setiap perkataannya dengan tajam. “Jangan salahkan Sophia, dia tidak tahu siapa aku.”Arshaka tersenyum mengejek. “Tentu saja dia tidak tahu siapa kamu. Kalau dia tahu… saya yakin kamu tidak akan pernah bisa melewati pintu itu.”“Aku tahu… tapi aku datang bukan untuk itu,” ujar Varisha dengan suara yang dibuat setenang mungkin. Berurusan dengan Arshaka tetap membuat tubuhnya gemetar. Apalagi saat melihat sorot matanya yang seolah bisa berbicara. Varisha tahu jika amarah dan kebencian pria itu belum hilang sepenuhnya. “Saya tidak peduli apa p
Read more
BAB 88 Malang Tak Bisa Ditawar
Varisha termenung di samping ranjang Marissa. Sudah satu bulan sejak putrinya dirawat di rumah sakit dan juga kepulangannya dari Spanyol yang ternyata malah semakin menambah rasa bersalahnya. “Mama mikirin apa?” Marissa membuka matanya perlahan lalu memandang wajah Varisha.“Mama nggak mau lihat Marissa sakit lagi. Kalau bisa biar Mama saja yang menggantikannya, Sayang.” Varisha mengecup kening Marissa cukup lama.“Rissa akan baik-baik saja, Ma. Mama jangan khawatir. Rissa kuat seperti Mama,” balas Marissa dengan nada menennagkan yang justru membuat air mata Varisha meleleh.“Maafkan Mama, Sayang. Maaf karena Mama belum bisa menjadi ibu yang terbaik untuk Rissa,” lirih Varisha dengan suara gemetar. Marissa menggeleng. “Mama adalah ibu terhebat di hati Rissa. Nggak ada yang kayak Mama. Rissa sayang Mama.” “Apa kamu masih mau bertemu dengan Om yang menyelamatkan kamu, Rissa?” tanya Varisha setelah mengusap air matanya dan menenangkan hatinya.Marissa terdiam sejenak, anak itu tampak
Read more
BAB 89 Kau Beruntung Memilikinya
“Untuk apa lagi kau datang menemuinya?” tanya Sophia saat melihat Varisha sedang menunggu di ruang kerja Arshaka.“Aku minta maaf soal malam itu. Tapi, hari ini aku datang karena ada hal yang harus aku bicarakan dengannya.” Varisha menatap wajah Sophia dengan serius.“Hal apa yang masih perlu kalian bicarakan?” tuntut Sophia dengan ketus.“Aku tidak bisa memberitahukannya padamu. Tapi, percayalah aku tidak akan mengganggu hubungan kalian,” kata Varisha dengan lelah. Rasanya sudah tidak ada tenaganya yang tersisa untuk berdebat. Varisha mengosongkan jadwalnya untuk menemui Arshaka di Paris. Dia sama sekali belum istirahat sedikit pun. Tubuhnya terasa lemah, apalagi kalau dirinya harus menghadapi hal diluar perkiraannya. Varisha tidak menyangka akan bertemu dengan Sophia lagi setelah apa yang terjadi malam itu. “Dasar wanita bodoh dan tidak tahu malu. Aku heran kenapa kau masih berani datang menemuinya setelah rasa sakit yang kau tinggalkan untuknya.” Kata-kata Sophia keluar dengan
Read more
BAB 90 Mau apa lagi?
“Jadi, apa yang kamu mau kali ini?” tanya Arshaka tanpa basa-basi setelah Varisha menghabiskan seluruh makanannya. Varisha terdiam untuk sejenak, mencoba memproses segala sesuatu yang sedang terjadi. Otaknya seperti semakin lambat untuk berpikir. Beberapa kali ia meremas ujung roknya atau menggigit bibir bawahnya. Namun, belum ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.“Katakanlah, Varisha!” seru Arshaka dengan sangat tegas.“Apa hubunganmu dengan Sophia?” Varisha langsung memejamkan matanya dan merutuki dirinya karena kata-kata yang keluar dari mulutnya sangat tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan. “Apa kamu datang hanya untuk ini?” tanya Arshaka dengan pandangan dan nada mengejek.“Aku cuma nggak mau merusak hubungan kalian. Aku nggak mau dia salah paham dengan kehadiranku di sini.”“Memangnya apa yang akan terjadi? Apa kita akan bercinta di sini?”“Mas! Aku serius!”“Kamu pikir saya sedang bergurau,” balas Arshaka dengan tatapan dinginnya. “Apa sebenarnya tuju
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status