Semua Bab Sepupu Rasa Suami: Bab 31 - Bab 40
103 Bab
Bab 30 - Penyesalan
"Kau harus tanggung jawab pada jiwaku, Ara.""Dengan senang hati, Bang..." Ucap Ara dengan senyum manisnya.Entah apa yang dimaksud Fathur, tapi Ara sangat menyukai sorot mata Fathur yang teduh begitu, hatinya bisa berdebar kencang jika Fathur menatapnya dengan memuja.Dengan kekuatan super, Fathur menggendong Ara, membawanya ke atas tempat tidur. Tanpa kata, Fathur membukanya dengan kecupan dikening Ara, wanita itu terpejam merasakan aliran cinta yang tulus."Aku mencintaimu, Ara."Keduanya kembali menikmati indahnya cinta, sampai ke puncak nirwana. Fathur mengusap wajah Ara yang sudah terlelap, dia begitu memuja kecantikan Ara yang terlihat begitu alami. tak lama setelah itu, dia pun tertidur memeluk tubuh Ara yang polos. --- Ara mengeliat bangun, saat matanya terbuka dia menatap Fathur yang terlelap, terdengar deru nafasnya yang begitu teratur, jari jemarinya mengusap pipi Fathur dengan lembut, lalu beranjak menyentuh mata, hidung dan dagu, menurutnya wajah Fathur adalah perpaduan
Baca selengkapnya
Bab 31 - Tak bosan memandang
'Aku tau kau sedang akting saja, Mas. Aku bukan wanita bodoh seperti yang kau kira.' Batin Ara.Ehan membalas tatapan itu dengan mengiba, dia tak akan mundur sebelum mendapatkan hati Ara kembali.Meski harus berlutut Ehan akan melakukannya.---Dinda begitu risau, saat mengetahui rencananya menjebak Rudy gagal, pantas saja Ehan langsung menghilang, sudah dua hari sejak data yang dia manipulasi itu terbongkar, Ehan belum datang menjumpainya.Wanita berumur tiga puluh empat tahun itu frustasi, dia begitu merindukan belaian Ehan, tubuh Ehan seakan menjadi candunya untuk menuntaskan hasrat, Dinda seperti mengidap kelainan, dia ingin terus melakukan hubungan seks dengan Ehan, tak cukup hanya satu kali, dia bisa meminta beberapa ronde jika Ehan ada di rumahnya.Tentunya, dengan memberi obat kuat pada minuman Ehan, itulah yang membuat Ehan juga merasa heran, karena dia tak pernah puas dan lelah jika sedang berhubungan badan dengan Dinda.Dinda berjalan mondar-mandir tak karuan, sudah berpulu
Baca selengkapnya
Bab 32 - Kejadian tak terduga
"Jangan melarang mataku untuk menatapmu, Ara. Karena, memandang wajahmu adalah hal yang amat berarti bagiku, wajahmu memiliki magnet yang tak kasat mata" Ucap Fathur membuat wajah Ara bersemu merah.Ara semakin menundukkan kepala, dia benar-benar meleleh mendengar kata romantis dari iparnya itu, dengan cepat Ara menghabiskan rainbow cake, dia takut khilaf jika lama-lama berada di samping Fathur.Fathur masih saja menatap Ara tak berkedip, membuat Ara semakin tak berdaya untuk menghabiskan cake di hadapannya. 'Aku nyerah, sebaiknya aku ke kamar, jantungku tak aman di dekat lelaki ini.' Batin Ara.Ara pun bangkit, tapi lengannya di tahan oleh Fathur."Mau kemana, hmmm? tak baik meninggalkan tamu sendirian di meja makan,""Aku harus kembali ke kamar, Bang. Mas Ehan pasti menungguku."Senyuman Fathur seketika sirna, mendengar nama Ehan di sebut hatinya tercubit. Dia kembali tersadar jika Ara masih terikat pernikahan dengan Ehan.Fathur melepaskan genggamannya, namun manik matanya tak ber
Baca selengkapnya
Bab 33 - Janji seorang Adik
Fathur yakin, jika mobil tadi sengaja menunggu Ara lewat, karena kejadian itu begitu cepat, membuat Fathur tak dapat melihat nomor mobilnya."Apa tak ada CCTV di area taman?" Tanya Elma."Sepertinya ada." Jawab Ehan."Ok, kau urus Ara, Ehan. Aku akan ke TKP, aku curiga jika ada yang sengaja ingin melenyapkan Ara." Ucap Elma melirik Ehan dari kaca depan.Ehan hanya terdiam, saat ini dia tak dapat berpikir jernih, dia hanya memikirkan keselamatan Ara. Sedangkan sang sopir hanya diam saja melirik Fathur yang tatapannya begitu kosong. --- Di Rumah sakit, Ara sudah dipindahkan ke ruang rawat, Mertuanya masih menunggu di luar, tidak ada yangboleh masuk untuk sementara waktu, karena kondisi Ara yang masih lemah. Terdengar suara langkah cepa dari sebelah kanan, Daffa sang adik dan juga Reno orng kepercayaan ayah Ara datang, di belakngnya tiga orang pengawal dengan berpakaian serba hitam, sontak Rudy langsung berdiri dan membungkukkan badan. Hatinya binggung, kenapa sang ekskutif muda ada
Baca selengkapnya
Bab 34 - Tak semudah itu
"Ara... aku disini." Lirih Fathur.Fathur masih menggenggam erat tangan Ara, di. merasakan gerakan dari jari telunjuk Ara, cepat-cepat Fathur mengusap air matanya, diperhatikan jari itu lagi, tak bergerak.Tangannya mengusap pipi Ara yang pucat."Ara, kau pasti mendengarku, gerakkan jarimu jika kau benar-benar mendengar suaraku, Ara. Hanya ada aku disini,". Ucap Fathur mencoba berinteraksi dengan iparnya itu.Netranya kembali memandang jari Ara, masih juga tak bergerak, Fathur sangat yakin jika tadi dia tak salah lihat."Ara... Aku disini, aku janji tak akan meninggalkanmu lagi, bangun, Ara..." Lagi, Fathur merasakan gerakan itu, jari jemari Ara bergerak terutama jari telunjuknya, Fathur tersenyum tipis, dilihatnya air mata mengalir dari sudut mata Ara, dengan cepat Fathur mengusapnya dengan lembut."Jangan menangis, Ara. Aku akan selalu ada disampingmu." bisik Fathur.Fathur percaya, meski Ara tak sadarkan diri, tapi di alam bawah sadarnya dia dapat mendengar dan merasakan kehadiran
Baca selengkapnya
Bab 35 - Satu persatu misteri terbuka
Sudah satu Minggu Ara belum juga sadar, pelarian Dinda pun belum juga di temukan, Ehan masih terus mencarinya, dia dilarang melihat istrinya oleh Daffa. Sesekali Ehan akan datang ke rumah sakit, dengan mengintip dari jauh, jika tak ada yang menjaga, lelaki itu akan mendekat dan melihat Ara dari kaca pintu.Hari ini, sebelum Ehan ke kantor dia menyempatkan diri melihat Ara, hatinya meringis saat banyak selang menempel di tubuhnya, mulutnya masih di tutup oksigen. Ehan menatapnya dari celah pintu."Kau harus sembuh, Ara. Aku tau kau wanita kuat." Guman Ehan.Ehan tak sadar, jika dari jauh Fathur memperhatikannya, dia menahan pengawal Daffa yang akan mengusirnya."Biarkan saja, suaminya itu tak akan melukainya,""Tapi, Pak, Tuan Daffa bilang...""Asal kau tutup mulut, Daffa tak akan tau jika Ehan datang, berikan dia kesempatan untuk melihat istrinya, dua menit lagi kita akan kesana." Ucap Fathur sambil melirik jam tangannya.Dua pengawal berbadan besar itu pun mengangguk. Fathur kembali
Baca selengkapnya
Bab 36 - Penuh Amarah
"Fathur... jawab Ayah, apa kau tahu sesuatu?" Tanya Ayahnya dengan tegas.Sorot matanya begitu tajam, membuat Fathur menunduk.Tut... Tut... Tut...Bunyi monitor menyadarkan Fathur jika mereka sedang dalam ruang rawat Ara."Ayah, nanti Fathur telepon lagi, kulihat jari Ara bergerak."Panggilan diputus oleh Fathur secara sepihak, karena dia tak ingin lebih banyak diinterogasi, dia tak ingin ayahnya ikut campur, Fathur ingin menyelesaikannya sendiri."Ara... bangunlah, banyak yang mengkhawatirkanmu."Ting...Sebuah pesan masuk dari Daffa.[Bang, Anak buahku sudah menemukan Dinda, apa kau juga ingin bertemu dengannya?][Tentu, jangan kau habisi dia, aku ingin bertemu gadis ular itu,][Ok.]Fathur menyeringai, lalu dia beranjak dari duduknya, sebelum keluar dia mengecup pucuk kepala Ara yang ditutup perban.'Sembuhlah cinta, bumimu sedang menunggu...' Lirih Fathur.Dengan cepat Fathur keluar, dia menitipkan Ara pada Oom dan Bibinya dengan pengawasan ketat. Fathur hanya mengatakan jika di
Baca selengkapnya
Bab 37 - Menyusun siasat
"Kak... Aku sudah menamparnya, Kak." Daffa terisak.Hati Daffa seakan terkoyak mengingat Ara yang belum juga sadar, kaki nya lemas dan akhirnya luruh ke lantai. Trauma ledakan pesawat yang menewaskan ayah bundanya membuatnya takut kehilangan Ara. Kakak wanita itu lah, yang selalu menguatkan, awalnya Daffa tak mengerti kenapa dia di sembunyikan dan di asuh Om Reno, namun seiring perjalanan waktu, Daffa faham jika Ara ingin melindunginya dari orang-orang yang mengincar harta Ayahnya.Daffa menunduk menutup wajahnya diatas tumpuan kaki, dia terisak sendiri di ruangan kosong itu, Pengawal dan Om Reno membiarkannya saja, mereka sangat faham betapa sedihnya Daffa saat ini. Suara kaki berlari terdengar, membuat Om Reno langsung menyongsongnya, dia memberitahu jika Daffa butuh waktu sendiri, disana rupanya Fathur sudah tiba, lelaki itu mengintip sedikit dari pintu yang terbuka.'Tenang saja, Daffa. Aku akan membalas semuanya.' Fathur melangkah, menuju ruangan yang bercat putih, disana Dind
Baca selengkapnya
Bab 38 - Siuman
Dengan gundah Ehan menunggu balasan dari temannya yang ahli IT.Ting.Satu pesan masuk di ponselnya, "Bandung..." Lirih Ehan.Dia melirik jam dinding, sudah tengah malam, tidak akan ada penerbangan ke Bandung malam-malam begini, Ehan berselancar di gawainya, di bukanya aplikasi pembelian tiket, dia mencari penerbangan pertama tanpa transit ke Jakarta dulu, Akhirnya dia dapat.Ehan tersenyum, "Semoga kau memaafkan aku, Ara."Ehan kembali mencoba menghubungi Dinda, tetap saja nomornya tidak aktif. Ehan bingung, tak pernah Dinda menghilang begitu, apa yang membuat wanita itu pergi begitu saja, Ehan kecewa, dia kira wanita itu mencintainya dengan tulus.Seperti itulah, cinta orang ketiga, tak seindah cinta wanita yang sudah bergelar istri, Ehan kembali membaringkan tubuhnya, sesak di dadanya sedikit berkurang, esok dia harus ke Bandung dan menemukan Dinda untuk mempertanggung jawabkan semua yang sudah dia perbuat.---Di Kamar Rumah sakit, Ara masih terbaring. Dia mulai mendengar suara de
Baca selengkapnya
Bab 39 -Kekecewaan Ehan
'Ke Bandung... Dari mana Ehan tahu jika Dinda di Bandung?' Batin Fathur.Rudy beranjak dari sisi Fathur, dia kembali ke kamar, lalu mengajak istrinya untuk pulang terlebih dahulu. "Mama pulang dulu ya, Nak. Besok pagi akan datang lagi, kau mau makan apa?"Ara hanya menggeleng, "Mama, istirahat saja, tak usah risaukan Ara, ada Daffa yang menungguku." Lirih Ara. Wardah tersenyum dan mengusap kepala Ara, kedua mertuanya pun pulang dengan dikawal anak buah Daffa.---Fathur masih duduk disamping Ara, dia memandang wajah Ara yang masih terlihat pucat, setelah diskusi dengan Daffa, pria muda itu langsung kembali ke Bandung, untuk mengatasi Dinda. Mereka tak mau gagal untuk menangkap Aldo hanya karena kedatangan Ehan disana. Dan Fathur bertugas untuk menjaga Ara.Lelaki bertubuh tegap itu terus menciumi tangan Ara, digenggamnya dengan erat. Fathur berharap Ara cepat mengingatnya. "Ara... aku merindukanmu." Lirih Fathur. Hati Fathur seperti ada yang hilang. Netranya terus menatap wajah Ar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status