Semua Bab Sepupu Rasa Suami: Bab 11 - Bab 20
103 Bab
Bab 10 - Teror
Gilang menangkap perubahan pada wajah Ehan saat menyinggung soal, Ara. Dia yakin jika ada yang tak beres pada sahabatnya itu.sedangkan Ehan hanya diam saja, dia tahu Gilang memperhatikan nya dari tadi, tapi Ehan berusaha cuek, ditambah Dinda yang sedari tadi selalu mengirim pesan nakal padanya, membuat Ehan semakin pusing dan bimbang.---Ara sudah berada di kamarnya. Saat sampai, Ara langsung membenamkan dirinya di bantal, dia menangis tersedu-sedu meratapi nasibnya. Ara bangkit, lalu membersihkan tubuhnya, di bawah kucuran air, dia termenung mengingat betapa mesranya Ehan dengan wanita lain."Apa aku sudah tak menarik dimatanya? atau... pelayananku kurang memuaskan?" Guman Ara disela tangisnya.Dia sudah berusaha menghentikan bening mata, sampai berjam-jam Ara bertahan di kamar mandi, sampai pada akhirnya suara ketukan pintu membuatnya berhenti. Gegas Ara mengambil handuk, mengganti baju dengan pakaian santai, menutup wajahnya dengan make up agar tak nampak habis menangis.Dilirikn
Baca selengkapnya
Bab 11 - Menghadapi kenyataan
Dinda masih terduduk dengan tangan mengepal, dia merasakan ketakutan yang sangat luar biasa."Siapa sebenarnya lelaki itu?" Batin Dinda. Dinda berusaha bangun dengan sekuat tenaga, dia tak ingin larut dalam ketakutan.---Sudah seminggu lebih, Ara mengetahui perselingkuhan suaminya, dia sudah memikirkan hal yang mungkin lebih gila untuk membalasnya, Dia adalah anak tunggal yang dididik dengan begitu kesabaran, tapi ada kalanya akan berubah menjadi singa yang menakutkan.Hari ini, Ara sengaja hanya menyiapkan baju Ehan saja, suaminya memandang nyalang, lelaki berumur tiga puluh enam tahun itu merasakan istrinya tak lagi melayaninya. "Mana jam tangan dasiku, Ara?" Tanya Ehan."Ada ditempatnya, Mas. Bisa ambil sendiri kan?""Kau tak ingin melayani suamimu ini?" Ehan balik bertanya. Ara yang sedang membaca buku mendongak, diletakkannya buku itu, lalu berjalan mengambil jam tangan serta dasi.Dengan ekspresi yang biasa saja, Ara memperbaiki baju Ehan, memakaikan jam dan juga dasi. Tak
Baca selengkapnya
Bab 12 - Kejutan
Lelaki jangkung, dengan bola mata kecoklatan itu menghirup udara dengan rakus. Dia memejamkan mata sejenak."Apa yang membuatmu termenung, hmmm"Fathur terkesiap, "Tak ada, hanya merindukan udara tanah Melayu ini, Mbak." Jawab Fathur berkilah.---"Aku harus mencari cara untuk memenangkan hati mas Ehan kembali, tapi bagaimana caranya.?" lirih Ara memandang dedaunan.Saat ini, dia duduk terpekur, memikirkan nasib pernikahan yang sudah dia jalani selama sepuluh tahun, kerikil rumah tentu saja selalu ada, tapi dapat mereka hadapi bersama. Ara tak menyangka, jika hidupnya kali ini dihadapkan dengan orang ketiga, menghadapi kakak iparnya yang begitu ketua saja Ara sudah pusing, apalagi harus menghadapi wanita ular seperti Dinda itu.Ara menarik nafas dalam-dalam, pandangannya kosong, sudah dari pagi Ara mengurung diri, dia hanya ingin menenangkan jiwanya yang mulai rapuh."Mas Ehan, aku tak akan menyerah, aku akan tetap berusaha mencuri perhatianmu untukku," Ara bermonolog.Suara derap lan
Baca selengkapnya
Bab 13 - Siasat Elma
"Aku tak akan lemah karena ulahmu itu, Mas. Aku berjanji, hidupku lebih bahagia dari sekarag..." Guman Ara dalam tangisnya.---Sudah sepekan setelah Ara tau perselingkuhan suaminya, dia tetap melayani Ehan dengan senang hati seperti tak ada masalah apapun, baginya saat ini adalah suaminya, yang harus dilayani secara lahir dan batin, Ara hanya menginginkan pahala dari pernikahannya.Setelah menyelesaikan bacaan Alquran, Ara meilirk jam dinding, tapi Ehan belum juga tiba di rumah, semakin hari suaminya selalu telat pulang dengan alasan pekerjaan. Ara menarik nafas berat, dia bangkit dan menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.Di dapur fikiran Ara masih berkecamuk memikirkan Ehan, begitu perihnya ia menahan tawa yang harus terjaga agar keluarganya tak curiga, dia tau akibanta jika mertuanya tau perihal Ehan yang selingkuh. Bisa dipastikan Ehan akan diusir dari rumah itu.Ara kembali melihat ke arah pintu, tetap saja Ehan belum pulang. Sampai makanan tersaji tak ada tanda-tanda suamin
Baca selengkapnya
Bab 14 - Simalakama
Sekuat-kuatnya wanita, maka akan luruh juga jika orang yang dicintai berkhianat. Ara memanglah wanita yang tangguh, tapi sisi lain, sebagai wanita hatinya lembut, kelebihannya adalah pandai menutup kesedihan dengan tawa. Sampai mertuanya saja tak curiga."Ya, semoaga saja, Mas." lirih Ara pedih.Malam itu semuanya tertawa, seakan tak ada permasalaan. Elma merasakan atmosfir yang berbeda jika Fathur ada ditengah-tengah mereka. ---Tengah malam, Ara kembali terbangun. Dia mengambil wudhu dan shalat tahajud. Diliriknya, Ehan yang tertidur pulas, sampai dengkurannya terdengar. Ara berusaha untuk khusyuk agar hatinya tenang, raka'at pertama dia masih bisa menahan bening mata yang seakan ingin jatuh, sampai pada rakaat terakhir bulir bening itu menetes.Dalam sujudnya, Ara menangis tanpa suara. Mengadu pada sang pemilik cinta, memohon rumah tangganya diberkahi dan kembali utuh.Setelah shalat, Ara melirik kembali suaminya, ada rasa ingin membangunkan seperti hari-hari yang lalu, mengaji
Baca selengkapnya
Bab 15 - Perhatian
Sudah satu Minggu Fathur menginap di rumah keluarga Rudy, pamannya. Sesuai rencana Elma, dia akan selalu ada disana, hari-hari Fathur lalui dengan hati, tentunya karena ada Ara disana.Begitu juga dengan Ara, dia tak lagi merasa kesepian, selalu ada teman ngobrol di saat waktu lengang. Keduanya semakin hari semakin akrab, apalagi Ehan kembali jarang pulang, dengan alasan lembur kerja.Sebenarnya, Ara sudah merasa curiga, jika dia pulang ke rumah, Dinda. Tapi, dia tak ingin mengambil pusing, baginya saat ini adalah kebahagiaan diri sendiri, meski harus menyembunyikan kesedihan.Beruntung ada Fathur dan kedua mertuanya yang selalu memberi support."Kau belum mau balik ke Sulawesi, Bang?" Tanya Ara.Fathur tersenyum, lalu dia berbalik sambil meletakkan skop tanah yang dia pakai untuk menyemai tanaman. Ara sengaja membuat mini garden di samping rumah, agar fikirannya tak larut dalam kesedihan."Sepertinya akan lama disini, kenapa? Kau mulai bosan denganku?" Jawab Fathur datar.Ara memici
Baca selengkapnya
Bab 16 - Kecurigaan Rudy
"Sekarang semuanya tergantung masyarakat, Nak. Harus jeli memilih pemimpin negara, cobalah kalian cari tau basic agamanya seperti apa, sepak terjang di luar dunia politik itu bagaimana, agar tak menyesal nantinya."Fathur manggut-manggut. Rudy melirik jam tangannya sudah tengah malam, Ehan belum juga kembali.'Kemana anak itu?' Batin Rudy bermonolog.Lelaki paruh baya itu masih mendengarkan ocehan Fathur yang ngelantur, tapi membuatnya seikit tenang tak memikirkan anaknya.Beberapa hari yang lalu, asistennya memberi tahu Rudy jika dia bertemu Ehan sedang bergandengan tangan dengan wanita lain, tentu membuat Rudy murka, hanya saja dia tak ingin gegabah. Rudy ingin melihat respon istri Ehan. Dan selama beberapa hari ini pula, Ara biasa saja, seperti tak ada masalah dalam rumah tangganya.Rudy menarik nafas berat, umurnya tidak lagi muda, tapi harus mengurusi anak laki-lakinya itu. Fathur melirik pamannya yang berkali-kali menoleh arah pintu."Om menunggu seseorang?" Suara Fathur memeca
Baca selengkapnya
Bab 17 - Berbalas Pesan
"Ini baru permulaan, Ehan. Selanjutnya... akan aku buat Ara menjauh darimu."Dengan langkah cepat, Elma kembali ke taman, tadi dia hanya ingin minum, tapi mendengar suara mobil Ela langsung berbalik ke kamar. Elma merai ponselnya di atas nakas."Hallo, Boy... Esok kita lanjutkan misi selanjutnya!" Ucap elma dengan senyum devil.Selanjutnya, dia kembali bergabung di mini garden Ara dengan membawa kudapan dan jus orange. Hati Elma begitu senang melihat perhatian Fatur pada Ara, dengan begitu dia tak terlalu sulit untuk menjebak Ara agar jatuh dalam pelukan Fathur, sepupunya.---Dinda terlihat gusar di kamar ukuran dua kali tiga itu, sudah dua hari Ehan tak datang ke rumahya, di kantor pun mereka berjumpa hanya sebatas teman. Dia membuka ponsel, ada pesan masuk dari nomor yang tak dia kenal.[Bagaimana, cantik? apa kau berhasil mendapatkan, Ehan?]Wanita itu mendengus kesal, lagi-lagi pria misterius itu menghubunginya, awalnya Dinda mengganggu Ehan memang karena uang. Orang itu menjanji
Baca selengkapnya
Bab 18 - Satu rahasia terungkap
Ara kembali merona, ada gurat merah di wajahnya. Dia tersenyum geli, saat kembali membaca pesan-pesan itu dari awal. Entah bermulai dari mana, Ara menikmati dan menyukai pesan-pesan itu. 'Ah, andai saja mas Ehan seperti dia. Tentu saja hidupku akan sempurna.' batin Ara, senyumannya kali ini pudar seiring manik matanya menatap wajah suaminya yang teduh. [Bukti apa yang kau inginkan duhai hati?] Balas Ara lagi. Tak butuh waktu lama, pesan Ara langsung dibalas, [Aku ingin bukti...] Ara sampai menahan nafas membaca pesan di ponselnya. Detik berikutnya, dia menahan tawa yang hapir saja meledak. Begitulah setiap malam, saat belum tidur Ara akan terhibur dengan pesan-pesan manis dari sepupunya, Fathur Ar Rayyanda. Setidaknya dia melupakan sikap Ehan yang mulai cuek. --- Elma berjalan bersisihan disamping ayahnya. Netranya memandang gurat wajah ayahnya yang tidak biasanya, Elma sedikit berhati-hati ingin mengatakan perihal Ehan yang mulai sering tak masuk kerja,tapi saat kembali melih
Baca selengkapnya
Bab 19 - Rencana Ara
Rudy berjalan dengan cepat diikuti Sebastian, dia ingin segera pulang dan memeluk istrinya, rasanya dunia hancur melihat anak sendiri keluar dari kamar bersama wanita lain. Disisi lain Ehan masih terpaku memandang Tab yang sengaja ditinggalkan oleh Sebastian."Maafkan aku, Ara. Maaf..." Lirih Ehan menyesal. "Bodohnya aku, selama ini Ara telah melayaniku dengan baik, maafkan aku, Ara." Gumannya lagi. Ehan menggusar rambutnya dengan kasar. 'Apa yang arus aku lakukan?' Batin Ehan lagi.Sedangkan Dinda masi terdiam, dia mendekat dan mengusap punggung lelaki itu, tapi ditepis ole Ehan."Kembalilah ke ruanganmu." Pinta Ehan"Tapi, Mas...""Aku ingin sendiri, Dinda." Ucap Ehan tajam.Dinda mencebik, dan meninggalkan Ehan sendiri.---Ara masih memperhatikan tanaman bunga mawarnya, tiba-tiba ponsel berdering."Assalamulaikum, Adikku tersayang." "Waalaikumsalam..." Jawab lelaki diseberang telepon."Tumben pagi-pagi nelpon.""Ini sudah siang, Mbak. Coba kau tengok jam dinding di kamarmu itu,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status