Semua Bab JADI JANDA GARA-GARA JANDA: Bab 31 - Bab 40
104 Bab
Bab 31
"Mak aku pulang," sahutku, ketika aku telah sampai di ambang pintu."Diandra kamu jam segini baru pulang! Emak 'kan sudah bilang kalau kamu harus pulang sebelum magrib. Tapi ini, kamu pulang malah sesudah magrib," gerutu Mak Jamilah menyambutku sambil berkacak pinggang.Ini pasti akan terjadi sebab aku sudah telah dengan yang dijanjikan ya, kalau aku harus pulang sebelum magrib."Terus mana pacar kamu itu?" tanya Mak Jamilah sambil celingukan.Ternyata yang dilihat sesuai harapan Emak, pria yang berada di belakangku adalah Jali. "Loh kok ini Nak Jali sih," siapanya ramah, "Kenapa gak bilang dari tadi kalau kamu sama Jali. Jadi Emak gak usah berdebat dulu," ketusnya padaku."Mari Nak Jali masuk, Emak sudah menyiapkan makanan yang enak-enak buat Nak Jali," papar Emak."Emak ngajak cuma Jali doang, terus aku tidak diajak gitu?!" "Kamu gak usah diem saja disitu!" "Ih Emak apaan sih, pilih kasih banget." ketusku sambil berlalu pada meja makan.Melihat makanan yang sudah Emak masak rasan
Baca selengkapnya
Bab 32
"Pak bolehkah saya ikut kerja disini?" tanya Jali tatkala ia menghampiri pria yang saat ini sedang memakai helm Oren dan rompi serba Oren yang membalut tubuhnya.Sepertinya bapak-bapak tersebut adalah mandor bangunan."Mau kerja?!" Dilihatnya penampilan Jali dengan saksama dari ujung kaki sampai ujung rambut."Yakin kamu bisa kerja?" tanyanya sambil telapak tangan memegang dagu, nampaknya pak mandor itu tak percaya kalau pria yang memintanya untuk kerja bisa bekerja kuli bangunan."Saya serba-serbi bisa kok Pak, jangankan kuli bangunan, dagang gorengan juga saya bisa kok."Benarkah? Mumpung saya sedang baik dan sedang membutuhkan orang untuk kenek jadi silahkan kamu bisa langsung kerja," ungkap Pak Mandor sambil berlalu pergi karena ada panggilan mendadak.Jali Pun menghembuskan nafas lega, akhirnya ia diterima juga kerja, walaupun hanya sebagai kuli bangunan. Jadi dia urungkan lagi niatnya untuk kembali pulang ke rumah mewahnya itu."Hey kamu, sini," seru bapak-bapak sambil melambaik
Baca selengkapnya
Bab 33
"Cilok, Cilok," seru demi seru untuk menarik pelanggan sering kali ku teriakan, oleh karena itu tenggorokanku terasa kering dan mulut ini rasanya haus.Tanganku mengulur Aqua botol yang tersimpan di gerobak cilok, sebenarnya merinding sekali aku berhenti di tepi jalan yang sangat sepi ini. Namun rasa dahaga di tenggorokanku sudah tidak tak tertahan lagi.Ku teguk air yang tersisa setengah botol lagi. Alhamdulillah tak hentinya aku bersyukur kepada yang Sang Pencipta. Semoga setiap hari aku dan Emak di beri kesehatan agar aku bisa membantunya mencari uang.Ku tutup botol Aqua yang telah ku teguk itu lalu ku buang pada semak-semak yang tak jauh di sisiku."Tolooooooong…. Tolong saya."Sepertinya telingaku sedang rusak, wajahku celingukan untuk mencari arah suara barusan, namun tak ada satu orang pun yang terlihat."Apa jangan-jangan…" Pikiranku melayang jauh ke arah mistis dengan suasana jalan yang sepi dan juga akan masuk magrib. Seketika bulu kuduk ini kembali meremang."Masa iya sih
Baca selengkapnya
Bab 34
"Diandra di ruangan mana Jali?" tanya Bu Janita di sela Isak tangisnya.Kini aku dan Bu Janita telah sampai di mana Jali dibrawat."Mari Tante, ikuti saya," kataku sambil melangkahkan kaki menuju ruangan Jali diiringi dengan Bu Janita yang mengikuti dari belakang."Disitu Tante ruangan Jali," tunjukku pada ruangan yang pintunya telah tertutup. "Tolong antarkan saya Dian," pinta Bu Janita meminta agar aku bisa mengantarkannya ke dalam ruangan anak yang amat disayangi nya itu.Bu Janita mulai memutar knop pintu dengan tangannya, wajahnya begitu sendu disertai pelipis mata yang ku lihat membengkak, sebab Sugan sejak tadi Bu Janita terus menangis.Saat Bu Janita membuka daun pintu, tubuhnya bergetar hebat hebat menyaksikan Sang Anak yang terbaring lemah tak sadarkan diri di atas bed, dengan beberapa Kabel infusan yang mengelilingi tubuhnya. Langkahnya begitu lesu, tangisnya kembali luruh tatkala Bu Janita mencermati dengan saksama luka lebam di wajah dan sekujur tubuhnya.Ia menggeleng k
Baca selengkapnya
Bab 35
"Dian Hari ini Emak gak bisa kerja. Lo mau 'kan gantiin Emak kerja di rumah Nyonya Janita?" tanya Emak ketika aku masih berbaring di ranjang empukku. Walaupun kasur ini murah meriah menang dari lontre limaratusan tapi ini adalah kenang-kenangan yang indah.Terlihat wanita paruh baya yang mengurusku selama ini meringis kesakitan sembari memegang pinggangnya.Aku bangkit dari ranjang, dan menguap terlebih dulu seraya meluruskan sendi-sendiku."Apa Mak kerja? Emak 'kan tau kalau Dian dagang cilok, kemarin Dian sudah beli bahan-bahan.""Bahan-bahan 'kan Lo bisa simpan dulu sampai lusa, Emak gak tau kenapa pas bangun tidur, pinggang sakit banget.""Mak juga 'kan bisa libur dulu beberapa hari sampai sembuh tuh pinggang," ujarku."Kalau Emak libur, kasihan Bu Janita, apalagi sekarang Jali sedang kena musibah. Pasti Bu Janita kerepotan sekali. Emak jadi gak enak kalau sekarang Lo gak gantiin Emak kerja… Bu Janita 'kan baik banget sama kita," papar Emak memaksa.Terpaksa deh aku harus mau, "Iy
Baca selengkapnya
Bab 36
Akhirnya Bu Janita berhasil membujuk Jalan Untuk pulang kembali kerumah yang mewah ini. Tanganku mendorong kursi roda yang diduduki Jali untuk masuk kedalam kamarnya."Dian, Tante boleh minta tolong sama kamu?" tanya Bu Janita."Minta tolong apa Tante?""Tante 'kan ada meeting mendadak di kantor, jadi hari ini Tante bener-bener gak boleh bolos. Kamu bisa 'kan bantu Tante untuk mengurus Jali sampe Tante pulang lagi?" Bu Janita penuh permohonan.Aku mengerucutkan dahi sambil terheran. Sebab aku seorang diri harus mengurus Jali."Gimana Dian? Dian, mau gak? Kalau soal bayaran nanti Tante bayar mahal kamu deh?" tanya Bu Janita memaksa.Di gazi langsung, boleh juga sih. Tapi akankah aku sanggup mengurus pria angkuh itu? Kayaknya di coba dulu boleh lah."Kalau gitu baik deh Tante, Tante jangan khawatir. Biar aku jaga sampai Tante pulang," kataku terpaksa setuju.Bu Janita tersenyum seketika, "Kalau begitu saya pergi kerja duluan. Nanti siang kamu beri dia makan, terserah kamu mau caranya ba
Baca selengkapnya
Bab 37
Akhirnya beberapa pekerjaan telah usai ku kerjakan, tinggal sedikit lagi yang belum sempat dibereskan. Tinggal nunggu Dzuhur nanti masak. Udah gitu aku bisa santai. Tapi lantaran sekarang aku gak ada kerjaan mending aku berbaring santai terlebih dulu sambil meluruskan pinggang yang lumayan telah pegal.Sesekali aku mulai menguap merasakan ngantuk. Maklum, dari semalam aku kurang tidur. Kayaknya bobo dulu sejenak ada baiknya. Semoga nanti pas bangun tenagaku bisa fres kembali.Rasanya memang mata ini sudah terlalu berat untuk terus terbuka. Tak terasa aku terlelap tidur di kamar yang tersedia di dapur, biasanya kamar ini dipakai untuk Emak."Dian!... Diandra?!" panggil Jali dari arah kamarnya. Dasar pria tak berbobot, kenapa sih mesti ganggu aja, baru juga mataku terpejam tapi suaranya yang cempreng itu menggangguku.Tapi bodo amat lah, mending gue tidur dulu, mumpung Bu Janita juga gak ada di rumah.Sama sekali aku tak ingin menggubris seruan dari Jali. Entah mau apa lagi yang ingin p
Baca selengkapnya
Bab 38
Jam telah menunjukan pukul 19 : 30 wib, akan tetapi sampai saat ini wanita yang telah ditunggu, belum kunjung datang. Walaupun begitu, semua pekerjaan telah usai ku bereskan.Aku bergeliat, meluruskan otot-ototku yang tengah terasa pegal, seharian ini semua tubuhku bergerak tak ada hentinya. Kalau aku bisa memilih lebih baik jualan cilok dari pada harus kerja di bawah tangan orang, namun semua ini dilakukan demi hanya menggantikan sang nenek. Teringat Emak yang telah dimakan usia, walaupun pekerjaan ini sungguh berat, namun tak ada sedikitpun mengeluh, aku terkagum pada wanita yang amat ku cintai dan hormati itu."Semua kerjaan gue sudah selesai! Gue mau pulang!" cetusku tatkala berpamitan pada pria songong yang hari ini telah menemaniku seharian penuh."Tinggal pulang saja sana, tapi awas di jalan, lo disergap sama manusia aneh loh. Kalau gue jadi wanita, gue sih takut banget," sindirannya tatkala menakutiku.Mataku terbelalak sambil menelan saliva dengan susah payah. Galak-galak gi
Baca selengkapnya
Bab 39
"Kenapa kamu seperti senang melihat Jali akan dinikahkan dengan wanita seperti dia?" tanya wanita setengah baya. Pertanyaan itu dilontarkan pada sang adik perempuannya yaitu Bu Janita.Bude Meri heran ketika melihat sang adik yang membiarkan Jali harus menikahi perempuan macam Diandra."Memang dari awal aku sudah menjodohkan mereka Mbak, dan sekarang malah kejadian begini. Digerebek sama Bu RT, jelas aku setuju. Diandra wanita yang baik dan juga sopan santun, begitu pun dengan Jali. Dia seorang pria yang menurutku susah untuk dijelaskan, Jali keras kepala, sombong dan angkuh. Apalagi semenjak di tinggal selingkuh oleh Rindu hidupnya semakin tragis saja, malah aku yang jadi sasaran selalu melarangku ini lah, itu lah, maka dari itu aku setuju kalau anakku menikah dengan Dian," papar Bu Janita menjelaskan pada sang kakak. Namun terlihat dari reaksi bude Meri bahwa ia tidak menginginkan keponakannya harus menikah dengan pria yang tak Sederajat."Boleh aku sedikit usul Janita? Tapi kayakny
Baca selengkapnya
Bab 40
Tid! Tid!Terdengar suara kelakson mobil di luar, tepatnya dihalaman rumahku. Aku yang masih tertidur pulas menjadi terganggu. Ku intip dari celah kaca kamarku ternyata mobil Bu Janita bersama Jali dan juga bude Meri datang kerumah ini."Mau ngapain sih mereka datang pagi-pagi buta kesini! Aku 'kan sedang tidur. Malas banget kalau harus bangun masih pagi begini. Baru juga jam 7 pagi," gerutuku dikala badan ini masih terbaring lemah di atas ranjang.Kutarik selimut yang baru saja ku sibakan karena mencari tahu siapa yang datang. Kalau sudah tau mereka maka tidak ada lagi penasaran.Emak menyambut kedatangan mereka dengan suka cita, wanita paruh baya itu melempar senyuman ramah dikala mereka datang."Selamat pagi Emak Jamilah," sapa Bu Janita, tak lupa ia pun memberikan salam dan juga mencium tangan yang telah keriput dimakan usia. Walaupun Mak Jamilah hanyalah seorang pembantu di rumahnya tapi Bu Janita memperlakukannya istimewa dan bahkan menganggapnya sebagai pengganti almarhum ibuny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status