All Chapters of Putri Rahasia Tuan Damian: Chapter 11 - Chapter 20
77 Chapters
11. Seriously?
Pertemuan terakhir baru saja usai, pun konsep iklan yang diajukan telah disetujui oleh semua pihak. Aksa Wijaya adalah seseorang yang menjadi perwakilan dari pihak klien, ia merupakan tangan kanan dari Arjuna Adhitama. Pria itu saat ini sedang melakukan monitoring ke beberapa cabang restoran miliknya sehingga tidak mampu datang menghadiri meeting penting kali ini.Arjuna merupakan seorang pengusaha yang cukup sukses di bidang kuliner. Ia memiliki banyak cabang restoran di seluruh Indonesia, Food'o Clock namanya. Restoran dengan tata ruang unik nan estetik tersebut memang sedang sangat digemari oleh semua orang, terkhusus anak muda, sebab menu yang mereka sajikan sangat bervariasi dengan menggabungkan konsep tradisional dan modern menjadi satu kesatuan. Selain makanan, restoran itu pun begitu terkenal dengan sajian es krimnya yang beraneka ragam.Meja persegi panjang dengan kursi-kursi empuk yang mengelilinginya itu hampir kosong seluruhnya, hanya meninggalkan dua sosok yang masih beta
Read more
12. Pilihan
"Aku pulang ...."Kedua wanita yang duduk di meja makan yang sama menoleh secara bersamaan, sejenak berhenti menyuap makanan kala suara maskulin yang sudah begitu akrab di telinga terdengar. Ada Arjuna dengan jas yang sudah tersampir di lengan kiri yang memasuki tatapan mata. "Selamat datang, Sayang." Sebagai seorang istri, Karenina menyambut kedatangan suaminya dengan ceria. Sedangkan Evelyn memilih untuk melanjutkan kembali acara makan malamnya."Wah, sepertinya enak." Meski gurat lelah tampak menghiasi wajah pria matang itu, namun tak menghapus senyum manisnya saat bertemu tatap dengan sang istri. Arjuna memberikan kecupan sayang di dahi setelah menatap beberapa sajian makanan menggugah selera di atas meja. Ada ayam teriyaki, capcai, dan berbagai olahan ikan laut yang terhidang."Tentu saja, aku memasak semua ini bersama Eve. Ternyata adik iparku ini begitu pandai memasak, ya?" Karenina berucap antusias saat sang suami sudah duduk pada kursi di sisinya, menyampirkan jas hitamnya p
Read more
13. Obey
Gaun berwarna dusty pink nan anggun bak Princess Aurora yang awalnya Kiara kenakan untuk pemotretan kini telah tanggal, berganti dengan gaun yang lebih simpel. Perempuan itu berlari kecil menuju ke arah Damian yang sedang duduk pada salah satu kursi yang posisinya tak jauh dari lokasi dengan senyum merekah di bibir."Lama menungguku?" tanyanya setelah mendaratkan sebuah kecupan singkat di bibir Si calon suami."Yah, tidak terlalu. Pekerjaanku sedang tidak terlalu padat, jadi aku berpikir untuk menjemputmu lebih cepat." Dengan senyum yang selalu tampan menawan, Damian menjawab pertanyaan si perempuan. "Apa kau lelah? Aku membawakanmu ini." Kemudian ia memberikan sebotol minuman isotonik padanya. "Kau benar-benar membuatku senang. Terima kasih, Sayang. Kau sangat perhatian. Kebetulan, aku memang sedang kehausan." Lengkungan bibir Kiara semakin melebar ketika menerima minuman dingin itu. Apalagi saat menyadari bahwa Damian telah membukakan tutup botol untuknya. Ia meneguk isinya pelan-p
Read more
14. Perih
[Hei, kau sudah sampai rumah?]Itu adalah pesan yang dikirim dari nomor Damian, beberapa menit yang lalu. Evelyn yang hendak melepas baju mengurungkan niatnya. Sedikit berdebar karena pesan itu datang dengan tiba-tiba. [Kenapa?]Wanita itu membalasnya singkat. Ia mengempaskan pantatnya pada pinggiran ranjang, lalu menyalakan Air Conditioner demi membuang gerah di badan.Dan tak lama setelah itu, teleponnya bergetar. Daripada berbalas pesan, ternyata Damian lebih senang bertelepon. Ketika alat komunikasi itu tertempel di salah satu daun telinga, suara berat pria di ujung telepon sana segera menyapa indera pendengarannya. "Aku tadi melihatmu di jalan dan terus saja memikirkanmu karena khawatir. Tadinya aku ingin memberimu tumpangan, tapi aku tidak bisa."Mendengar kalimat si pria, Evelyn terdiam selama beberapa saat untuk mencerna maksudnya. Ah, rupanya Damian melihat dirinya di jalan tadi. Ia memang baru saja pulang dari kampus tempat dirinya menimba ilmu. Setitik getaran hangat men
Read more
15. Interrogation
Suara dering dari ponsel di atas meja sukses mengganggu fokus Damian dari layar monitor laptop miliknya. Ia melirik sejenak ke layar ponsel, kernyit di dahi tercipta setelah membaca sebaris nama seseorang yang menghubungi.Tangan kiri itu meraih sebuah earphone wireless yang terletak tak jauh darinya kemudian ia sumbatkan ke salah satu telinga sebelum memulai percakapan dengan seseorang di seberang sana. "Ya?" "Kau ada di kantor sekarang?" suara berat pria yang menghubunginya bertanya. Dialah Aksa Wijaya. "Iya. Kenapa kau bertanya?" Damian menjawab tanya itu dengan tanya lainnya. Mencoba efisien terhadap pekerjaan, tatapan mata biru itu kembali menelaah sesuatu di dalam layar laptop. Jari-jemarinya tentu kembali aktif menari di atas papan ketik."Syukurlah ... kau sedang tidak sibuk, bukan? Aku akan ke sana dalam beberapa menit. Tunggu aku, ya?" setelah berucap begitu, Aksa mengakhiri panggilannya begitu saja, sesuatu yang berhasil membuat Damian terkekeh di tempatnya."Sialan! Seen
Read more
16. Tercengang
"Kau mau ke mana malam-malam begini, Eve?"Satu pertanyaan itu menghentikan ayunan langkah kakinya. Saat Evelyn menoleh, Karenina tampak duduk nyaman di sofa ruang keluarga. Mengabaikan acara televisi yang ditonton, Kakak iparnya itu tak berhenti menatapnya dengan raut penuh tanya."Aksa memintaku menemaninya menghadiri pesta ulang tahun temannya, Kak. Aku sedang menunggu dia menjemputku." Tentu Evelyn menjawab dengan sejujurnya. Wanita itu sudah tampil begitu manis dengan gaun model kamisol yang memiliki panjang di bawah lutut, dipadukan dengan cardigan berwarna merah hati. Rambut panjang itu dibiarkan tergerai dengan tatanan ikal pada bagian bawahnya, dan riasan natural andalannya melengkapi betapa sempurnanya dirinya malam ini."Astaga, berani sekali dia membuat adikku yang cantik ini menunggu lama!" Karenina segera bangkit berdiri lalu melangkah panjang menghampiri Evelyn dengan sedikit hentakan kaki. Tentu reaksinya itu ditujukan pada kalimat terakhir si adik ipar."Tidak apa-apa
Read more
17. You
"Aku menyukai gedung pertama yang kita datangi, bagaimana menurutmu? Mulai dari bentuk, bahkan hingga akses jalan, semuanya benar-benar sesuai keinginanku." Suara merdu itu sukses membuat Damian berulang kali menebar senyum kendati tak mampu melihat langsung wajah jelita wanita tercintanya, Kiara Laurencia. "Aku akan menyukainya jika kau menyukainya, Sayang." Pria itu menaikkan kedua kaki ke atas meja, menyilangkannya di sana. Sedangkan punggungnya ia dorong pada sandaran kursi kerja empuknya, menyamankan diri."Kau benar-benar manis, Dam. Sejujurnya aku masih ingin bersamamu, tapi kau malah harus ke kantor padahal ini hari minggu!"Ah, bila tebakan Damian benar, pasti saat ini Kiara sedang cemberut. Perempuan itu pasti merasa kesal saat dirinya terpaksa harus berangkat ke kantor secara mendadak dan meninggalkan tunangannya itu di depan gedung studio pemotretan. Sesuai janji, ia dan Kiara telah menyurvei beberapa lokasi yang rencananya akan mereka sewa untuk pesta pernikahan di akhi
Read more
18. Semakin dekat
"Ini sudah hari ke dua, bagaimana rasanya akan kembali bekerja?" Aksa membuka tanya di tengah perjalanan menuju ke Food'o Clock, restoran milik Arjuna yang merupakan tempat Evelyn mengambil kerja sampingan. Meski sedang mengemudi, namun sesekali pria itu kedapatan melirik ke arah wanita di sisinya. "Yah, cukup mendebarkan. Namun, aku begitu menikmatinya. Dahulu ketika di Surabaya, aku pun beberapa kali membantu Papa dan Mama di balik meja kasir." Jawaban itu teralun lancar pun disertai senyuman."Wah, kau cukup berpengalaman ternyata?" wajah si pria dibuat antusias, kekehan kecil meluncur sembari ia memutar kemudi berbentuk bundar."Tidak juga.""Karena kau sekarang sudah bekerja di Food'o Clock, aku jadi bingung harus mengajakmu ke mana untuk menepati janjiku menikmati es krim bersama?"Dan atas ucapan Aksa, Evelyn tertawa ringan. "Astaga! Kau masih saja memikirkan janji itu?""Janji adalah hutang, Eve. Sebelum hal itu terlaksana, aku tidak akan bisa begitu saja melupakannya." Namun,
Read more
19. Can't stop thinking about you
Irama musik jazz yang tersaji seakan menambah kenikmatan sajian lezat di atas meja. Restoran masih begitu ramai meski jarum jam terus berputar mengantarkan malam yang semakin larut.Di salah satu meja, Kiara tampak menikmati steak daging sapi pesanannya dengan tenang. Meski begitu, atensi perempuan itu sesekali melirik ke arah Sang tunangan yang duduk berhadapan dengannya. Walaupun makanan yang mereka pesan telah tersaji rapi di hadapan, namun entah kenapa Damian seakan enggan untuk menyantapnya. Pria itu hanya menyesap wine sambil sesekali menatap sang penyanyi di atas panggung kecil di depan sana."Kau tidak makan?" Kiara pada akhirnya memberikan tanya setelah terlebih dahulu membasahi kerongkongannya dengan jus jeruk. Yang ditanya terlihat seakan tersentak. Tetapi, perlahan pria itu tersenyum manis. "Tentu saja aku akan makan, Sayang.""Lalu, kenapa dari tadi hanya diam?" sambil memotong steak di atas piring, wanita itu bertanya lagi.Dan embus napas beratlah yang kemudian terden
Read more
20. Rindu
"Selamat sore, Eve ...."Wanita yang baru saja melayani pelanggan itu segera menoleh saat namanya disebut. Ketika dirinya mengetahui siapa pemilik suara berat itu, bibir tipis berlipstik merah muda itu mengurva senyum tipis dari tempatnya, di belakang meja kasir."Kau datang terlalu cepat, Aksa," ujar Evelyn seraya menepi guna mendekati posisi pria itu berdiri."Pekerjaan di kantor telah selesai lebih awal, makanya aku langsung saja ke sini. Aku tidak ingin membuatmu menunggu." Aksa turut membagi senyum dengan kedua tangan terselip di saku celana."Ya sudah. Lebih baik kau duduk dulu, aku akan berkemas, jam kerjaku sudah hampir selesai." "Tentu."Setelah mendapatkan persetujuan, wanita itu beranjak dari meja kasir menuju ke bagian dalam restoran. Sedangkan Aksa memilih untuk duduk dengan nyaman pada meja kosong tak jauh dari pintu keluar.Menit demi menit berlalu, pria itu memilih untuk memainkan ponselnya demi membunuh waktu. Namun, suara lembut yang membelai telinga telah sukses me
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status