All Chapters of Bekas Bini: Chapter 31 - Chapter 40
103 Chapters
30. Undangan
"Jadi kapan rencananya, Nay?" tanya Ivana pada Naya yang sedang menggendong Ghina, bayi perempuan Iva.Hari ini rumah Ivana terlihat ramai sekali, kedatangan keluarga Agung tanpa anak sulungnya, Faris. Namun, bertambah Dimas si calon menantu. Juga ada Rizal tentunya."Insya Allah bulan depan. Luka khitan kakak Ghani pasti sudah sembuh, kan?" tanya Naya sambil melirik ke arah Baby boy yang sedang tidur dalam gendongan Mama Via. Tanpa terasa umur si kembar sudah enam puluh delapan hari, Ayah Damar yang memerintahkan Ivana untuk sekalian melakukan khitan pada Ghina dan Ghani bersamaan."Kalau Ghina, lukanya sudah langsung sembuh, kalau kakak mungkin seminggu udah sembuh, kok." jawab Ivana yang hanya melihat bayi kembarnya sambil duduk dekat Ayah Damar."Ada rencana apa, Nay?" Ayah Damar bertanya dengan heran."Naya dan Dimas mau tunangan, Dam. Hadir ya?!" jawab Mama Via sambil terus memperhatikan Ghani yang sedang terlelap."Oh benarkah? Alhamdulillah! Tapi kenapa harus tunangan sih,
Read more
31. Nenek dan Kakek
"Selamat pagi!"Terdengar ucapan salam untuk kesekian kali dari seorang perempuan separuh baya yang masih tampak terlihat kecantikannya. Berdiri di depan pintu kantor panti padahal hari masih sangat pagi, suasana dingin dan lenggang masih terasa. Namun, sepertinya itu semua tidak berlaku untuk tamu ini.Sang tamu mengamati rumah yang dikunjunginya dengan seksama. Rumah yang di tempati panti sebenarnya adalah rumah Vera yang di desain sedemikian rupa hingga membentuk seperti ada dua rumah mewah yang dikelilingi oleh beberapa toko yang sengaja disewakan, sehingga bisa mendapatkan dana untuk keperluan anak anak panti."Selamat Pagi!" Terdengar ucapan salam yang lebih keras dari sebelum sebelumnya. "Iya, selamat pagi!" Akhirnya terdengar suara Umi menjawab salam Ibu tadi dari dalam rumah. "Ada yang bisa saya bantu, Bu?!" sambut Umi ramah sambil tangannya mengisyaratkan tamunya untuk masuk ke dalam kantor yang berbentuk rumah."Apa benar di sini ada perempuan yang namanya, Ivana?!" t
Read more
32. Boleh ya, Va ....
Ayah Damar membatalkan niatmya untuk menjawab saat melihat Ivana muncul dengan membawa bayi perempuannya yang belum tertidur di pelukannya. "Boleh nggak Eyang ini gendong anakmu, Va?" pinta tamu perempuan yang tadinya menamakan dirinya sendiri dengan sebutan nenek."Kok ganti eyang sih, Ma?" tanya Ayah Damar, keheranan dengan panggilan yang disebut oleh Mamanya. "Iyalaaah! Eyang, ini sudah punya cicit, bukan cucu lagi, iya nggak sih Va?" Jawaban Eyang membuat suasana rumah yang semula sedikit memanas berubah jadi lebih hangat."Eyang mau gendong Ghina?" Ivana menegaskan kembali permintaan Eyang nya tadi."Iya dong, ya ampun, aku kaku ya Va?! Udah lama ini nggak tahu rasanya gendong bayi," ucapnya di sela sela upaya penerimaan Ghina ke dalam pelukannya, dan tentu saja disambut tertawa oleh Ivana."Ivana mau nggak pindah ke tempat Eyang kakung?" tanya papanya Ayah Damar, penuh harap."Eh, apalagi itu Pa, waaah kalian ternyata kompakan bikin panggilan sayang, ya?" ujar Ayah Damar sa
Read more
33. Dr. Hendra
Ini hari pertama Ivana meninggalkan si kembar, karena menjalani KOAS di rumah sakit tempat dia melahirkan kemarin. Demi mendapatkan gelar sarjana kedokterannya.Ivana menelpon Nanny si kembar, hampir tiap jam semenjak dia berangkat keluar dari rumah.Ting! Ting!Terdengar bunyi dari aplikasi berwarna hijau. Dari Naya[Va! Kamu dapat pesan dari Dokter Albert, tidak?] Ivana pun membalasnya. [Tunggu, aku lihat dulu ya]Kemudian dengan lincah, Ivana men-scrool pesan yang masuk ke dalam aplikasi hijaunya.Tuut ... tuut!Ada nada sambung yang Ivana dengar saat menelpon Naya.[Halo, gimana, kamu dapat, nggak?] tanya Naya setelah sebelumnya mengucapkan salam. [Iya, aku juga dapat, bagaimana kalau kita datangnya bareng aja, kamu kapan datang ke sini?] Ivana menjawab sekaligus berbalik tanya.[Ini ... aku masih dalam perjalan ke rumah sakit, kamu ada di mana?Kalau bisa tunggu aku di lobi ya?!][Iya, aku makan dulu, kalau aku nggak kelihatan, kamu yang harus nunggu aku, ok!
Read more
34. Ada apa?
"Jam berapa mereka akan datang, Pa?" Sudah puluhan kali Ayah Damar bertanya pertanyaan yang sama di pagi yang cerah ini. Benar! Keluarga Rizal akan datang untuk membahas tentang persiapan akad dan resepsi pernikahan.Tampak sekali perbedaan rumah Ivana hari ini, dengan hari hari sebelumnya."Dam, duduklaah! Dengan kamu mondar mandir seperti itu, aku pun serasa mau pingsan lihatnya." Setya, lelaki yang masih terlihat tampan dan gagah walau pun sudah berumur "Bagaimana kalau mereka tidak jadi datang, Pa?" Ayah Damar terlihat sangat khawatir."Jangan berprasangka buruk laaah, mereka pasti datang," jawab Kakek."Tapi ini sudah lewat dari jam yang ditentukan, Pa. Bagaimana ini?""Maaf, Ayah! Kami terlambat dua puluh menit dari jam yang dijanjikan kemarin, tolong di maklumi." Rizal yang tiba tiba muncul di pintu langsung berucap maaf pada Ayah Damar. Dengan tersenyum lebar, Ayah Damar dan Kakek Setya menyambut kedatangan Rizal dan rombongan yang sekitar sepuluh orang."Mari, mari! Sil
Read more
35. Karena janji
"Va, barang yang nantinya mau kamu kasihkan pada Naya udah kamu bungkus cantik, nggak? Baju buat kamu dan si kembar pakai, gimana, udah siap apa belum? Telponin lagi dong orang salonnya, suruh datang siang aja, jamnya si Naya kan sore jam empat?!"Masih banyak lagi hal hal yang di bingungin oleh Nenek, sungguh! Sejak Nenek kukuh pindah ke Panti. Rumah Ivana rame bukan karena adanya si kembar, tapi karena kehebohan dari Nenek.Terkadang adu argumen dengan Ayah Damar. Namun, tidak berani lagi bersuara bila Kakek sudah melerai, begitu hebatnya sosok Kakek di mata Ivana, yang mampu mengendalikan emosi seorang istri dan anak yang notabene adalah orang orang yang sangat sangat hebat di mata Ivana."Ayah!" panggil Ivana lemah, Namun masih bisa terdengar oleh Ayah Damar. Hingga membuat Ayah Damar yang sedang mengutak atik ponselnya, segera mengalihkan pandangan ke arah putrinya yang masih berdiri di ambang pintu."Ivana! Ada apa, Nak?" jawab Ayah Damar yang kaget karena kedatangan Ivana ke ka
Read more
36. Cerita Ayah
"Nay!" panggil Ivana saat baru saja membuka pintu kamar sahabatnya itu.Tampak Naya yang sedang di dandani dibantu oleh dua orang perempuan yang satu berhijab, dan yang satu tidak. Naya akan menggunakan hijab kuning gading, contras sekali dengan warna gaun yang dia pakai. Tampak cantik dan anggun, beda dari biasanya."Sini, masuk, Va!" suruh Naya yang melihat Ivana dari pantulan kaca, karena sedang di pasangi hiasan untuk mempercantik hijabnya, hingga tidak bisa menoleh ke belakang. ”Cantik, moga setelah ini, hijabnya lanjoooot, ya. Aamiin aamiin!” ujar Ivana yang juga diaminin oleh Naya dan dua orang perempuan yang membantu Naya make up dan berhijab. "Aamiin, tapi aku nggak punya banyak hijab, baju gamis juga sedikit. Gimana dong?" tanya Naya yang merengek seperti anak kecil bila di hadapan Ivana."Alasan yang tak masuk di akal, besok aku beliin deh yang kamu butuhin buat berhijab, gimana? Kurang baik apa aku sebagai sahabat? Keren kan aku?" Ivana berkata dengan sedikit menggod
Read more
37. Gara gara Nenek
Sementara yang lainnya sibuk di bawah, Bella di lantai atas berusaha membuka pintu kamar Faris. Namun, sayang tidak berhasil karena di kunci dari dalam oleh si empunya kamar"Ris, buka dong. Jangan kayak anak kecil deh, semua kan bisa di omongin," rayu Bella dari luar kamar.Tak ada jawaban dari dalam kamar, hingga membuat Bella tambah kesal beberapa kali pegangan pintu di jadikan sasaran kegemesannya pada sikap Faris.Agak lama, akhirnya Bella pun mendiamkan Faris, Namun tetap berada di depan pintu kamar kekasihnya itu."Masuklaah!" Tiba tiba, terdengar suara Faris membuka kunci pintu kamarnya, Namun tidak membuka pintu. Bella yang sudah mulai naik darah masuk kamar kemudian menutupnya lagi dengan sangat kasar, hingga berbunyi gedebum, saking terlalu kerasnya tenaga yang dipakai Bella untuk menutup pintu kamar Faris."Kamu, mau menjelaskan apa? Tentang pernikahanmu dengan bule itu, atau tentang kandunganmu?"To the point pertanyaan yang dilontarkan Faris, yang tadinya membelakang
Read more
38. Anak aku!
"Itu suara mobil Faris 'kah, Pa?" tanya Mama yang masih berbenah dengan di bantu oleh Mak Ijah dan satu asisten rumah tangga yang lainnya."Sepertinya Iya, pasti ada yang ingin dia bicarakan, sampai harus kembali, ini tak biasanya."Papa Adi dengan sedikit tak peduli menjawab pertanyaan Mama Via.Malam itu, setelah acara pertunangan Naya, di saat para tetamu sudah meninggalkan pesta. Kerabat pun sudah pulang. Faris yang baru saja mengantarkan Bella pulang, kini kembali pulang ke rumah orang tuanya, ini tak biasa. Karena sejak menikah dan bercerai dengan Ivana, Faris menempati rumahnya sendiri dan jarang datang kalau tidak benar benar ada yang ingin dia bahas."Pa. Bisa minta waktunya sebentar, nggak?" tanya Faris saat sudah berdiri di depan Papa Adi. Papa Adi tak langsung menjawab, tapi hanya memandang Faris, hingga membuat yang dipandang jadi salah tingkah."Pa, a--.""Duduklaah, kenapa hanya waktu yang kau minta? padahal kami memberimu yang terbaik yang kami mampu." Ponsel yang d
Read more
39. Naya marah
1"Ma!"Hari masih sangat pagi, saat Faris menyapa Mamanya yang baru saja turun dari kamar hendak menuju dapur."Faris, kamu tidur di sini?" jawab Mama Via yang heran saat di dapati anaknya dengan muka kusam, dengan kepala berada di atas tangan yang tertumpuk, satu dengan yang lain."Ada yang ingin aku bicarakan dengan Mama, tentang pernikahanku dengan Bella, yang rencananya dilaksanakan tiga hari lagi." Faris kemudian menatap Mamanya, khawatir melihat ekspresi dari wanita yang telah melahirkannya itu, takut histeris. Namun, ternyata apa yang dikhawatirkan tadi tidak terjadi. Mama Via menarik kursi makan kemudian mendudukinya tanpa berkata apa apa. Raut mukanya pun tidak menampakkan keterkejutan sama sekali. Bahkan kini mereka berdua saling menatap."Ma ...!"Lama kelamaan akhirnya Faris tak sanggup untuk berdiam diri berlama lama dengan Mama Via."Apa yang kamu butuhkan, mending kamu minta tolong WO aja, karena Mama sudah tak sanggup untuk mengurus ini dan itu. Atau tanya adikmu sa
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status